Kepala Suku Nilai Pembangunan Smelter Berikan Manfaat
pada tanggal
Tuesday, 28 April 2015
TIMIKA (MIMIKA) – Terkait rencana pembangunan pabrik proses pengolahan dan pemurnian tembaga atau smelter di Kabupaten Mimika, banyak pihak menunjukan dukungannya. Salah satunya dari Kepala Suku Pigapu, Sebastian Mapareyau yang menyatakan bahwa pembangunan smelter memberikan manfaat untuk masyarakat asli.
“Pembangunan kompleks industri ini sangat menguntungkan kita semua, memberikan pembangunan dan pemberdayaan kepada masyarakat asli secara lebih baik lagi,” ujarnya saat ditemui Salam Papua pada Senin (27/4).
Hal ini berani dikatakan setelah dirinya mewakili empat taparu yang memiliki hak ulayat di sepanjang pesisir areal Pigaupu hingga Amamapare yakni Umiripi, Mauripi, Tauripi dan Memonakauhiripi telah melihat sendiri kondisi nyata dari pengelolaan perusahaan smelter dan pabrik sampingannya di Provinsi An Hui, Republik Rakyat China beberapa waktu yang lalu.
“Pak Bupati, Pak Gubernur, para anggota DPR Papua dan para tokoh adat termasuk saya melihat dengan mata kepala sendiri proses pengolahan smelter di An Hui,” ujarnya dengan menyambung, “Dari empat marga yang mempunyai taparu, saya yang dipercayakan untuk diutus. Sebab sebagai kepala suku untuk semua taparu dan kampung, kami harus melihat gambaran jelas dari akibat dibangunnya industri dan pabrik di tanah kami.”
Dikatakan bahwa Gubernur Papua, Lukas Enembe dan Bupati Mimika, Eltinus Omaleng merupakan pribadi yang memiliki komitmen penuh dalam melayani rakyat Papua, sebab keteguhan hati mereka dalam menyukseskan proyek pembuatan smelter ini merupakan usaha keras yang berbuah manis.
“Sebagai anak adat dan anak daerah, kedua pemimpin ini sangat berpikir kedepan untuk kepentingan rakyatnya. Mereka melihat kedalam isi hati masyarakat dan tidak berpikir hanya untuk kepentingan saat ini saja,” ujarnya.
Ia juga mengharapkan agar niat baik kedua pemimpin ini dapat didukung semua pihak, baik orang Papua sendiri dan juga pemerintah pusat dan pihak-pihak lain yang masih meragukan rencana besar ini.
“Mereka berpikir tidak untuk hari ini saja, tetapi untuk anak cucu pada keturunan berikutnya juga. Beliau berdua punya ide baik dan kami dukung itu. Dan kami sangat harap pemerintah pusat melihat hal baik itu,” tegasnya.
Sebastian juga menceritakan perjalanan rombongan Papua ke tiga prefektur (setingkat kabupaten-red) yang dikunjungi pihaknya di Provinsi An Hui, Republik Rakyat Cina yakni Prefektur Tongling, Prefektur Maanshan dan Prefektur Hufei.
“Ada tiga kabupaten yang kami kunjungi, yang ternyata pengelolaannya sangat baik, baik untuk pabriknya, fasilitasnya maupun sistem pelayanan masyarakatnya,” kisahnya dengan menyambung, “Merkuri dari hasil industrinya dikelola dengan baik, sedangkan rakyatnya dibangunkan rumah dengan baik dan sangat layak, bukan rumah seperti yang dibangun disini, tetapi rumah-rumah apartemen yang bertingkat. Itu semua diberikan kepada warga pemilik tanah.”
Selanjutnya dikatakan bahwa pihak pemerintah dan perusahaan sangat memperhatikan masyarakat asli di lokasi pabrik pemurnian di Tongling, hal ini pula yang menjadi dasar pemikirannya melihat besarnya manfaat yang didapat.
“Masyarakat diberikan jaminan hidup yang sangat baik, mereka difasilitasi sesuai dengan permintaan masyarakat dengan nilai yang tinggi, sampai 10 juta rupiah per bulannya, penentuan itu diterima oleh perusahaan dengan baik,” tuturnya.
Selanjutnya ia mengharapkan agar pemerintah pusat dapat melihat manfaat besar ini sehingga tidak lagi merugikan orang Papua yang saat ini telah memahami baik buruknya investasi di daerahnya.
“Rombongan dari Papua dan dari pusat yang melihat positifnya (sisi baiknya-red) seperti apa, sehingga pemerintah pusat dengan Papua bisa ambil keputusan pasti dengan melihat lokasi pabrik smelter, sehingga ada perhitungan jelas yang bisa dibuat di Timika, sehingga tidak ada dampak tidak baik terhadap orang Papua yang bisa membunuh orang Papua,” tegasnya.
Sebelumnya Gubernur Papua dan Bupati Mimika bersama perwakilan Kementrian Luar Negeri telah menandatangani kesepakatan kerja sama dengan CEO Felix Gold, Bao Dong Bin pada Kamis (23/4) lalu.
Penandatangan kerja sama ini akan memperbolehkan perusahaan itu membangun pabrik smelter di areal Pomako yang merupakan bagian dari kawasan operasional PT Freeport Indonesia.
