Papua Rawan Bencana Geologi
pada tanggal
Friday, 8 May 2015
KOTA JAYAPURA - Provinsi Papua sebagai wilayah paling timur dari Indonesia memiliki potensi bencana geologi yang cukup rawan. Bencana gempa bumi, longsor, dan banjir acap kali terjadi pada hampir semua kabupaten di Provinsi Papua. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu di antaranya adalah kondisi geologi Papua yang sangat unik dan menjadi salah satu pemicu terjadinya bencana geologi tersebut. Aktivitas lempeng Indo-Australia di bagian selatan dan lempeng pasifik di bagian utara-timur laut menyebabkan Pulau Papua secara umum akan selalu rentan mengalami pergeseran-pergeseran secara tektonik.
Demikian dikatakan Ketua Panitia Seminar Nasional Kebumian IAGI-Pengda Papua, Marcelino Yonas, Kamis (7/5).
Dikatakan, perencanaan tata ruang pada hampir semua kabupaten di Provinsi Papua kurang memperhitungkan aspek geologi sebagai pondasi awal dari sebuah perencanaan pembangunan yang baik. Kondisi ini, mengakibatkan terjadinya kesenjangan koordinasi, informasi, dan kebijakan antarberbagai sektor pada saat terjadi bencana.
Kerawanan inilah, ujarnya, yang mendorong pihaknya menyelenggarakan seminar nasional di Papua untuk membahas masalah potensi mineral dan mitigasi bencana geologi.
Seminar Nasional bertajuk "Potensi Mineral dan Mitigasi Bencana Geologi" akan dilaksanakan di Jayapura, Sabtu (9/5) pagi di Hotel Aston Jayapura. Kegiatan Seminar Nasional yang diprakarsai Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Pengda Papua ini sendiri akan terdiri dari empat sesi dengan masing-masing sesi akan diisi dengan topik yang berbeda-beda.
Para pembicara yang akan menjadi nara sumber dalam seminar ini merupakan tokoh yang kredibel dan pakar di bidangnya. Mereka yang menjadi pembicara di antaranya adalah Rektor Universitas Gadjah Mada), Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc, Phd, Pakar Geologi Ekonomi UGM, Dr. Arifudin Idrus, ST, MT, Vice President Geoservices Division PT. Freeport Indonesia Ir. Wahyu Sunyoto, M.Sc, dan Ketua Umum IAGI, Sukmandaru Prihatmoko.
Sementara itu, dalam siaran persnya yang diterima SP, Kamis (7/5) pagi, Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Pengda Papua, Robert Awi, ST, MTmengatakan, kegiatan seminar nasional kebumian ini merupakan kegiatan pertama secara resmi dari Ikatan Ahli Geologi Indonesia Pengda Papua sekaligus sebagai sarana dalam memperkenalkan diri kepada pihak pemerintah maupun stakeholders yang ada di Papua. "Sebagai organisasi independen, organisasi ini diharapkan dapat menjadi mitra pemerintah dalam memberikan masukan maupun pendampingan secara profesional kepada Pemda Papua, khususnya dalam hal pengambilan kebijakan yang bersifat kebumian kebumian," ujarnya.
Berdasarkan pengamatan, penanganan bencana selama ini hanya terfokus pada respons darurat saja. Gerakan bantuan yang dikoordinasi masyarakat awam pun juga lebih terfokus pada penggalangan bantuan untuk kondisi darurat. Padahal, penanganan bencana yang menyeluruh meliputi sebelum terjadi bencana, pada saat terjadi bencana, dan setelah terjadi bencana. Penanganan bencana juga bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, melainkan harus melibatkan peran masyarakat luas. Inilah yang saat ini dikenal sebagai penanganan bencana berbasis masyarakat.
