Papua Miliki 76 Jenis Ikan Pelangi
pada tanggal
Friday, 1 May 2015
KOTA JAYAPURA - Rainbowfish, atau ikan pelangi telah menjadi legenda buat pencinta ikan hias maupun peneliti. Spesies ikan ini terdapat di beberapa tempat di dunia, namun sebagian besar (diperkirakan 54 spesies dari 76 spesies) adalah spesies endemik Papua.
Rainbowfish atau Melanotaenia (nama ilmiah), diyakini oleh para peneliti adalah turunan evolutif bangsa ikan hering laut “Atheriniformes”. Ekspansi spesies dan kolonialisasi habitat ikan ini berpusat di daratan kembar Austra-New Guinea yang berakhir pada saat zaman es, ketika muka air laut naik secara dramatis dan menggenangi selat Torres dan bagian timur laut Arafura. Dua daratan ini diyakini sebelumnya adalah dataran rendah yang dibelah oleh ratusan sungai kuno, yang merupakan jalur-dispersal dari ratusan spesies yang lalu-lalang diantara dua daratan besar tersebut. Ilmuwan mencatat 76 spesies dalam famili Melanotaeniidae, yang tersebar di 7 genera, dimana genus Melanotaenia yang paling tinggi diversitasnya 54 spesies.
Gary Lange, seorang peneliti ikan dari Minessota, Amerika Serikat (AS) yang telah menghabiskan waktunya untuk meneliti sekitar 65 spesies rainbowfish akan mengumumkan spesies rainbowfish terbaru di AS. Spesies ini ia temukan di pedalaman Papua dalam ekspedisinya di tahun 2010 dan 2012. Dia membawa 10 spesies rainbowfish kembali ke AS dan menangkar semua spesies ini.
“Papua adalah surga. Hampir setiap Daerah Aliran Sungai (DAS) dipisahkan dalam waktu yang cukup lama untuk menghasilkan spesies unik rainbowfish. Setelah empat perjalanan ke Papua, kami berhasil menemukan 9 atau 10 spesies baru rainbowfish. Beberapa spesies cukup mudah untuk ditemukan karena pengetahuan pilot kami, yang bekerja untuk salah satu organisasi misionaris di Papua,” kata Lange dari Minessota kepada Jubi, Rabu (23/4/2015).
Lange mengatakan, spesies-spesies rainbowfish ini ia temukan di beberapa lokasi di daerah Wapoga, Dekai, Kali Biru, Kampung Rawara, Kampung Luban dan Kampung Faowi di Mamberamo. Saat ini, ia sedang mengerjakan artikel ilmiah untuk 10 spesies rainbowfish yang ia temukan ini. Ia belum memberikan nama untuk semua spesies baru yang ia temukan ini. Hanya dua spesies yang telah ia umumkan namanya, yakni Wapoga Red Laser dan Chilatherina Alleni “Wapoga River” dari jenis melanotaenia.
“Saat ini saya sedang menangkar lebih dari 65 spesies rainbowfish dan ikan mata biru di 90 akuarium,” tambah Lange yang telah menjabat berbagai posisi di Missouri Aquarium Society (MASI).
Bulan depan, tepatnya tanggal 7 Mei 2015, pemenang Best Fish in Show di beberapa kali – dua dimenangkan dengan rainbowfish- berencana melelang telur-telur rainbowfish dari penangkarannya dalam sebuah pertemuan ilmiah di Roseville, Minneapolis, AS . Satu paket telur rainbowfish ini berisi 50-90 telur untuk ditetaskan oleh penggemar ikan hias di AS. Harga paket telur rainbowfish ini bisa mencapai US$35 – US$75 per paket.
Dalam catatan para peneliti Eropa yang pernah mendatangi Papua pada masa Tanah Papua masih menjadi koloni Belanda, Melanotaenia Ajamaruensis adalah spesies rianbowfish yang pertama kali disampling oleh oleh Sten Bergman pada tahun 1948-1949. Spesies ini berasal dari danau Aitinjo. Kemudian Bergman mengoleksinya di museum Swedia. Sampling kedua pada 6 Maret 1955 oleh Dr.Marinus Boeseman, kurator Museum Naturalis, Leiden-Belanda. Selama ekspedisi ilmiahnya, Mr.Boeseman hampir mengunjungi semua bagian Tanah Papua,dan mengoleksi ribuan spesimen termasuk rainbow Ajamaru, spesies ini tersimpan apik 25 tahun lamanya karena ia sendiri tidak sanggup mendeskripsi semua spesimen tangkapannya hingga ia meninggal pada 2006. Atas jasanya ini, beberapa spesies rainbowfish dinamakan “boesemani”.
