Freeport Indonesia Dituding Permainkan Kultur Kamoro
pada tanggal
Saturday, 16 May 2015
TIMIKA (MIMIKA) - Tak selamanya kehadiran PT Freeport Indonesia, perusahaan penambang emas, tembaga dan mineral pengikut lainnya selama 40an tahun itu berdampak positif kepada warga lokal. Perusahaan raksasa itu dapat mengagalkan kepentingan-kepentingan aspek kehidupan warga pribumi, seperti dialami Suku Kamoro di Mimika Papua.
Demikian diungkap pemerhati pendidikan Mimika, John Gadaby Giay kepada Anigou News, Minggu (10/5) dini hari. Lanjutnya, Freeport semestinya membangun kultur Kamoro supaya dinikmati oleh Orang Kamoro, bukan dinikmati oleh Freeport.
“Jadi Freeport telah gagal mengkomersialkan kultur Kamoro, entah berupa festival budaya, koor budaya atau apapun namanya, yang lebih untung selama ini adalah Freeport dan Kamoro dirugikan,” tutur Pegawai Sekreatriatan Komisi Pendidikan Keuskupan Timika itu.
Dalam aspek kehidupan apapun, terutama pendidikan budaya dan jati diri orang Kamoro, menurutnya masih dikuasai oleh Freeport untuk kepentingan ekonomi dan kekuasaannya.
“Freeport belum sepenuhnya berkontribusi terhadap pemberdayaan pengetahuan, ekonomi dan budaya bagi orang Kamoro,” kata jebolan Pascasarjana Universitas Udayana Bali itu.
Giay berharap supaya, pemberdayaan Freeport terhadap sumber daya manusia lokal, terutama kepada seniman kamoro maupun generasi muda lebih nampak dalam ritual adat dan budaya dalam aspek kehidupan warga pribumi. [Anigou]
Demikian diungkap pemerhati pendidikan Mimika, John Gadaby Giay kepada Anigou News, Minggu (10/5) dini hari. Lanjutnya, Freeport semestinya membangun kultur Kamoro supaya dinikmati oleh Orang Kamoro, bukan dinikmati oleh Freeport.
“Jadi Freeport telah gagal mengkomersialkan kultur Kamoro, entah berupa festival budaya, koor budaya atau apapun namanya, yang lebih untung selama ini adalah Freeport dan Kamoro dirugikan,” tutur Pegawai Sekreatriatan Komisi Pendidikan Keuskupan Timika itu.
Dalam aspek kehidupan apapun, terutama pendidikan budaya dan jati diri orang Kamoro, menurutnya masih dikuasai oleh Freeport untuk kepentingan ekonomi dan kekuasaannya.
“Freeport belum sepenuhnya berkontribusi terhadap pemberdayaan pengetahuan, ekonomi dan budaya bagi orang Kamoro,” kata jebolan Pascasarjana Universitas Udayana Bali itu.
Giay berharap supaya, pemberdayaan Freeport terhadap sumber daya manusia lokal, terutama kepada seniman kamoro maupun generasi muda lebih nampak dalam ritual adat dan budaya dalam aspek kehidupan warga pribumi. [Anigou]