Warga Kampung Nayaro Dapat Bantuan Bis Anti Peluru
pada tanggal
Sunday, 26 April 2015
TIMIKA (MIMIKA) - Warga Kampung Nayaro, Distrik Mimika Baru, mendapat bantuan satu unit kendaraan bus anti peluru dari PT Freeport Indonesia (FI). Adanya bantuan itu, warga Nayaro yang kini berada tempat-tempat pengungsian di Timika dan sepanjang Kali Kabur hingga pesisir pantai, diminta untuk segera kembali ke tanah kelahiran mereka di Kampung Nayaro.
“Beberapa waktu lalu saya sudah bertemu manajemen CLO Freeport Indonesia di samping Kantor Lantas Timika, dan mereka menyatakan bahwa kendaraan bus anti peluru untuk masyarakat Nayaro sudah siap dioperasikan pada 14 April 2015 untuk mengangkut masyarakat pergi pulang Kampung Nayaro,” kata Kepala Kampung Nayaro, Herman Apoka, di Jalan Yos Sudarso, Senin (6/4).
Herman mengatakan, bus anti peluru tersebut akan stand by di Terminal Gorong Gorong sesuai dengan tanggal yang ditentukan. Oleh karena itu, masyarakat Nayaro sudah harus bersiap-siap kembali ke tanah kelahiran mereka.
Herman mengatakan, sejak kasus penembakan misterius yang terjadi di area Freeport tahun 2009 silam, masyarakat Nayaro terpaksa mengungsi ke Timika dan menyewa rumah-rumah kontrakan. Adapula warga yang mendirikan befak-befak di sepanjang bantaran Kali Kabur hingga pesisir Mimika untuk mencari makan. “Sudah enam tahun lamanya masyarakat ingin untuk kembali ke kampung halaman mereka. Tetapi belum ada perhatian serius dari pemerintah, sehingga Freeport mengambil langkah untuk memfasilitasi masyarakat dengan kendaraan anti peluru untuk pergi pulang Kampung Nayaro, sehingga harapan masyarakat telah terwujud,” ungkapnya.
Dengan adanya bantuan kendaraan tersebut, sebut Herman, masyarakat Nayaro bisa memanfaatkannya untuk pergi pulang menjual hasil kebun dan ikan hasil tangkapan mereka ke Pasar Gorong Gorong, Pasar Koperapoka, dan Pasar Sentral di Timika.
Meski saat ini kondisi Kampung Nayaro masih memprihatinkan, karena rerumputan dan pepohonan. Namun beberapa fasilitas umum seperti sekolah, puskesmas dan balai kampung, sudah dibersihkan. Namun masih ada beberapa fasilitas umum lainnya perlu penanganan serius yakni saluran air dan instalasi listrik yang sudah dicuri orang tak dikenal.
“Minggu lalu kita sudah bersihkan bangunan sekolah, balai kampung dan klinik di sana. Rehabilitasi plafon yang rusak, fasilitas air dan instalasi listrik yang rusak. Walaupun kondisi kampung kita masih memprihatinkan, tetapi setelah ada bus ini masyarakat bisa kembali ke sana untuk membersihkan permukiman mereka,” terang Herman.
Ketika disinggung mengenai kondisi keamanan di kampung tersebut, Herman mengaku masih belum sepenuhnya kondusif. Namun banyak pos pasukan organik TNI-AD 754/Eme Neme Kangasi mulai dari Mil 36 sampai Kali Kopi Tanggul Timur untuk memberikan jaminan keamanan bagi masyarakat setempat. “Di sana banyak pos-pos pengamanan anggota TNI 754, mulai dari Mile 36-37 sampai ke Tanggul Timur, sehingga di sana aman. Sayangnya sejumlah teror yang terjadi selama ini disana diduga kuat merupakan kelompok kiriminal bersenjata yang datang dari Kota Timika untuk memperkeruh suasana di wilayah itu, karena di sana sama sekali tidak ada anggota OPM (Organisasi Papua Merdeka-Red),” jelasnya.
Herman mengaku tidak ada warga Nayaro yang masuk OPM. Oleh karena itu, aparat keamanan yang berjaga-jaga di wilayah itu tidak boleh bertindak gegabah dan menuding masyarakat Amungme dan Kamoro di sana sebagai OPM. Apabila ada masyarakat Amungme dan Kamoro yang lalu lalang di sekitar wilayah itu untuk mencari makan, aparat keamanan harus terlebih dulu menanyakan identitas diri seperti KTP.