Di sisi lain, papar Marcelino, kondisi tektonik di Papua yang demikian juga memberikan dampak positif, utamanya dari sisi potensi mineralisasi di Papua. Mineral-mineral yang bersifat ekonomis akan dapat dijumpai pada hampir semua kabupaten di Provinsi Papua. Hal ini bisa dilihat dari maraknya perdagangan batu permata (gemstone) akhir-akhir yang jika tidak ditangani dengan baik akan terjadi eksploitasi besar-besaran pada area tertentu yang jika rusak akan menyebabkan masalah baru, di antaranya adalah ketidakseimbangan ekosistem di alam. [SuaraPembaruan]
Demikian dikatakan Ketua Panitia Seminar Nasional Kebumian IAGI-Pengda Papua, Marcelino Yonas, Kamis (7/5).
Dikatakan, perencanaan tata ruang pada hampir semua kabupaten di Provinsi Papua kurang memperhitungkan aspek geologi sebagai pondasi awal dari sebuah perencanaan pembangunan yang baik. Kondisi ini, mengakibatkan terjadinya kesenjangan koordinasi, informasi, dan kebijakan antarberbagai sektor pada saat terjadi bencana.
Kerawanan inilah, ujarnya, yang mendorong pihaknya menyelenggarakan seminar nasional di Papua untuk membahas masalah potensi mineral dan mitigasi bencana geologi.
Seminar Nasional bertajuk "Potensi Mineral dan Mitigasi Bencana Geologi" akan dilaksanakan di Jayapura, Sabtu (9/5) pagi di Hotel Aston Jayapura. Kegiatan Seminar Nasional yang diprakarsai Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Pengda Papua ini sendiri akan terdiri dari empat sesi dengan masing-masing sesi akan diisi dengan topik yang berbeda-beda.
Para pembicara yang akan menjadi nara sumber dalam seminar ini merupakan tokoh yang kredibel dan pakar di bidangnya. Mereka yang menjadi pembicara di antaranya adalah Rektor Universitas Gadjah Mada), Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc, Phd, Pakar Geologi Ekonomi UGM, Dr. Arifudin Idrus, ST, MT, Vice President Geoservices Division PT. Freeport Indonesia Ir. Wahyu Sunyoto, M.Sc, dan Ketua Umum IAGI, Sukmandaru Prihatmoko.
Sementara itu, dalam siaran persnya yang diterima SP, Kamis (7/5) pagi, Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Pengda Papua, Robert Awi, ST, MTmengatakan, kegiatan seminar nasional kebumian ini merupakan kegiatan pertama secara resmi dari Ikatan Ahli Geologi Indonesia Pengda Papua sekaligus sebagai sarana dalam memperkenalkan diri kepada pihak pemerintah maupun stakeholders yang ada di Papua. "Sebagai organisasi independen, organisasi ini diharapkan dapat menjadi mitra pemerintah dalam memberikan masukan maupun pendampingan secara profesional kepada Pemda Papua, khususnya dalam hal pengambilan kebijakan yang bersifat kebumian kebumian," ujarnya.
Berdasarkan pengamatan, penanganan bencana selama ini hanya terfokus pada respons darurat saja. Gerakan bantuan yang dikoordinasi masyarakat awam pun juga lebih terfokus pada penggalangan bantuan untuk kondisi darurat. Padahal, penanganan bencana yang menyeluruh meliputi sebelum terjadi bencana, pada saat terjadi bencana, dan setelah terjadi bencana. Penanganan bencana juga bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, melainkan harus melibatkan peran masyarakat luas. Inilah yang saat ini dikenal sebagai penanganan bencana berbasis masyarakat.
Di sisi lain, papar Marcelino, kondisi tektonik di Papua yang demikian juga memberikan dampak positif, utamanya dari sisi potensi mineralisasi di Papua. Mineral-mineral yang bersifat ekonomis akan dapat dijumpai pada hampir semua kabupaten di Provinsi Papua. Hal ini bisa dilihat dari maraknya perdagangan batu permata (gemstone) akhir-akhir yang jika tidak ditangani dengan baik akan terjadi eksploitasi besar-besaran pada area tertentu yang jika rusak akan menyebabkan masalah baru, di antaranya adalah ketidakseimbangan ekosistem di alam. [SuaraPembaruan]