World Wide Fund for Nature (WWF) Dukung Pembentukan Asosiasi Ukiran Patung Asmat
pada tanggal
Saturday, 23 May 2015
SENTANI (JAYAPURA) - World Wide Fund for Nature (WWF) selaku organisasi non-pemerintah internasional bidang konservasi, penelitian dan restorasi lingkungan, mendorong pembentukan asosiasi ukiran patung Asmat guna meningkatkan kerja sama antara pengukir dengan pemerintah daerah.
Direktur Program WWF Papua Benja Victor Mambai, di Sentani, Jumat, mengatakan, pihaknya berupaya membangun asosiasi para pengukir patung Asmat dengan dinas pariwisata dan kebudayaan setempat.
"Nah kita sedang membangun asosiasi para pengukir agar bersama-sama dengan dinas pariwisata dan kebudayaan mendorong agar mendapat perhatian dan Kementerian Hukum dan HAM terhadap hasil intelektual mereka," ujarnya.
Benja mengatakan, sosiasi para pengukir itu perlu dibentuk sebagai wadah atau pun forum untuk mengangkat hasil-hasil yang dilakukan masyarakat agar dapat diketahui oleh pihak luar.
"Asosiasi itu kita dorong agar dia bisa menghimpun semua pengukir atau dengan bahasa setempat `waipits`, kemudian dia bisa membantu memfasilitasi sehingga keahlian tersebut bisa diturunkan ke generasi berikutnya," tuturnya.
Jadi, lanjut Benja, kalaupun misalnya ukiran Asmat ditiru, itu bisa mendapat royalti dari karya-karya mereka, hal tersebut yang kini diupayakan.
Menurut dia, ada empat program besar yang dilakukan WWF di wilayah Asmat, yakni perencanaan wilayah yang berdasarkan hasil pemetaan, dan bersama dengan masyarakat mengusulkan kawasan perlindungan.
Selanjutnya, mengupayakan promosi pengelolaan hutan secara berkelanjutan, dan upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan penggembangan misalnya untuk "ecotourism", pengukir, kelompok wanita dan sebagainya. [Antara]
Direktur Program WWF Papua Benja Victor Mambai, di Sentani, Jumat, mengatakan, pihaknya berupaya membangun asosiasi para pengukir patung Asmat dengan dinas pariwisata dan kebudayaan setempat.
"Nah kita sedang membangun asosiasi para pengukir agar bersama-sama dengan dinas pariwisata dan kebudayaan mendorong agar mendapat perhatian dan Kementerian Hukum dan HAM terhadap hasil intelektual mereka," ujarnya.
Benja mengatakan, sosiasi para pengukir itu perlu dibentuk sebagai wadah atau pun forum untuk mengangkat hasil-hasil yang dilakukan masyarakat agar dapat diketahui oleh pihak luar.
"Asosiasi itu kita dorong agar dia bisa menghimpun semua pengukir atau dengan bahasa setempat `waipits`, kemudian dia bisa membantu memfasilitasi sehingga keahlian tersebut bisa diturunkan ke generasi berikutnya," tuturnya.
Jadi, lanjut Benja, kalaupun misalnya ukiran Asmat ditiru, itu bisa mendapat royalti dari karya-karya mereka, hal tersebut yang kini diupayakan.
Menurut dia, ada empat program besar yang dilakukan WWF di wilayah Asmat, yakni perencanaan wilayah yang berdasarkan hasil pemetaan, dan bersama dengan masyarakat mengusulkan kawasan perlindungan.
Selanjutnya, mengupayakan promosi pengelolaan hutan secara berkelanjutan, dan upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan penggembangan misalnya untuk "ecotourism", pengukir, kelompok wanita dan sebagainya. [Antara]