“Saya sangat tahu persis masyarakat saya di sana, mereka bukan OPM. Tetapi selama ini ada warga yang datang dari kota kemudian mengganggu kenyamanan warga di sana. Tetapi masyarakat di sana sering dituding bahwa mereka adalah anggota OPM. Padahal tidak seperti yang aparat keamanan duga,” ungkap Herman. [HarianPapua]
“Beberapa waktu lalu saya sudah bertemu manajemen CLO Freeport Indonesia di samping Kantor Lantas Timika, dan mereka menyatakan bahwa kendaraan bus anti peluru untuk masyarakat Nayaro sudah siap dioperasikan pada 14 April 2015 untuk mengangkut masyarakat pergi pulang Kampung Nayaro,” kata Kepala Kampung Nayaro, Herman Apoka, di Jalan Yos Sudarso, Senin (6/4).
Herman mengatakan, bus anti peluru tersebut akan stand by di Terminal Gorong Gorong sesuai dengan tanggal yang ditentukan. Oleh karena itu, masyarakat Nayaro sudah harus bersiap-siap kembali ke tanah kelahiran mereka.
Herman mengatakan, sejak kasus penembakan misterius yang terjadi di area Freeport tahun 2009 silam, masyarakat Nayaro terpaksa mengungsi ke Timika dan menyewa rumah-rumah kontrakan. Adapula warga yang mendirikan befak-befak di sepanjang bantaran Kali Kabur hingga pesisir Mimika untuk mencari makan. “Sudah enam tahun lamanya masyarakat ingin untuk kembali ke kampung halaman mereka. Tetapi belum ada perhatian serius dari pemerintah, sehingga Freeport mengambil langkah untuk memfasilitasi masyarakat dengan kendaraan anti peluru untuk pergi pulang Kampung Nayaro, sehingga harapan masyarakat telah terwujud,” ungkapnya.
Dengan adanya bantuan kendaraan tersebut, sebut Herman, masyarakat Nayaro bisa memanfaatkannya untuk pergi pulang menjual hasil kebun dan ikan hasil tangkapan mereka ke Pasar Gorong Gorong, Pasar Koperapoka, dan Pasar Sentral di Timika.
Meski saat ini kondisi Kampung Nayaro masih memprihatinkan, karena rerumputan dan pepohonan. Namun beberapa fasilitas umum seperti sekolah, puskesmas dan balai kampung, sudah dibersihkan. Namun masih ada beberapa fasilitas umum lainnya perlu penanganan serius yakni saluran air dan instalasi listrik yang sudah dicuri orang tak dikenal.
“Minggu lalu kita sudah bersihkan bangunan sekolah, balai kampung dan klinik di sana. Rehabilitasi plafon yang rusak, fasilitas air dan instalasi listrik yang rusak. Walaupun kondisi kampung kita masih memprihatinkan, tetapi setelah ada bus ini masyarakat bisa kembali ke sana untuk membersihkan permukiman mereka,” terang Herman.
Ketika disinggung mengenai kondisi keamanan di kampung tersebut, Herman mengaku masih belum sepenuhnya kondusif. Namun banyak pos pasukan organik TNI-AD 754/Eme Neme Kangasi mulai dari Mil 36 sampai Kali Kopi Tanggul Timur untuk memberikan jaminan keamanan bagi masyarakat setempat. “Di sana banyak pos-pos pengamanan anggota TNI 754, mulai dari Mile 36-37 sampai ke Tanggul Timur, sehingga di sana aman. Sayangnya sejumlah teror yang terjadi selama ini disana diduga kuat merupakan kelompok kiriminal bersenjata yang datang dari Kota Timika untuk memperkeruh suasana di wilayah itu, karena di sana sama sekali tidak ada anggota OPM (Organisasi Papua Merdeka-Red),” jelasnya.
Herman mengaku tidak ada warga Nayaro yang masuk OPM. Oleh karena itu, aparat keamanan yang berjaga-jaga di wilayah itu tidak boleh bertindak gegabah dan menuding masyarakat Amungme dan Kamoro di sana sebagai OPM. Apabila ada masyarakat Amungme dan Kamoro yang lalu lalang di sekitar wilayah itu untuk mencari makan, aparat keamanan harus terlebih dulu menanyakan identitas diri seperti KTP.
“Saya sangat tahu persis masyarakat saya di sana, mereka bukan OPM. Tetapi selama ini ada warga yang datang dari kota kemudian mengganggu kenyamanan warga di sana. Tetapi masyarakat di sana sering dituding bahwa mereka adalah anggota OPM. Padahal tidak seperti yang aparat keamanan duga,” ungkap Herman. [HarianPapua]