Gempar Minta Persipuramania Tidak Campurkan Sepak Bola dengan Papua Merdeka
pada tanggal
Saturday, 30 May 2015
KOTA JAYAPURA - Mahasiswa yang tergabung dalam Gempar meminta agar simpatisan dan suporter Persipura jangan mempolitisir perjuangan politik rakyat Papua dengan kisruh persepakbolaan di Indonesia antara PSSI, Menpora dan AFC yang merugikan Persipura hingga terancam tidak melanjutkan pertandingan pada liga 16 besar AFC.
“Bagi kami mahasiswa (GempaR) aksi politisir yang dimainkan oleh manajemen Persipura Benhur Thomi Mano dan Simpatisan persipuramania yang ada di tanah Papua adalah pelecehan terhadap perjuangan rakyat Papua selama ini yang telah bertahun-tahun memperjuangkan nasib bangsa Papua untuk berdaulat secara politik,” kata Samuel Womsiwor kepada Jubi, Rabu (27/5) di Jayapura.
Kata dia, karena sampai hari ini tidak ada sumbangsi Persipura baik moril maupun finansial kepada perjuangan politik orang Papua. Kalaupun hari ini Persipura dikatakan telah mengangkat harkat dan martabat orang Papua. Tetapi itu hanya dalam konteks mengindonesiakan Papua kepada dunia Internasional.
“Eforia persipura mania hari ini adalah bentuk ketidakadian terhadap demokrasi di Papua karena hingga hari ini tidak sedikit orang atau kelompok masyarakat yang ditangkap disiksa hingga penjarahkan karena mengutarakan pendapat dimuka umum karena dinilai menggaggu ketertiban kota,” katanya.
“Kami minta manajemen, suporter maupun simpatisan Persipura untuk tidak mempolitisir isu perjuangan Papua Merdeka dalam tuntutannya diberbagai media, baik spanduk, pamflet, hingga pernyataan terbuka oleh manajemen karena hal tersebut adalah pelecehan perjuangan Rakyat selama ini,” kata Womsiwor yang juga mahasiswa FISIP Uncen ini.
Sementara itu, Yason Ngelia, aktivis GempaR, juga mengatakan pihaknya meminta profesionalisme dari pemerintah Kota Jayapura dan aparat keamanan untuk membuka ruang demokrasi kepada masyarakat Papua.
“Kami meminta sebagai bentuk profesionalisme kerja aparat pemerintah Kota dan Kepolisian untuk juga membuka ruang kepada aksi-aksi demonstasi masyarakat dalam hal ini aksi memprotes pemerintah. Sama hal dengan akasi rakyat Papua yang difasilitasi oleh United Liberation movement for West Papua (ULMWP) yang difasilitasi oleh Komite Nasional Papua Barat (KNPB) pada taggal 28 Mei 2015,” katanya.
Seperti ditulis sebelumnya, dalam demo ribuan pendukung Persipura ke kantor DPR Papua, pelatih kepala Persipura Jayapura Osvaldo Lessa mengambil alih sebagai orator mengatakan, pihaknya sangat dirugikan dengan apa yang terjadi saat ini. Baik itu perelisihan antara Menporan dan PSSI dan yang paling parah adalah laga antara Persipura versus Pahang FA tidak jadi dilaksanakan.
“Kami (Persipura-red) ini kurang apa? Kita selalu mengikuti prosedur yang sudah ditentukan baik dari pihak PSSI maupun BOPI. Jangan korban kan kami (klub-red) dengan perselisihan yang terjadi. Anak-anak hanya ingin bermain bola dan meraih prestasi yang sudah kami tanamkan sejak awal,” teriak Lessa.
Lessa pun menghimbau kepada massa Persipura Mania agar melakukan aksi demo ini bisa berjalan dengan baik dan menjunjung tinggi ketertiban. “Sampaikan aspirasi ini dengan bermartabat. Karena saya tahu, orang Papua memiliki hati yang mulia untuk membangun Papua maupun membela negaranya,” tutup Lessa. [Jubi]
“Bagi kami mahasiswa (GempaR) aksi politisir yang dimainkan oleh manajemen Persipura Benhur Thomi Mano dan Simpatisan persipuramania yang ada di tanah Papua adalah pelecehan terhadap perjuangan rakyat Papua selama ini yang telah bertahun-tahun memperjuangkan nasib bangsa Papua untuk berdaulat secara politik,” kata Samuel Womsiwor kepada Jubi, Rabu (27/5) di Jayapura.
Kata dia, karena sampai hari ini tidak ada sumbangsi Persipura baik moril maupun finansial kepada perjuangan politik orang Papua. Kalaupun hari ini Persipura dikatakan telah mengangkat harkat dan martabat orang Papua. Tetapi itu hanya dalam konteks mengindonesiakan Papua kepada dunia Internasional.
“Eforia persipura mania hari ini adalah bentuk ketidakadian terhadap demokrasi di Papua karena hingga hari ini tidak sedikit orang atau kelompok masyarakat yang ditangkap disiksa hingga penjarahkan karena mengutarakan pendapat dimuka umum karena dinilai menggaggu ketertiban kota,” katanya.
“Kami minta manajemen, suporter maupun simpatisan Persipura untuk tidak mempolitisir isu perjuangan Papua Merdeka dalam tuntutannya diberbagai media, baik spanduk, pamflet, hingga pernyataan terbuka oleh manajemen karena hal tersebut adalah pelecehan perjuangan Rakyat selama ini,” kata Womsiwor yang juga mahasiswa FISIP Uncen ini.
Sementara itu, Yason Ngelia, aktivis GempaR, juga mengatakan pihaknya meminta profesionalisme dari pemerintah Kota Jayapura dan aparat keamanan untuk membuka ruang demokrasi kepada masyarakat Papua.
“Kami meminta sebagai bentuk profesionalisme kerja aparat pemerintah Kota dan Kepolisian untuk juga membuka ruang kepada aksi-aksi demonstasi masyarakat dalam hal ini aksi memprotes pemerintah. Sama hal dengan akasi rakyat Papua yang difasilitasi oleh United Liberation movement for West Papua (ULMWP) yang difasilitasi oleh Komite Nasional Papua Barat (KNPB) pada taggal 28 Mei 2015,” katanya.
Seperti ditulis sebelumnya, dalam demo ribuan pendukung Persipura ke kantor DPR Papua, pelatih kepala Persipura Jayapura Osvaldo Lessa mengambil alih sebagai orator mengatakan, pihaknya sangat dirugikan dengan apa yang terjadi saat ini. Baik itu perelisihan antara Menporan dan PSSI dan yang paling parah adalah laga antara Persipura versus Pahang FA tidak jadi dilaksanakan.
“Kami (Persipura-red) ini kurang apa? Kita selalu mengikuti prosedur yang sudah ditentukan baik dari pihak PSSI maupun BOPI. Jangan korban kan kami (klub-red) dengan perselisihan yang terjadi. Anak-anak hanya ingin bermain bola dan meraih prestasi yang sudah kami tanamkan sejak awal,” teriak Lessa.
Lessa pun menghimbau kepada massa Persipura Mania agar melakukan aksi demo ini bisa berjalan dengan baik dan menjunjung tinggi ketertiban. “Sampaikan aspirasi ini dengan bermartabat. Karena saya tahu, orang Papua memiliki hati yang mulia untuk membangun Papua maupun membela negaranya,” tutup Lessa. [Jubi]