Sebelum menandatangi perjanjian kerja sama, rombongan Papua terlebih dahulu meninjau pabrik smelter milik group itu yang berada di Tongling, Provinsi An Hui. Saat peninjauan di pabrik terungkap bahwa pabrik tersebut setiap harinya mengolah 1.000 ton konsentrat. [SalamPapua]
“Pembangunan kompleks industri ini sangat menguntungkan kita semua, memberikan pembangunan dan pemberdayaan kepada masyarakat asli secara lebih baik lagi,” ujarnya saat ditemui Salam Papua pada Senin (27/4).
Hal ini berani dikatakan setelah dirinya mewakili empat taparu yang memiliki hak ulayat di sepanjang pesisir areal Pigaupu hingga Amamapare yakni Umiripi, Mauripi, Tauripi dan Memonakauhiripi telah melihat sendiri kondisi nyata dari pengelolaan perusahaan smelter dan pabrik sampingannya di Provinsi An Hui, Republik Rakyat China beberapa waktu yang lalu.
“Pak Bupati, Pak Gubernur, para anggota DPR Papua dan para tokoh adat termasuk saya melihat dengan mata kepala sendiri proses pengolahan smelter di An Hui,” ujarnya dengan menyambung, “Dari empat marga yang mempunyai taparu, saya yang dipercayakan untuk diutus. Sebab sebagai kepala suku untuk semua taparu dan kampung, kami harus melihat gambaran jelas dari akibat dibangunnya industri dan pabrik di tanah kami.”
Dikatakan bahwa Gubernur Papua, Lukas Enembe dan Bupati Mimika, Eltinus Omaleng merupakan pribadi yang memiliki komitmen penuh dalam melayani rakyat Papua, sebab keteguhan hati mereka dalam menyukseskan proyek pembuatan smelter ini merupakan usaha keras yang berbuah manis.
“Sebagai anak adat dan anak daerah, kedua pemimpin ini sangat berpikir kedepan untuk kepentingan rakyatnya. Mereka melihat kedalam isi hati masyarakat dan tidak berpikir hanya untuk kepentingan saat ini saja,” ujarnya.
Ia juga mengharapkan agar niat baik kedua pemimpin ini dapat didukung semua pihak, baik orang Papua sendiri dan juga pemerintah pusat dan pihak-pihak lain yang masih meragukan rencana besar ini.
“Mereka berpikir tidak untuk hari ini saja, tetapi untuk anak cucu pada keturunan berikutnya juga. Beliau berdua punya ide baik dan kami dukung itu. Dan kami sangat harap pemerintah pusat melihat hal baik itu,” tegasnya.
Sebastian juga menceritakan perjalanan rombongan Papua ke tiga prefektur (setingkat kabupaten-red) yang dikunjungi pihaknya di Provinsi An Hui, Republik Rakyat Cina yakni Prefektur Tongling, Prefektur Maanshan dan Prefektur Hufei.
“Ada tiga kabupaten yang kami kunjungi, yang ternyata pengelolaannya sangat baik, baik untuk pabriknya, fasilitasnya maupun sistem pelayanan masyarakatnya,” kisahnya dengan menyambung, “Merkuri dari hasil industrinya dikelola dengan baik, sedangkan rakyatnya dibangunkan rumah dengan baik dan sangat layak, bukan rumah seperti yang dibangun disini, tetapi rumah-rumah apartemen yang bertingkat. Itu semua diberikan kepada warga pemilik tanah.”
Selanjutnya dikatakan bahwa pihak pemerintah dan perusahaan sangat memperhatikan masyarakat asli di lokasi pabrik pemurnian di Tongling, hal ini pula yang menjadi dasar pemikirannya melihat besarnya manfaat yang didapat.
“Masyarakat diberikan jaminan hidup yang sangat baik, mereka difasilitasi sesuai dengan permintaan masyarakat dengan nilai yang tinggi, sampai 10 juta rupiah per bulannya, penentuan itu diterima oleh perusahaan dengan baik,” tuturnya.
Selanjutnya ia mengharapkan agar pemerintah pusat dapat melihat manfaat besar ini sehingga tidak lagi merugikan orang Papua yang saat ini telah memahami baik buruknya investasi di daerahnya.
“Rombongan dari Papua dan dari pusat yang melihat positifnya (sisi baiknya-red) seperti apa, sehingga pemerintah pusat dengan Papua bisa ambil keputusan pasti dengan melihat lokasi pabrik smelter, sehingga ada perhitungan jelas yang bisa dibuat di Timika, sehingga tidak ada dampak tidak baik terhadap orang Papua yang bisa membunuh orang Papua,” tegasnya.
Sebelumnya Gubernur Papua dan Bupati Mimika bersama perwakilan Kementrian Luar Negeri telah menandatangani kesepakatan kerja sama dengan CEO Felix Gold, Bao Dong Bin pada Kamis (23/4) lalu.
Penandatangan kerja sama ini akan memperbolehkan perusahaan itu membangun pabrik smelter di areal Pomako yang merupakan bagian dari kawasan operasional PT Freeport Indonesia.
Sebelum menandatangi perjanjian kerja sama, rombongan Papua terlebih dahulu meninjau pabrik smelter milik group itu yang berada di Tongling, Provinsi An Hui. Saat peninjauan di pabrik terungkap bahwa pabrik tersebut setiap harinya mengolah 1.000 ton konsentrat. [SalamPapua]