Perempuan Papua Harus Miliki Semangat Kartini
pada tanggal
Sunday, 26 April 2015
KOTA JAYAPURA – Wakil Ketua III DPR Papua, Yanni, S.H., menyatakan, peringatan Hari Kartini yang berlangsung setiap tanggal 21 April diharapkan bisa jadi spirit bagi para perempuan di Indonesia untuk bangkit dan membuktikan bahwa perempuan juga bisa berkarya.
“Semoga makna Kartini ditahun ini dan juga tahun tahun mendatang, tidak hanya dijadikan sekedar serimonial runtitas, tapi muncul Kartini-Kartini baru yang melegenda seperti Ibu Kartini,” kata Yanni dalam pres releasenya, Minggu (19/4).
Ia menekankan, perempuan di Indonesia, khususnya di Papua harus memiliki spirit Kartini dan harus membuktikan bahwa perempuan juga bisa dan mampu berkarya serta mengabdi untuk masyarakat, bangsa dan negara.
Bahkan, menurutnya, meski Hari Kartini diperingati setiap tahunnya, namun ironis kondisi kaum perempuan masih banyak yang jauh dari harapan. Pelecehan seksual, praktek perbudakan di negeri orang berlebel Tenaga Kerja Wanita (TKW), ketidakadilan dalam keluarga dan pekerjaan, menjadi permasalahan yang masih dihadapi kaum perempuan.
“Seharusnya adalah kesetaraan, saling menghormati, saling mendukung dan saling menjaga kebebasan secara manusiawi. Tapi apakah sebagai perempuan harus diam diperlakukan seperti itu? Tentu tidak. Nasib sebagai kaum perempuan ada ditangan kita sendiri, jadi perlihatkan kalau kaum perempuan itu tidak lemah dan mempunyai kekuatan untuk melebihi kaum pria tanpa meninggalkan kondratnya,” ucapnya.
Yanni mengemukakan, banyak perempuan-perempuan Indonesia yang telah berperan dalam berbagai aspek pembangunan. Hal itu bukan karena belas kasihan, bukan karena proteksi, bukan karena hanya diberi kesempatan semata, tetapi karena kemampuan, kecakapan dan profesionalisme yang dimiliki lewat sebuah proses panjang.
“Jangan pernah malu dan jangan pernah turun semangat. Perempuan harus bisa membuktikan kalau mereka juga bisa memimpin, berkarya untuk bangsa, dan masyarakat. Salam Kartini,” katanya. [BintangPpaua]
“Semoga makna Kartini ditahun ini dan juga tahun tahun mendatang, tidak hanya dijadikan sekedar serimonial runtitas, tapi muncul Kartini-Kartini baru yang melegenda seperti Ibu Kartini,” kata Yanni dalam pres releasenya, Minggu (19/4).
Ia menekankan, perempuan di Indonesia, khususnya di Papua harus memiliki spirit Kartini dan harus membuktikan bahwa perempuan juga bisa dan mampu berkarya serta mengabdi untuk masyarakat, bangsa dan negara.
Bahkan, menurutnya, meski Hari Kartini diperingati setiap tahunnya, namun ironis kondisi kaum perempuan masih banyak yang jauh dari harapan. Pelecehan seksual, praktek perbudakan di negeri orang berlebel Tenaga Kerja Wanita (TKW), ketidakadilan dalam keluarga dan pekerjaan, menjadi permasalahan yang masih dihadapi kaum perempuan.
“Seharusnya adalah kesetaraan, saling menghormati, saling mendukung dan saling menjaga kebebasan secara manusiawi. Tapi apakah sebagai perempuan harus diam diperlakukan seperti itu? Tentu tidak. Nasib sebagai kaum perempuan ada ditangan kita sendiri, jadi perlihatkan kalau kaum perempuan itu tidak lemah dan mempunyai kekuatan untuk melebihi kaum pria tanpa meninggalkan kondratnya,” ucapnya.
Yanni mengemukakan, banyak perempuan-perempuan Indonesia yang telah berperan dalam berbagai aspek pembangunan. Hal itu bukan karena belas kasihan, bukan karena proteksi, bukan karena hanya diberi kesempatan semata, tetapi karena kemampuan, kecakapan dan profesionalisme yang dimiliki lewat sebuah proses panjang.
“Jangan pernah malu dan jangan pernah turun semangat. Perempuan harus bisa membuktikan kalau mereka juga bisa memimpin, berkarya untuk bangsa, dan masyarakat. Salam Kartini,” katanya. [BintangPpaua]