Jemaat-jemaat dan Badan Pengurus Persekutuan Gereja Baptis Papua (PGBP) Siap Untuk Bersatu
pada tanggal
Friday, 27 March 2015
KOTA JAYAPURA - Delapan persekutuan gereja-gereja Baptis Papua (BPP-PGGBP) dan Badan pengurus wilayah gereja Baptis Keerom (BPWGBK) menyatakan sikap untuk tetap bersatu otonom (bersikap netral) terhadap dualisme kepemimpinan Gereja Baptis di Papua dibawah kepemimpinan, Pdt. Socrates Yoman dan Pdt. Perinus Kogoya.
Pernyataan itu disampaikan langsung dalam acara perdamaian persekutuan gereja-gereja Baptis Papua (BPP-PGGBP) dan Badan pengurus wilayah gereja Baptis Keerom (BPWGBK), yang berlangsung di Gereja Baptis Workwana, di jalan I Barat No 33 Kampung Yamta Distrik Arso-Kabupaten Keerom, Rabu (25/3) kemarin.
Ketua wilayah Baptis Keerom, Pdt. Yeremias menyatakan, pertemuan yang dilakukan ini untuk menyatukan persepsi agar tetap bersatu dalam posisi netral terhadap dualisme kepemimpinan pengurus Baptis Papua yang sudah berjalan selama 10 tahun lebih.
Dikatakannya, dualisme kepemimpinan itu terjadi ketika Kongres di Wamena, Kabupaten puncak Jaya yang kini dipimpin oleh Pdt. Socrates Yoman, sedangkan Kongres di Jayapura kini di pimpin oleh Pdt. Perinus Kogoya.
“Kami PGGP wilayah Keerom tidak mau memihak kepada siapapun. Tapi Kami tetap bersikap otonom sambil menunggu Kongres Luar biasa pada tahun 2016 mendatang demi keutuhan Gereja Tuhan,” kata Yeremias kepada wartawan usai pertemuan.
Ia mengemukakan, dualisme kepemimpinan selama ini banyak kader generasi gereja hancur. Padahal, gereja bertujuan untuk menyatukan semua umat untuk tetap berda dalam nauhan tuhan, akan tetapi selama selalu memiliki images tidak kepercayaan. “Kami tidak mau hancur terus menerus tapi kami mau maju karena yesus sudah memberikan yang seutuhkan kepada gereja,” ucapnya.
Senada disampaikan Ketua BPPGP Kabupaten Keerom, Pdt. Edi Togodli S.Th, menyatakan, bahwa Gereja Baptis di Papua merupakan gereja tertua, sehingga harus memberikan contoh bagi umat Tuhan, bukan memiliki dualisme kepemimpinan.
“Kalau ada dualisme kepemipinan maka pemerintah bingung ketika mau menyerahkan bantuan Gereja. Jadi, kami tidak ingin gereja terpecah belah hanya karena dualisme kepemimpinan. Kami setuju jikalau dilakukan Kongres luar biasa supaya kepemimpinan jelas,” katanya.
Sementara itu, Borius Jikwa selaku Kader Gereja yang juga sebagai anggota DPR Papua menyampaikan rasa terimakasi karena Gereja dan masyarakat di Keerom memberikan kesempatan untuk hadir guna mengevaluasi adanya dualisme kepemimpinan Gereja Baptis di Papua.
“Saya selaku tokoh intelektual dan kader Gereja Baptis merasa bangga karena delapan Gereja Baptis di Keerom mengambil sikap untuk tidak memihak kepada siapapun atas dualisme kepemimpinan gereja Baptis di Papua ini,” katanya. [BintangPapua]
Pernyataan itu disampaikan langsung dalam acara perdamaian persekutuan gereja-gereja Baptis Papua (BPP-PGGBP) dan Badan pengurus wilayah gereja Baptis Keerom (BPWGBK), yang berlangsung di Gereja Baptis Workwana, di jalan I Barat No 33 Kampung Yamta Distrik Arso-Kabupaten Keerom, Rabu (25/3) kemarin.
Ketua wilayah Baptis Keerom, Pdt. Yeremias menyatakan, pertemuan yang dilakukan ini untuk menyatukan persepsi agar tetap bersatu dalam posisi netral terhadap dualisme kepemimpinan pengurus Baptis Papua yang sudah berjalan selama 10 tahun lebih.
Dikatakannya, dualisme kepemimpinan itu terjadi ketika Kongres di Wamena, Kabupaten puncak Jaya yang kini dipimpin oleh Pdt. Socrates Yoman, sedangkan Kongres di Jayapura kini di pimpin oleh Pdt. Perinus Kogoya.
“Kami PGGP wilayah Keerom tidak mau memihak kepada siapapun. Tapi Kami tetap bersikap otonom sambil menunggu Kongres Luar biasa pada tahun 2016 mendatang demi keutuhan Gereja Tuhan,” kata Yeremias kepada wartawan usai pertemuan.
Ia mengemukakan, dualisme kepemimpinan selama ini banyak kader generasi gereja hancur. Padahal, gereja bertujuan untuk menyatukan semua umat untuk tetap berda dalam nauhan tuhan, akan tetapi selama selalu memiliki images tidak kepercayaan. “Kami tidak mau hancur terus menerus tapi kami mau maju karena yesus sudah memberikan yang seutuhkan kepada gereja,” ucapnya.
Senada disampaikan Ketua BPPGP Kabupaten Keerom, Pdt. Edi Togodli S.Th, menyatakan, bahwa Gereja Baptis di Papua merupakan gereja tertua, sehingga harus memberikan contoh bagi umat Tuhan, bukan memiliki dualisme kepemimpinan.
“Kalau ada dualisme kepemipinan maka pemerintah bingung ketika mau menyerahkan bantuan Gereja. Jadi, kami tidak ingin gereja terpecah belah hanya karena dualisme kepemimpinan. Kami setuju jikalau dilakukan Kongres luar biasa supaya kepemimpinan jelas,” katanya.
Sementara itu, Borius Jikwa selaku Kader Gereja yang juga sebagai anggota DPR Papua menyampaikan rasa terimakasi karena Gereja dan masyarakat di Keerom memberikan kesempatan untuk hadir guna mengevaluasi adanya dualisme kepemimpinan Gereja Baptis di Papua.
“Saya selaku tokoh intelektual dan kader Gereja Baptis merasa bangga karena delapan Gereja Baptis di Keerom mengambil sikap untuk tidak memihak kepada siapapun atas dualisme kepemimpinan gereja Baptis di Papua ini,” katanya. [BintangPapua]