Begitulah, Tanah Papua memang surga buat para peneliti, pencari kemasyuran hingga perusahaan kapitalis. Kekayaan sumberdaya alamnya seakan tak pernah habis untuk dijelajahi untuk mendapatkan keuntungan financial hingga popularitas. Lalu, bagaimana dengan kita, Orang Asli Papua, yang mengklaim pemilik West New Guinea? Mungkin benar kata sebagian orang jika kita, Orang Asli Papua ini masih hidup di zaman batu sehingga tak pernah menyadari telah dieksploitasi oleh dunia. [Jubi]
Rainbowfish atau Melanotaenia (nama ilmiah), diyakini oleh para peneliti adalah turunan evolutif bangsa ikan hering laut “Atheriniformes”. Ekspansi spesies dan kolonialisasi habitat ikan ini berpusat di daratan kembar Austra-New Guinea yang berakhir pada saat zaman es, ketika muka air laut naik secara dramatis dan menggenangi selat Torres dan bagian timur laut Arafura. Dua daratan ini diyakini sebelumnya adalah dataran rendah yang dibelah oleh ratusan sungai kuno, yang merupakan jalur-dispersal dari ratusan spesies yang lalu-lalang diantara dua daratan besar tersebut. Ilmuwan mencatat 76 spesies dalam famili Melanotaeniidae, yang tersebar di 7 genera, dimana genus Melanotaenia yang paling tinggi diversitasnya 54 spesies.
Gary Lange, seorang peneliti ikan dari Minessota, Amerika Serikat (AS) yang telah menghabiskan waktunya untuk meneliti sekitar 65 spesies rainbowfish akan mengumumkan spesies rainbowfish terbaru di AS. Spesies ini ia temukan di pedalaman Papua dalam ekspedisinya di tahun 2010 dan 2012. Dia membawa 10 spesies rainbowfish kembali ke AS dan menangkar semua spesies ini.
“Papua adalah surga. Hampir setiap Daerah Aliran Sungai (DAS) dipisahkan dalam waktu yang cukup lama untuk menghasilkan spesies unik rainbowfish. Setelah empat perjalanan ke Papua, kami berhasil menemukan 9 atau 10 spesies baru rainbowfish. Beberapa spesies cukup mudah untuk ditemukan karena pengetahuan pilot kami, yang bekerja untuk salah satu organisasi misionaris di Papua,” kata Lange dari Minessota kepada Jubi, Rabu (23/4/2015).
Lange mengatakan, spesies-spesies rainbowfish ini ia temukan di beberapa lokasi di daerah Wapoga, Dekai, Kali Biru, Kampung Rawara, Kampung Luban dan Kampung Faowi di Mamberamo. Saat ini, ia sedang mengerjakan artikel ilmiah untuk 10 spesies rainbowfish yang ia temukan ini. Ia belum memberikan nama untuk semua spesies baru yang ia temukan ini. Hanya dua spesies yang telah ia umumkan namanya, yakni Wapoga Red Laser dan Chilatherina Alleni “Wapoga River” dari jenis melanotaenia.
“Saat ini saya sedang menangkar lebih dari 65 spesies rainbowfish dan ikan mata biru di 90 akuarium,” tambah Lange yang telah menjabat berbagai posisi di Missouri Aquarium Society (MASI).
Bulan depan, tepatnya tanggal 7 Mei 2015, pemenang Best Fish in Show di beberapa kali – dua dimenangkan dengan rainbowfish- berencana melelang telur-telur rainbowfish dari penangkarannya dalam sebuah pertemuan ilmiah di Roseville, Minneapolis, AS . Satu paket telur rainbowfish ini berisi 50-90 telur untuk ditetaskan oleh penggemar ikan hias di AS. Harga paket telur rainbowfish ini bisa mencapai US$35 – US$75 per paket.
Dalam catatan para peneliti Eropa yang pernah mendatangi Papua pada masa Tanah Papua masih menjadi koloni Belanda, Melanotaenia Ajamaruensis adalah spesies rianbowfish yang pertama kali disampling oleh oleh Sten Bergman pada tahun 1948-1949. Spesies ini berasal dari danau Aitinjo. Kemudian Bergman mengoleksinya di museum Swedia. Sampling kedua pada 6 Maret 1955 oleh Dr.Marinus Boeseman, kurator Museum Naturalis, Leiden-Belanda. Selama ekspedisi ilmiahnya, Mr.Boeseman hampir mengunjungi semua bagian Tanah Papua,dan mengoleksi ribuan spesimen termasuk rainbow Ajamaru, spesies ini tersimpan apik 25 tahun lamanya karena ia sendiri tidak sanggup mendeskripsi semua spesimen tangkapannya hingga ia meninggal pada 2006. Atas jasanya ini, beberapa spesies rainbowfish dinamakan “boesemani”.
Begitulah, Tanah Papua memang surga buat para peneliti, pencari kemasyuran hingga perusahaan kapitalis. Kekayaan sumberdaya alamnya seakan tak pernah habis untuk dijelajahi untuk mendapatkan keuntungan financial hingga popularitas. Lalu, bagaimana dengan kita, Orang Asli Papua, yang mengklaim pemilik West New Guinea? Mungkin benar kata sebagian orang jika kita, Orang Asli Papua ini masih hidup di zaman batu sehingga tak pernah menyadari telah dieksploitasi oleh dunia. [Jubi]