Rakyat Papua Tangisi Diskriminasi Terhadap Persipura Jayapura
pada tanggal
Friday, 29 May 2015
KOTA JAYAPURA - Persipura Jayapura dan rakyat Papua tengah menangis karena batalnya laga Mutiara Hitam melawan Pahang FA (Malaysia) pada babak 16 besar AFC Cup. Klub asal Negeri Jiran tersebut kembali ke negaranya setelah tiga pemain asing Pahang FA ditolak masuk pihak imigrasi Bandara Soekarno Hatta.
Ketua Umum Persipura Jayapura, Benhur Tommy Mano, mengaku sangat sedih dan menangis dalam hati akibat kejadian itu. Peristiwa itu juga bisa berbuah sanksi bagi Persipura.
"Saya hari ini memang sangat sedih dan menangis, hati saya terluka. Apalagi rakyat Papua. Mereka menangis karena Persipura yang mengangkat harkat martabat orang Papua," kata Benhur, Senin (25/5).
Benhur mempertanyakan perlakuan yang dialami Persipura Jayapura menjelang laga bergengsi itu. Terlebih, pertandingan bukan semata mewakili Papua saja, melainkan bangsa Indonesia.
"Kenapa kami Papua diperlakukan demikian. Persipura di ajang AFC bukan mewakili orang Papua saja, tapi mewakili bangsa dan negara Indonesia. Kenapa Persib bisa diizinkan (tim tamunya) datang, sedangkan mereka main pada 27 Mei 2015, berarti ada diskriminasi untuk orang Papua (Persipura) dalam dunia sepakbola," paparnya dengan wajah sedih.
Saat ini, Persipura hanya bisa menunggu keputusan yang akan dikeluarkan AFC. Dia juga belum tahu apakah pertandingan tetap akan dilaksanakan atau ada keputusan lain.
Persipura Jayapura mewakili Indonesia di ajang AFC Cup 2015 dan pernah mengukir sejarah bagi publik sepakbola Tanah Air pada musim 2014 dengan melaju hingga semifinal.
"Persipura pernah mengukir sejarah baru di Indonesia, masuk empat besar AFC, pada 2014 dengan pemain yang punya skil bagus. Komitmen kami bersama Persipuramania dan seluruh rakyat Papua mengusung target kami juara. Sekarang kami sudah di 16 besar dan menjadi tuan rumah, tapi berpeluang gagal," katanya.
Kegagalan itu, ungkap Benhur, bukan karena Persipura tidak mampu menggelar laga 16 besar AFC Cup 2015 di Stadion Mandala, tetapi lebih kepada masalah non-teknis. Pemain asing lawan tidak mendapatkan visa masuk dari Imigrasi Indonesia.
"Komunikasi kami dengan klub Pahang FA begitu intens dan baik lewat kedua media officer. Persipura tidak punya niat melakukan suatu kejahatan. Persipura siap bertanding dengan klub apa saja, besok meeting tetap dilaksanakan karena seluruh unsur pertandingan sudah ada di Jayapura," katanya.
Persipura juga telah berupaya membantu Tim Pahang FA dengan menyurati PSSI dan BOPI. Tetapi gagal tereasliasi karena Imigrasi tetap tidak menerbitkan visa bagi pemain lawan.
"Proses administrasi sudah dilakukan dengan baik. Imigrasi meminta agar Persipura yang mengirim surat sehingga empat pemain itu bisa diizinkan masuk. Kami sudah berusaha, lewat proses surat menyurat dan kami kirim ke Kantor Imigrasi dan BOPI, pada 22 Mei, sama Persib Bandung masukan surat ke Imigrasi, Persipura juga," katanya.
"Tetapi yang keluar izinnya hanya Persib Bandung dengan tandatangan dan cap, sementara Persipura tidak ada demikian. Namun dikirim ulang oleh BOPI pada 23 Mei, tetapi suratnya tertanggal 22 Mei. Sementara 23 Mei, Kantor Imgirasi libur. Sehingga empat pemain asing itu tidak dapat izin," lanjutnya.
Benhur meminta PSSI menjelaskan secara transparan kepada AFC apa yang sebenarnya terjadi.
