DPRP Cek Pengolagan Kain Batik Papua di Kota Pekalongan
pada tanggal
Friday, 22 May 2015
KOTA JAYAPURA - Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Papua bidang Perekonomian, dalam waktu dekat ini akan berangkat ke Kota Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah untuk mengecek langsung proses pengolahan kain batik khas Papua yang diproduksi di daerah tersebut.
kepada wartawan, Anggota Komisi II DPR Papua, Pendis Enumbi mengatakan, rencanan keberangkatan ke Pekalongan ini dipimpin langsung oleh Ketua Komisi II DPR Papua, Deert Tabuni., SE. M. Si, beserta sejumlah anggota.
“Tujuannya untuk melihat secara dekat proses pengelohan kain batik khas Papua yang di produksi disana karena menurut kami pembuatan Khas Papua dibuat di luar Papua,” katanya Pendis kepada wartawan saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (19/5).
Menurutnya, ciri-ciri khas Papua merupakan budaya orang asli Papua sehingga ketika diproduksi di luar Papua maka menjadi pertanyaan bagi DPR Papua, khususu Komisi II yang membidangi perekonomian.
“Kenapa orang lain bisa ambil hasil karya kita yang kemudian mereka bisa produksi di luar Papua. Ini khas yang tidak bisa dipermainkan oleh orang-orang lain atau suku lain kecuali batik ini di produksi di Papua itu sendiri, “ ucapnya.
Dikatakannya, jika memang ciri khas Papua dibuat di Pekalongan, maka akan mempertanyakan siapa yang memberikan hak paten atau ijin, sehingga budaya-budaya orang Papua yang dicetak di luar Papua.
“Ini yang kami mau cari tahu siapa orang yang sudah memberi hak paten dan beri ijin tersebut. Dan kenapa juga pabrik pengolahan batik itu bisa di produksi diluar Papua. Kami minta alasan itu,” tandas Pendis.
Soal lamanya pabrik kain batik Papua itu, pihaknya juga akan mempertanyakan. “Yang kami dengar bahwa pembuatan kain batik Papua itu sudah cukup lama, sehingga untuk memastikan itu, kami akan melakukan kunjugan ke Pekalongan guna melihat lebih dekat bagaimana sampai ini bisa terjadi,” ungkapnya.
Dirinya menilai, ketika pabrik kain Batik khas Papua diproduksi di luar Jawa, maka perputaran uangnya hanya dinikmati oleh orang Jawa bukan orang asli Papua itu sendiri.
“Sekarang tenaga siapa yang di ambil untuk mengelolah kain batik itu bermotif Papua itu. Kalau orang jawa, maka orang Papua hanya gigit jari,” ujarnya.
Untuk itu, dia (Pendis Enumbi) menyarankan agar pabrik khusus khas Budaya Papua harus dibangun di tanah Papua agar mendukung pendapatan asli daerah dan juga membuka lapangan kerja bagi masyarakat Papua.
“Kami akan cari solusi agar pengolahan kain batik khas Papua, harus ditarik kembali ke Papua. kami tidak bisa lepas begitu saja karena ini menyangkut ciri khas budaya asli orang Papua dan karya anak-anak Papua, ” tutup Pendis. [PasifikPos]
kepada wartawan, Anggota Komisi II DPR Papua, Pendis Enumbi mengatakan, rencanan keberangkatan ke Pekalongan ini dipimpin langsung oleh Ketua Komisi II DPR Papua, Deert Tabuni., SE. M. Si, beserta sejumlah anggota.
“Tujuannya untuk melihat secara dekat proses pengelohan kain batik khas Papua yang di produksi disana karena menurut kami pembuatan Khas Papua dibuat di luar Papua,” katanya Pendis kepada wartawan saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (19/5).
Menurutnya, ciri-ciri khas Papua merupakan budaya orang asli Papua sehingga ketika diproduksi di luar Papua maka menjadi pertanyaan bagi DPR Papua, khususu Komisi II yang membidangi perekonomian.
“Kenapa orang lain bisa ambil hasil karya kita yang kemudian mereka bisa produksi di luar Papua. Ini khas yang tidak bisa dipermainkan oleh orang-orang lain atau suku lain kecuali batik ini di produksi di Papua itu sendiri, “ ucapnya.
Dikatakannya, jika memang ciri khas Papua dibuat di Pekalongan, maka akan mempertanyakan siapa yang memberikan hak paten atau ijin, sehingga budaya-budaya orang Papua yang dicetak di luar Papua.
“Ini yang kami mau cari tahu siapa orang yang sudah memberi hak paten dan beri ijin tersebut. Dan kenapa juga pabrik pengolahan batik itu bisa di produksi diluar Papua. Kami minta alasan itu,” tandas Pendis.
Soal lamanya pabrik kain batik Papua itu, pihaknya juga akan mempertanyakan. “Yang kami dengar bahwa pembuatan kain batik Papua itu sudah cukup lama, sehingga untuk memastikan itu, kami akan melakukan kunjugan ke Pekalongan guna melihat lebih dekat bagaimana sampai ini bisa terjadi,” ungkapnya.
Dirinya menilai, ketika pabrik kain Batik khas Papua diproduksi di luar Jawa, maka perputaran uangnya hanya dinikmati oleh orang Jawa bukan orang asli Papua itu sendiri.
“Sekarang tenaga siapa yang di ambil untuk mengelolah kain batik itu bermotif Papua itu. Kalau orang jawa, maka orang Papua hanya gigit jari,” ujarnya.
Untuk itu, dia (Pendis Enumbi) menyarankan agar pabrik khusus khas Budaya Papua harus dibangun di tanah Papua agar mendukung pendapatan asli daerah dan juga membuka lapangan kerja bagi masyarakat Papua.
“Kami akan cari solusi agar pengolahan kain batik khas Papua, harus ditarik kembali ke Papua. kami tidak bisa lepas begitu saja karena ini menyangkut ciri khas budaya asli orang Papua dan karya anak-anak Papua, ” tutup Pendis. [PasifikPos]