Freeport Indonesia Diminta Seriusi Ekosistem di Wilayah Pertambangan
pada tanggal
Sunday, 24 May 2015
TIMIKA (MIMIKA) - Ketua Komisi Komisi VIII DPR RI, Saleh Partaonan Daulay, mendesak agar PT Freeport lebih bersungguh-sungguh memperhatikan ekosistem di wilayah pertambangan mereka.
Politisi Partai Amanat Nasional ini berharap, penambangan yang masih terus berlanjut tidak merusak lingkungan. Pasalnya, kerusakan lingkungan bisa menimbulkan bencana yang merugikan semua pihak.
"PT Freeport harus menghijaukan kembali daerah-daerah yang terkena sirsat (pasir sisa tambang). Usaha penghijauan memang sudah dilakukan, tetapi masih perlu ditingkatkan dan diintensifkan lagi. Apalagi, PT Freeport sudah beroperasi selama 48 tahun. Tentu banyak areal yang butuh perhatian dan penanganan agar ekosistem yang ada tidak terganggu,” kata Saleh ketika meninjau areal penghijauan PT Freeport, di Timika, Papua, Sabtu (23/5).
Dia mengatakan, menjaga kelestarian lingkungan adalah kewajiban PT Freeport yang tidak dapat ditawar-tawar. Karena itu, PT Freeport harus memiliki master plan penghijauan yang dikoordinasikan dan disetujui oleh pemerintah. Dengan begitu, beberapa tahun ke depan, areal yang dilalui sirsat bisa dihijaukan kembali.
"Sebagai salah satu perusahaan pertambangan tertua di Indonesia, PT Freeport harus bisa menjadi contoh. Apalagi saat ini, ada banyak perusahaan pertambangan lain yang sedang beroperasi. Perusahaan-perusahaan pertambangan itu tentu akan menjadikan PT Freeport sebagai rujukan. Nah, jika PT Freeport tidak bisa menunjukkan prestasi yang baik dalam hal ini, dikhawatirkan yang lain juga akan mengikuti," kata Saleh.
Saleh menekankan lagi, kerja keras PT Freeport dalam mengelola pertambangannya harus seimbang dengan kerja keras mereka dalam mengendalikan lingkungan dan mencegah terjadinya bencana. Dengan begitu, ada keseimbangan ekologis antara nature (alam) dan culture (kebudayaan).
"Pertambangan itu kan orientasinya membangun kebudayaan (culture). Membangun kebudayaan tentu tidak boleh merusak alam . PT Freeport bisa mengatakan telah berupaya menjaga keseimbangan itu. Faktanya, menurut saya, belum cukup. Dari atas pesawat saja masih terlihat adanya aliran sirsat yang melintang lurus dari Tembagapura menuju muara,” tutup anggota Dewan dari Dapil Sumatera Utara II ini. [RMOL]
Politisi Partai Amanat Nasional ini berharap, penambangan yang masih terus berlanjut tidak merusak lingkungan. Pasalnya, kerusakan lingkungan bisa menimbulkan bencana yang merugikan semua pihak.
"PT Freeport harus menghijaukan kembali daerah-daerah yang terkena sirsat (pasir sisa tambang). Usaha penghijauan memang sudah dilakukan, tetapi masih perlu ditingkatkan dan diintensifkan lagi. Apalagi, PT Freeport sudah beroperasi selama 48 tahun. Tentu banyak areal yang butuh perhatian dan penanganan agar ekosistem yang ada tidak terganggu,” kata Saleh ketika meninjau areal penghijauan PT Freeport, di Timika, Papua, Sabtu (23/5).
Dia mengatakan, menjaga kelestarian lingkungan adalah kewajiban PT Freeport yang tidak dapat ditawar-tawar. Karena itu, PT Freeport harus memiliki master plan penghijauan yang dikoordinasikan dan disetujui oleh pemerintah. Dengan begitu, beberapa tahun ke depan, areal yang dilalui sirsat bisa dihijaukan kembali.
"Sebagai salah satu perusahaan pertambangan tertua di Indonesia, PT Freeport harus bisa menjadi contoh. Apalagi saat ini, ada banyak perusahaan pertambangan lain yang sedang beroperasi. Perusahaan-perusahaan pertambangan itu tentu akan menjadikan PT Freeport sebagai rujukan. Nah, jika PT Freeport tidak bisa menunjukkan prestasi yang baik dalam hal ini, dikhawatirkan yang lain juga akan mengikuti," kata Saleh.
Saleh menekankan lagi, kerja keras PT Freeport dalam mengelola pertambangannya harus seimbang dengan kerja keras mereka dalam mengendalikan lingkungan dan mencegah terjadinya bencana. Dengan begitu, ada keseimbangan ekologis antara nature (alam) dan culture (kebudayaan).
"Pertambangan itu kan orientasinya membangun kebudayaan (culture). Membangun kebudayaan tentu tidak boleh merusak alam . PT Freeport bisa mengatakan telah berupaya menjaga keseimbangan itu. Faktanya, menurut saya, belum cukup. Dari atas pesawat saja masih terlihat adanya aliran sirsat yang melintang lurus dari Tembagapura menuju muara,” tutup anggota Dewan dari Dapil Sumatera Utara II ini. [RMOL]