"Apa keputusan AFC kepada Klub Persipura Jayapura, kami tunggu. Persipura klub yang taat ke PSSI dan BLI, mungkin ini akibat Menpora yang membuat hati masyarakat sedih," tutupnya. [Okezone]
Ketua Umum Persipura Jayapura, Benhur Tommy Mano, mengaku sangat sedih dan menangis dalam hati akibat kejadian itu. Peristiwa itu juga bisa berbuah sanksi bagi Persipura.
"Saya hari ini memang sangat sedih dan menangis, hati saya terluka. Apalagi rakyat Papua. Mereka menangis karena Persipura yang mengangkat harkat martabat orang Papua," kata Benhur, Senin (25/5).
Benhur mempertanyakan perlakuan yang dialami Persipura Jayapura menjelang laga bergengsi itu. Terlebih, pertandingan bukan semata mewakili Papua saja, melainkan bangsa Indonesia.
"Kenapa kami Papua diperlakukan demikian. Persipura di ajang AFC bukan mewakili orang Papua saja, tapi mewakili bangsa dan negara Indonesia. Kenapa Persib bisa diizinkan (tim tamunya) datang, sedangkan mereka main pada 27 Mei 2015, berarti ada diskriminasi untuk orang Papua (Persipura) dalam dunia sepakbola," paparnya dengan wajah sedih.
Saat ini, Persipura hanya bisa menunggu keputusan yang akan dikeluarkan AFC. Dia juga belum tahu apakah pertandingan tetap akan dilaksanakan atau ada keputusan lain.
Persipura Jayapura mewakili Indonesia di ajang AFC Cup 2015 dan pernah mengukir sejarah bagi publik sepakbola Tanah Air pada musim 2014 dengan melaju hingga semifinal.
"Persipura pernah mengukir sejarah baru di Indonesia, masuk empat besar AFC, pada 2014 dengan pemain yang punya skil bagus. Komitmen kami bersama Persipuramania dan seluruh rakyat Papua mengusung target kami juara. Sekarang kami sudah di 16 besar dan menjadi tuan rumah, tapi berpeluang gagal," katanya.
Kegagalan itu, ungkap Benhur, bukan karena Persipura tidak mampu menggelar laga 16 besar AFC Cup 2015 di Stadion Mandala, tetapi lebih kepada masalah non-teknis. Pemain asing lawan tidak mendapatkan visa masuk dari Imigrasi Indonesia.
"Komunikasi kami dengan klub Pahang FA begitu intens dan baik lewat kedua media officer. Persipura tidak punya niat melakukan suatu kejahatan. Persipura siap bertanding dengan klub apa saja, besok meeting tetap dilaksanakan karena seluruh unsur pertandingan sudah ada di Jayapura," katanya.
Persipura juga telah berupaya membantu Tim Pahang FA dengan menyurati PSSI dan BOPI. Tetapi gagal tereasliasi karena Imigrasi tetap tidak menerbitkan visa bagi pemain lawan.
"Proses administrasi sudah dilakukan dengan baik. Imigrasi meminta agar Persipura yang mengirim surat sehingga empat pemain itu bisa diizinkan masuk. Kami sudah berusaha, lewat proses surat menyurat dan kami kirim ke Kantor Imigrasi dan BOPI, pada 22 Mei, sama Persib Bandung masukan surat ke Imigrasi, Persipura juga," katanya.
"Tetapi yang keluar izinnya hanya Persib Bandung dengan tandatangan dan cap, sementara Persipura tidak ada demikian. Namun dikirim ulang oleh BOPI pada 23 Mei, tetapi suratnya tertanggal 22 Mei. Sementara 23 Mei, Kantor Imgirasi libur. Sehingga empat pemain asing itu tidak dapat izin," lanjutnya.
Benhur meminta PSSI menjelaskan secara transparan kepada AFC apa yang sebenarnya terjadi.
"Apa keputusan AFC kepada Klub Persipura Jayapura, kami tunggu. Persipura klub yang taat ke PSSI dan BLI, mungkin ini akibat Menpora yang membuat hati masyarakat sedih," tutupnya. [Okezone]