Pendidikan di Papua Dinilai Masih Jalan Ditempat
pada tanggal
Monday, 4 May 2015
KOTA JAYAPURA – Pendidik dan Siswa didik merupakan satu komponen yang tidak dapat di pisahkan dalam dunia pendidikan dewasa ini. Dimana seorang pendidik sudah mengetahui apa yang harus di lakukanya selama berhadapan dengan siswa didiknya, namun hal yang di harapkan dari seorang pendidik malah terbaik dari harapannya.
Kebanyakan pendidik hanya menstraferkan ilmu teori yang di milikinya selama menempu perguruan tinggi, sementara nilai psikolognya yang di harapkan dari pendidik kepada siswa didiknya seperti botol yang tetap masih dalam kondisi tidak terisi. Padahal yang di harapkan dari implementasi teori pendidik tersebut adalah aspek perkembangan, kemampuan, yang nyata dari siswa didiknya.
“Banyak pendidik yang lupa akan tugas dan fungsinya ketika berada di pusat pendidikan atau sekolah – sekolah, baik itu tingkat dasar sampai dengan menengah umum. Mereka lupa mempubliskan siswa mereka kepada masyarakat umum, kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung di setiap sekolah mengakibatkan sistem pendidikan kita yang tidak maju – maju bahkan kesanya hanya jalan di tempat,”kata Ronnylando Kopeuw salah satu aktifis pendidikan di Kabupaten Jayapura, Sabtu (2/5/2015).
Menurut dia jika membandingkan dengan sistem pendidikan yang di terapkan pada masa lalu tentu sangat berbeda jauh, sistem yang di gunakan masih dengan aturan dan hukum yang bersifat lokal tetapi justru pendidikan yang sangat di dahulukan dari semua aspek kehidupan.
“Dengan harapan bahwa suatu kelak siswa didiknya akan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari – harinya dalam bersosialisasi dengan lingkungannya. Saat ini malah dapat dihitung seberapa besar sukses seorang pendidik, tetapi kita juga tidak bisa pungkiri berap jumlah anak yang putus di tengah jalan dengan berbagai alasan, yang terdata di Kemdikbud hanya hanya segelintir orang sementara yang belum terdata masih banyak berkeluyuran di jalan dengan status putus sekolah,” kata Ronny sapaan akrabnya.
Hari Pendidikan Nasional 2015, kata dia pemerintah mesti lebih banyak berkaca dari merosotnya nilai – nilai sosial budaya di kalangan generasi muda. “Hal ini tentunya menjadi indikator dari seorang pendidik yang di rekrut untuk mendidik anak didiknya, yang terpenting lagi harus diperhatikan adalah kuantitas dan kualitas harus seimbang,” katanya.
Sementara di tempat terpisah Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Jayapura Alpius Toam sebelumnya mengaku kalau selama ini pihaknya terus berupaya untuk meningkatkan sistem pendidikan di Kabupaten Jayapura.
“Kompetensi Guru dan siswa adalah faktor utama yang terus digenjot, baik dari sisi kemapuan dan sumber daya yang harus dimiliki, sarana dan prasarana pendukung sudah diusulkan oleh setiap sekolah untuk pengadaannya. Hanya saja kembali kepada Pusat yang mengacu kepada Kurikulum yang saat ini sedang di terapkan, kendati demikian kita terus akan berupaya semaksimal mungkin untuk meningkatkan dunia Pendidikan di wilayah ini,” katanya. [Jubi]
Kebanyakan pendidik hanya menstraferkan ilmu teori yang di milikinya selama menempu perguruan tinggi, sementara nilai psikolognya yang di harapkan dari pendidik kepada siswa didiknya seperti botol yang tetap masih dalam kondisi tidak terisi. Padahal yang di harapkan dari implementasi teori pendidik tersebut adalah aspek perkembangan, kemampuan, yang nyata dari siswa didiknya.
“Banyak pendidik yang lupa akan tugas dan fungsinya ketika berada di pusat pendidikan atau sekolah – sekolah, baik itu tingkat dasar sampai dengan menengah umum. Mereka lupa mempubliskan siswa mereka kepada masyarakat umum, kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung di setiap sekolah mengakibatkan sistem pendidikan kita yang tidak maju – maju bahkan kesanya hanya jalan di tempat,”kata Ronnylando Kopeuw salah satu aktifis pendidikan di Kabupaten Jayapura, Sabtu (2/5/2015).
Menurut dia jika membandingkan dengan sistem pendidikan yang di terapkan pada masa lalu tentu sangat berbeda jauh, sistem yang di gunakan masih dengan aturan dan hukum yang bersifat lokal tetapi justru pendidikan yang sangat di dahulukan dari semua aspek kehidupan.
“Dengan harapan bahwa suatu kelak siswa didiknya akan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari – harinya dalam bersosialisasi dengan lingkungannya. Saat ini malah dapat dihitung seberapa besar sukses seorang pendidik, tetapi kita juga tidak bisa pungkiri berap jumlah anak yang putus di tengah jalan dengan berbagai alasan, yang terdata di Kemdikbud hanya hanya segelintir orang sementara yang belum terdata masih banyak berkeluyuran di jalan dengan status putus sekolah,” kata Ronny sapaan akrabnya.
Hari Pendidikan Nasional 2015, kata dia pemerintah mesti lebih banyak berkaca dari merosotnya nilai – nilai sosial budaya di kalangan generasi muda. “Hal ini tentunya menjadi indikator dari seorang pendidik yang di rekrut untuk mendidik anak didiknya, yang terpenting lagi harus diperhatikan adalah kuantitas dan kualitas harus seimbang,” katanya.
Sementara di tempat terpisah Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Jayapura Alpius Toam sebelumnya mengaku kalau selama ini pihaknya terus berupaya untuk meningkatkan sistem pendidikan di Kabupaten Jayapura.
“Kompetensi Guru dan siswa adalah faktor utama yang terus digenjot, baik dari sisi kemapuan dan sumber daya yang harus dimiliki, sarana dan prasarana pendukung sudah diusulkan oleh setiap sekolah untuk pengadaannya. Hanya saja kembali kepada Pusat yang mengacu kepada Kurikulum yang saat ini sedang di terapkan, kendati demikian kita terus akan berupaya semaksimal mungkin untuk meningkatkan dunia Pendidikan di wilayah ini,” katanya. [Jubi]