Rektor Universitas Cenderawasih, Prof Dr Karel Sesa Tutup Usia
pada tanggal
Friday, 6 March 2015
KOTA JAYAPURA - Awan hitam menyelimuti Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura. Pasalnya pimpinan tertinggi Uncen, Prof Dr Karel Sesa, M.Si, Selasa (3/3) kemarin secara mendadak tutup usia di RS Dian Harapan, Waena, Selasa (3/3) sore.
Kepergian orang nomor satu di Uncen ini membuat banyak kalangan terhenyak. Bagaimana tidak, awalnya almarhum baru saja pulang menghadiri wisuda sang anak, Andika Sesa di Universitas Atma Jaya, Jogya. Sebelum kembali ke Jayapura, ia masih sempat menghadiri kegiatan Fakultas Hukum di Timika. Namun ketika tiba di Bandara Sentani, Jayapura, Prof. Karel Sesa yang mengeluhkan sesak nafas langsung dibawa ke RS Dian Harapan. Di RS Dian Harapan tersebut, Prof. Karel Sesa akhirnya menghembus nafas terakhir setelah sempat mendapatkan perawatan medis.
Anak keempat almarhum, Novia Sesa kepada Cenderawasih Pos menceritakan bahwa sebelum sang ayah meninggal, sekitar pukul 11.30 WIT. Novia dan sopir sempat menjemput di Bandara Sentani dan saat bertemu, dirinya sempat melihat jika kondisi ayahnya sedikit sesak nafas dan akhirnya diputuskan langsung dibawa ke RS Dian Harapan.
Setelah masuk ke RS Dian Harapan pukul 12.30 WIT, ayahnya Prof. Karel Sesa masih sempat mendapatkan perawatan dan sekitar pukul 15.00 WIT almarhum akhirnya menghembuskan nafas terakhir.
“Tadi pagi saya diberitahu bapak mau datang jadi saya dengan sopir jemput di Bandara Sentani. Sebelumnya bapak ikut acara kakak wisuda di Jogya dan karena ada kegiatan di Timika jadi turun di Timika dan tadi pagi turun ke Jayapura dan karena di bandara sudah mulai sesak saya langsung bawa ke rumah sakit dan di rumah sakit sempat dipasang oksigen lengkap,” kata Novia di rumah duka, sorenya.
Dikatakan setelah dipasang oksigen di RS Dian Harapan, kondisi sang ayah mulai membaik dan kemudian dibawa ke ruangan (kamar rawat inap, Red). Di kamar tempatnya dirawat, almarhum masih sempat ke kamar mandi dan ketika keluar kamar mandi inilah kondisi tubuhnya kembali sesak dan langsung dibantu dengan alat pernafasan. “Sudah dibantu dengan alat tapi sudah tidak bisa,” ucap Novia.
Gadis bertubuh ramping yang kini tengah kuliah di Jayapura memang terlihat lebih tenang dibanding beberapa saudaranya yang lain. Novia bahkan sempat berkoordinasi dengan keluarga yang lain soal persiapan beberapa hari ke depan. Sementara untuk waktu pemakamannya dikatakan bahwa nantinya ada keputusan bersama dari keluarga untuk menentukan waktu pemakaman. “Nanti keluarga yang putuskan,” imbuhnya.
Sementara itu, Pembantu Rektor IV Uncen, Julius Ary Mollet, Ph.D yang ditemui saat berada di RS Dian Harapan menyampaikan bahwa Rektor Prof. Karel Sesa meninggal sekitar pukul 15.00 WIT, setelah lebih dulu mengalami sesak nafas.
Ary Mollet sendiri sempat mendampingi almarhum saat berada di rumah sakit. “Ada sekitar 5 atau 6 dokter yang sempat menangani Pak Rektor termasuk menggunakan alat bantu oksigen tapi Tuhan berkehendak lain dan yang jelas kami sangat berduka,” tuturnya.
Senada dengan itu, Pembantu Rektor III, Frederik Sokoy juga membenarkan bahwa rencananya jenazah akan disemayamkan di Auditorium Uncen, namun untuk waktunya apakah besok (hari ini) atau lusa masih akan dikoordinasi.
“Beliau meninggal dalam posisi aktif sebagai pimpinan sehingga pastinya akan disemayamkan dulu di Auditorium,” kata Frederik.
Dari pantauan Cenderawasih Pos sekitar pukul 16.00 WIT, sang istri, Agustina Rumbekwan tiba di rumah sakit dan langsung menuju kamar perawatan. Tak lama setelah dimandikan almarhum langsung dibawa ke ruang jenazah dan didoakan. Setelah itu jenazah dibawa ke rumah dinas Rektor Uncen di Padang Bulan untuk disemayamkan.
