Tanggapan Forum Kerja Sama Lembaga Swadaya Masyarakat (Foker LSM) Papua Terhadap Penghinaan Cita Citata
pada tanggal
Monday, 23 February 2015
"Kami inginkan Cita Citata dan Trans Tv mengklarifikasi lewat konferensi pers dan meminta maaf terkait pemberitaan di Insert Siang, yang memuat pernyataan menyudutkan orang Papua," kata Lien Maloali, Sekretaris Eksekutif Foker LSM Papua di Kota Jayapura, Minggu.
Maloali yang didampingi tiga orang rekannya itu, yakni Fien Yarangga dari TIKI Jaringan HAM Perempuan Papua, Cicilia dan Betty Ibo seorang aktivisi buruh Papua mengatakan apa yang diucapkan oleh penyanyi pendatang baru diblantika musik Indonesia itu sangat disayangkan.
Karena pernyataannya (Cita Citata) itu lewat media telah membuat tersinggung salah satu etnik, suku atau warga yang juga berada di wilayah Indonesia.
"Seorang artis jika menggunakan pakaian (pakaian adat), melakukan publikasi atau menggunakan pakaian dari salah satu budaya, salah satu etnik budaya di Indonesia, maka dia harus mampu menjelaskan kepada publik, karena dia secara tidak langsung telah mewakili masyarakat yang dia gunakan busananya secara langsung, jelaskan busana itu dari mana," katanya.
"Kita tahu bersama bahwa Papua itu ada tujuh wilayah adat atau budaya, dia (cita Citata saat menggunakan pakaian adat) mewakili wilayah budaya yang mana? Karena ini suatu pembelajaran bagi publik di wilayah Indonesia lainnya, supaya mereka juga mengetahui bahwa di Papua itu ada tujuh wilayah adat dan budaya, jadi seharusnya bisa menjelaskan agar orang tidak salah menilai," lanjutnya.
Menurut Maloali, Cita Citata saat memberikan pernyataan di media pada 8 Februari 2015 dan menggunakan pakaian adat, sama sekali tidak mirip dengan pakaian atau busana Papua, atau pakaian asli dari seorang perempuan Papua, tetapi justeru lebih mirip seorang dukun dari negeri lain.
"Ketika itu, saya menonton langsung dan saya mendengar kata-katanya yang dia sebut seperti begini, "Cantik sih memang cantik, tapi saya harus dirias dulu biar cantik, `nggak` seperti Papua". Pernyataannya yang "nggak seperti Papua" itu maksudnya apa? katanya dengan nada bertanya.
Maka dari itu, kata Maloali, pihaknya menggelar jumpa pers ingin meminta penjelasan terkait pernyataan yang menyudutkan dan berbau rasis itu.
"Saya langsung bertanya sendiri. "Nggak seperti Papua", maksudnya apa? Waktu itu, tetapi kemudian yang jelas kenapa hari ini kami gelar konfrensi pers, sebenarnya adalah klarifikasi dari Cita Citata di media televisi tiga empat hari lalu, bahwa ia menjelaskan dia tidak bermaksud demikian, dan itu dipotong oleh wartawan yang meliputnya," katanya.
Lebih lanjut, Maloali mengatakan bahwa Cita Citata menjelaskan sangat jelas waktu diwawancara oleh Trans 7, dan dengan sangat jelas dia sebenarnya berbicara bagaimana dan waktu itu dipotong oleh wartawan.
"Saya menangkap adalah berita itu dipotong oleh Trans Tv pada acara Insert Siang, sejumlah kalimat panjangnya dipotong, "Cantik sih, memang cantik tetapi saya harus dirias biar cantik, `nggak` seperti Papua" itu kata-kata menurut saya sangat menghina sekali orang Papua," katanya.
Cita Citata mengaku bahwa pernyataanya telah diedit dan dipotong oleh wartawan sebelum beritanya siar di Trans TV.
"Sehingga ketika dia (Cita Cita) klarifikasi dia menyebutkan wartawan mengedit, memotong dan mengedit, ini artinya Trans Tv harus ikut bertanggung jawab atas editan yang dimasukan Insert Siang pada pada 8 Februari 2015, dan itu mengapa kami merasa ini penting," katanya.
"Dan kalau itu benar dilakakan berarti Trans Tv atau media yang berarti adalah teman kami selama ini, melakukan suatu pelecehan terhadap etnik tertentu di Indonesia dan itu terhadap Papua. Maksudnya apa, dan itu harus dijelaskan oleh Trans Tv, dan bukan dijelaskan melalui media, tetapi mereka harus menjelaskan di ranah hukum," lanjutnya.
Karena masalah tersebut, bukan saja ditanggung oleh Cita Citata karen ucapannya tetapi Trans Tv juga harus bertanggung jawab terhadap editan yang diucapkan oleh Cita Citata dalam wawancaranya.
"Saya sendiri, pada hari yang sama tanggal 8 telah mengirim surat protes dan kritik kepada Trans Tv dan juga melayangkan surat pengaduan kepada KPI. Surat itu juga dilampirkan kepada mitra kami di Jakarta seperti Infide. Karena Foker LSM Papua adalah anggota Infide,kami juga sudah mendapat tanggapan dari Infide Indonesia bahwa mereka pun akan meneruskan kepada LBH.
"Begitu juga kami punya anggota streering comite, Yan Chrstian Werinussy, dimana beliau bertanggung jawab untuk hukum dan HAM, beliau menanggapi ini dengan serius," tambahnya. [Antara]