Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tawarkan Proyek Smelter ke 3
pada tanggal
Wednesday, 4 March 2015
JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menawarkan satu lagi proyek fasilitas pengolahan dan pemurnian konsentrat (smelter) tembaga dalam waktu dekat. Ini dilakukan demi menyiasati tingginya permintaan tembaga murni dalam negeri beberapa tahun ke depan.
“Pasca 2023 kita masih memerlukan satu lagi tambahan smelter tembaga dengan kapasitas 500ribu sampai 700ribu ton konsentrat. Smelter yang ada sekarang (PT Smelting) dan yang akan dibangun Freeport di Gresik dan Papua belum mampu menyerap dan mencukupi kebutuhan,” kata Direktur Jenderal Mineral dan Batubara, R. Sukhyar, di Jakarta, Senin (2/3/2015).
Berdasarkan proyeksi Kementerian Perindustrian, pada 2025, Indonesia membutuhkan sedikitnya 1,68 juta ton tembaga murni per tahun dengan total kebutuhan pasokan mencapai 4,8 juta ton konsentrat.
Dengan proyeksi produksi tembaga murni sepuluh tahun mendatang mencapai 1,3 juta ton, Indonesia masih harus memproduksi 300 ribu ton tembaga murni per tahun.
“Akan kita carikan lokasinya, di Sumbawa atau Sulawesi. Di wilayah tersebut harus ada industri pendukung, sumber energi listrik dan industri pengolahan limbah smelter seperti semen dan petrokimia,” ucap Sukhyar.
Saat ini ada dua investor yang akan membangun smelter di Indonesia. Pertama, PT Freeport Indonesia, akan membangun smelter tembaga katoda di Gresik dengan kebutuhan konsentrat 2 juta ton per tahun. Kedua, Pemkab Mimika, akan membangun smelter di Papua dengan kebutuhan konsentrat 900ribu ton per tahun.
Smelter tambaga yang saat ini telah berproduksi ialah milik PT Smelting di Gresik dengan daya konsentrat tembaga mencapai 1 juta ton per tahun.
Daya serap smelter konsentrat tembaga pada 2025 diperkirakan 4,3 juta ton. Artinya, ada kelebihan produksi 500ribu ton. “Kelebihan itu yang akan diolah di smelter yang baru,” katanya. [CNN]
“Pasca 2023 kita masih memerlukan satu lagi tambahan smelter tembaga dengan kapasitas 500ribu sampai 700ribu ton konsentrat. Smelter yang ada sekarang (PT Smelting) dan yang akan dibangun Freeport di Gresik dan Papua belum mampu menyerap dan mencukupi kebutuhan,” kata Direktur Jenderal Mineral dan Batubara, R. Sukhyar, di Jakarta, Senin (2/3/2015).
Berdasarkan proyeksi Kementerian Perindustrian, pada 2025, Indonesia membutuhkan sedikitnya 1,68 juta ton tembaga murni per tahun dengan total kebutuhan pasokan mencapai 4,8 juta ton konsentrat.
Dengan proyeksi produksi tembaga murni sepuluh tahun mendatang mencapai 1,3 juta ton, Indonesia masih harus memproduksi 300 ribu ton tembaga murni per tahun.
“Akan kita carikan lokasinya, di Sumbawa atau Sulawesi. Di wilayah tersebut harus ada industri pendukung, sumber energi listrik dan industri pengolahan limbah smelter seperti semen dan petrokimia,” ucap Sukhyar.
Saat ini ada dua investor yang akan membangun smelter di Indonesia. Pertama, PT Freeport Indonesia, akan membangun smelter tembaga katoda di Gresik dengan kebutuhan konsentrat 2 juta ton per tahun. Kedua, Pemkab Mimika, akan membangun smelter di Papua dengan kebutuhan konsentrat 900ribu ton per tahun.
Smelter tambaga yang saat ini telah berproduksi ialah milik PT Smelting di Gresik dengan daya konsentrat tembaga mencapai 1 juta ton per tahun.
Daya serap smelter konsentrat tembaga pada 2025 diperkirakan 4,3 juta ton. Artinya, ada kelebihan produksi 500ribu ton. “Kelebihan itu yang akan diolah di smelter yang baru,” katanya. [CNN]