Lembaga Pusat Pelayanan Perempuan Papua Indonesia (LP4I) Minta Mama-mama harus Tangguh
pada tanggal
Sunday, 26 April 2015
MERAUKE - Peringatan Hari Kartini ke 136 membuka peluang bagi perempuan Indonesia khususnya Papua mampu berdiri sendiri dilandasi kualitas SDM yang baik. Saat ini begitu banyak mama-mama Papua yang tergolong masih dalam kategori keterbelakangan.
“Perempuan Papua harus tangguh, tahan banting serta tidak berdiam diri untuk berkiprah sejajar sejajar dengan laki-laki. Selama ini perempuan Papua sudah berperan aktif, tetapi masih ada yang terbelakang,” tutur Ketua Lembaga Pusat Pelayanan Perempuan Papua Indonesia (LP4I) Abriani Heremba di Merauke, Selasa (21/4/2015).
Melalui wadah LP4I pendampingan akan diprioritaskan, lebih ditingkatkan dalam bidang ekonomi kreatif, pendidikan dan kesehatan. Ini diupayakan sebagai dasar pembangunan perempuan Papuan dalam berinovasi dan berkreasi sehingga dapat bersaing dengan perempuan lainnya di Indonesia.
“Dalam LP4I mereka mulai berperan aktif, untuk menampilkan jati dirinya sebagai perempuan Papua. Perempuan juga harus mampu menjaga diri dan memiliki cara untuk menolak kekerasan demi menyelamatkan diri, keluarga termasuk asset dan SDA yang ada.”
Ketua LP4I menambahkan, masalah kasus terdominan secar global adalah masalah kekerasan dalam rumah tangga. Minuman keras (miras) menjadi pemicu utama terjadinya kekerasan dalam RT, sehingga kondisi ini, perempuan harus kompak untuk berjuang menolak kekerasan itu.
Kasus berikutnya, bertambah banyaknya anak pengisap lem aibon yang saat ini sangat marak di Papua. Perempuan diminta untuk menyelamatkan anak-anaknya sebagai generasi penerus bangsa agar tidak sampai rusak dalam kegiatan yang menghancurkan masa depan anak.
Diharapkan, Pemda setempat harus membuat satu aturan agar pemanfaatan lem aibon tidak disalahgunakan. Sikap tegas segera dilakukan Pemda dalam menyikapi masalah tersebut, karena keselamatan dan kesehatan masyarakat adalah tanggung jawab dan membutuhkan perhatian serius dari pemerintah. [SuaraMerauke]
“Perempuan Papua harus tangguh, tahan banting serta tidak berdiam diri untuk berkiprah sejajar sejajar dengan laki-laki. Selama ini perempuan Papua sudah berperan aktif, tetapi masih ada yang terbelakang,” tutur Ketua Lembaga Pusat Pelayanan Perempuan Papua Indonesia (LP4I) Abriani Heremba di Merauke, Selasa (21/4/2015).
Melalui wadah LP4I pendampingan akan diprioritaskan, lebih ditingkatkan dalam bidang ekonomi kreatif, pendidikan dan kesehatan. Ini diupayakan sebagai dasar pembangunan perempuan Papuan dalam berinovasi dan berkreasi sehingga dapat bersaing dengan perempuan lainnya di Indonesia.
“Dalam LP4I mereka mulai berperan aktif, untuk menampilkan jati dirinya sebagai perempuan Papua. Perempuan juga harus mampu menjaga diri dan memiliki cara untuk menolak kekerasan demi menyelamatkan diri, keluarga termasuk asset dan SDA yang ada.”
Ketua LP4I menambahkan, masalah kasus terdominan secar global adalah masalah kekerasan dalam rumah tangga. Minuman keras (miras) menjadi pemicu utama terjadinya kekerasan dalam RT, sehingga kondisi ini, perempuan harus kompak untuk berjuang menolak kekerasan itu.
Kasus berikutnya, bertambah banyaknya anak pengisap lem aibon yang saat ini sangat marak di Papua. Perempuan diminta untuk menyelamatkan anak-anaknya sebagai generasi penerus bangsa agar tidak sampai rusak dalam kegiatan yang menghancurkan masa depan anak.
Diharapkan, Pemda setempat harus membuat satu aturan agar pemanfaatan lem aibon tidak disalahgunakan. Sikap tegas segera dilakukan Pemda dalam menyikapi masalah tersebut, karena keselamatan dan kesehatan masyarakat adalah tanggung jawab dan membutuhkan perhatian serius dari pemerintah. [SuaraMerauke]