Jalan Trans Manokwari Putus Akibat Longsoran Gunung Sayori
pada tanggal
Tuesday, 5 May 2015
WARKAPI (MANOKWARI) - Ruas jalan yang menghubungkan Kabupaten Manokwari dan Manokwari Selatan, Kamis (30/4/2015) kembali tak dapat dilalui pengendara. Badan jalan dijejali material berupa tanah dan batu yang longsor dari atas bukit yang dikenal warga sebagai Gunung Sayori di Kampung Warkapi.
Seorang guru yang bertugas di Oransbari, Sukarti, mengatakan, puluhan kendaraan roda dua maupun roda empat dari arah Manokwari menuju Manokwari Selatan maupun sebaliknya tertahan di jalan.
“Saya dari Manokwari. Mau pulang ke Oransbari, tapi terjebak. Batu yang jatuh dari gunung diameternya kurang lebih 2 meter,” kata Sukarti dengan nada resah kepada Cahaya Papua.
Misnu, sopir angkutan umum, menuturkan bahwa longsor sudah berulang kali terjadi di jalan ini. Jika volume material yang jatugh dari atas bukit banyak, maka itu akan membuat para pengendara harus menunggu berjam-jam untuk melintasi jalan ini. Tentu saja, setelah berjibaku menyingkirkan longsoran.
“Tadi pagi dan beberapa hari lalu juga longsor. Tapi material tidak menutup seluruh badan jalan. Kami masih bisa melintas meski memanfaatkan setengah badan jalan.,” kata Misnu.
Sebenarnya ruas jalan antara Manokwari dan Manokwari Selatan cukup baik berbalut aspal licin. Tapi ada beberapa titik yang memang membahayakan serta sulit dilalui. Penyebabnya bukan hanya longsoran, tetapi juga karena terendam air yang meluap dari kali.”Kalau hujan di gunung, kali sering meluap, airnya lari ke jalan,” katanya.
Jalan ini cukup penting karena juga menghubungkan Manokwari dengan Kabupaten Pegunungan Arfak dan Teluk Bintuni. Jalan ini memang melalui kontur geografis yang beragam baik lembah, gunung maupun pesisir pantai.
Sejumlah titik juga masih dibenahi. Misalnya lewat pembangunan drainase. Selain di Gunung Sayori, longsor juga mengancam – bahkan pernah terjadi—pada beberapa titik di Gunung Acemo, Tanah Rubuh.
Sementara itu kemacetan akibat peristiwa longsor yang membuat kendaraan terpaksa tertahan selama kurang lebih 1 jam akhirnya terurai. Alat berat milik PT Pulau Lemon berhasil membuka tumpukan material, kendaraan pun bisa lewat. [CahayaPapua]
Seorang guru yang bertugas di Oransbari, Sukarti, mengatakan, puluhan kendaraan roda dua maupun roda empat dari arah Manokwari menuju Manokwari Selatan maupun sebaliknya tertahan di jalan.
“Saya dari Manokwari. Mau pulang ke Oransbari, tapi terjebak. Batu yang jatuh dari gunung diameternya kurang lebih 2 meter,” kata Sukarti dengan nada resah kepada Cahaya Papua.
Misnu, sopir angkutan umum, menuturkan bahwa longsor sudah berulang kali terjadi di jalan ini. Jika volume material yang jatugh dari atas bukit banyak, maka itu akan membuat para pengendara harus menunggu berjam-jam untuk melintasi jalan ini. Tentu saja, setelah berjibaku menyingkirkan longsoran.
“Tadi pagi dan beberapa hari lalu juga longsor. Tapi material tidak menutup seluruh badan jalan. Kami masih bisa melintas meski memanfaatkan setengah badan jalan.,” kata Misnu.
Sebenarnya ruas jalan antara Manokwari dan Manokwari Selatan cukup baik berbalut aspal licin. Tapi ada beberapa titik yang memang membahayakan serta sulit dilalui. Penyebabnya bukan hanya longsoran, tetapi juga karena terendam air yang meluap dari kali.”Kalau hujan di gunung, kali sering meluap, airnya lari ke jalan,” katanya.
Jalan ini cukup penting karena juga menghubungkan Manokwari dengan Kabupaten Pegunungan Arfak dan Teluk Bintuni. Jalan ini memang melalui kontur geografis yang beragam baik lembah, gunung maupun pesisir pantai.
Sejumlah titik juga masih dibenahi. Misalnya lewat pembangunan drainase. Selain di Gunung Sayori, longsor juga mengancam – bahkan pernah terjadi—pada beberapa titik di Gunung Acemo, Tanah Rubuh.
Sementara itu kemacetan akibat peristiwa longsor yang membuat kendaraan terpaksa tertahan selama kurang lebih 1 jam akhirnya terurai. Alat berat milik PT Pulau Lemon berhasil membuka tumpukan material, kendaraan pun bisa lewat. [CahayaPapua]