Di rumah duka, terlihat cukup banyak mahasiswa/mahasiswi maupun alumni Uncen yang hadir dan hingga sore kemarin terlihat halaman rumah mulai dipenuhi pelayat. Almarhum Prof. Karel Sesa sendiri meninggalkan 5 orang anak yaitu Deni Sesa, Andka Sesa, Hani Yuliana Sesa, Novia Sesa dan Stela Sesa serta dua orang cucu yaitu El Nathan dan Elisabeth. [Cepos]
Kepergian orang nomor satu di Uncen ini membuat banyak kalangan terhenyak. Bagaimana tidak, awalnya almarhum baru saja pulang menghadiri wisuda sang anak, Andika Sesa di Universitas Atma Jaya, Jogya. Sebelum kembali ke Jayapura, ia masih sempat menghadiri kegiatan Fakultas Hukum di Timika. Namun ketika tiba di Bandara Sentani, Jayapura, Prof. Karel Sesa yang mengeluhkan sesak nafas langsung dibawa ke RS Dian Harapan. Di RS Dian Harapan tersebut, Prof. Karel Sesa akhirnya menghembus nafas terakhir setelah sempat mendapatkan perawatan medis.
Anak keempat almarhum, Novia Sesa kepada Cenderawasih Pos menceritakan bahwa sebelum sang ayah meninggal, sekitar pukul 11.30 WIT. Novia dan sopir sempat menjemput di Bandara Sentani dan saat bertemu, dirinya sempat melihat jika kondisi ayahnya sedikit sesak nafas dan akhirnya diputuskan langsung dibawa ke RS Dian Harapan.
Setelah masuk ke RS Dian Harapan pukul 12.30 WIT, ayahnya Prof. Karel Sesa masih sempat mendapatkan perawatan dan sekitar pukul 15.00 WIT almarhum akhirnya menghembuskan nafas terakhir.
“Tadi pagi saya diberitahu bapak mau datang jadi saya dengan sopir jemput di Bandara Sentani. Sebelumnya bapak ikut acara kakak wisuda di Jogya dan karena ada kegiatan di Timika jadi turun di Timika dan tadi pagi turun ke Jayapura dan karena di bandara sudah mulai sesak saya langsung bawa ke rumah sakit dan di rumah sakit sempat dipasang oksigen lengkap,” kata Novia di rumah duka, sorenya.
Dikatakan setelah dipasang oksigen di RS Dian Harapan, kondisi sang ayah mulai membaik dan kemudian dibawa ke ruangan (kamar rawat inap, Red). Di kamar tempatnya dirawat, almarhum masih sempat ke kamar mandi dan ketika keluar kamar mandi inilah kondisi tubuhnya kembali sesak dan langsung dibantu dengan alat pernafasan. “Sudah dibantu dengan alat tapi sudah tidak bisa,” ucap Novia.
Gadis bertubuh ramping yang kini tengah kuliah di Jayapura memang terlihat lebih tenang dibanding beberapa saudaranya yang lain. Novia bahkan sempat berkoordinasi dengan keluarga yang lain soal persiapan beberapa hari ke depan. Sementara untuk waktu pemakamannya dikatakan bahwa nantinya ada keputusan bersama dari keluarga untuk menentukan waktu pemakaman. “Nanti keluarga yang putuskan,” imbuhnya.
Sementara itu, Pembantu Rektor IV Uncen, Julius Ary Mollet, Ph.D yang ditemui saat berada di RS Dian Harapan menyampaikan bahwa Rektor Prof. Karel Sesa meninggal sekitar pukul 15.00 WIT, setelah lebih dulu mengalami sesak nafas.
Ary Mollet sendiri sempat mendampingi almarhum saat berada di rumah sakit. “Ada sekitar 5 atau 6 dokter yang sempat menangani Pak Rektor termasuk menggunakan alat bantu oksigen tapi Tuhan berkehendak lain dan yang jelas kami sangat berduka,” tuturnya.
Senada dengan itu, Pembantu Rektor III, Frederik Sokoy juga membenarkan bahwa rencananya jenazah akan disemayamkan di Auditorium Uncen, namun untuk waktunya apakah besok (hari ini) atau lusa masih akan dikoordinasi.
“Beliau meninggal dalam posisi aktif sebagai pimpinan sehingga pastinya akan disemayamkan dulu di Auditorium,” kata Frederik.
Dari pantauan Cenderawasih Pos sekitar pukul 16.00 WIT, sang istri, Agustina Rumbekwan tiba di rumah sakit dan langsung menuju kamar perawatan. Tak lama setelah dimandikan almarhum langsung dibawa ke ruang jenazah dan didoakan. Setelah itu jenazah dibawa ke rumah dinas Rektor Uncen di Padang Bulan untuk disemayamkan.
Di rumah duka, terlihat cukup banyak mahasiswa/mahasiswi maupun alumni Uncen yang hadir dan hingga sore kemarin terlihat halaman rumah mulai dipenuhi pelayat. Almarhum Prof. Karel Sesa sendiri meninggalkan 5 orang anak yaitu Deni Sesa, Andka Sesa, Hani Yuliana Sesa, Novia Sesa dan Stela Sesa serta dua orang cucu yaitu El Nathan dan Elisabeth. [Cepos]