Presiden Joko Widodo Sanggup Damaikan Papua
pada tanggal
Monday, 2 February 2015
JAKARTA - Pekerja perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Afghanistan, Agus Wandi mengatakan, penguatan perdamaian Indonesia saat ini bisa difokuskan terhadap Papua. Sebab sesungguhnya prospek perdamaian di Papua di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi sangat terbuka lebar.
"Komitmen Presiden Jokowi sebagai sosok pemimpin yang inovatif dan populis sangat memudahkan untuk membangun kembali optimisme perdamaian di bumi Papua," ujar Agus dalam workshop internasional bertajuk Experiences and Lessons Learned from Asia, di Jakarta, Rabu (28/1/2014).
Pria yang juga aktif sebagai UNDP Rapid Response Team untuk urusan resolusi konflik itu menambahkan, Indonesia patut dijadikan sebagai teladan succes story dalam penyelesaian konflik bersenjata. Kondisi damai yang kini dirasakan warga di Aceh, Ambon dan Poso tidak lepas dari kerja sama berbagai pihak dan kepemimpinan pemerintah dalam mengupayakan strategi bina damai secara dialogis, demokratis dan inklusif.
"Aceh, Ambon dan Poso saat ini adalah cerita sukses keberhasilan Indonesia dalam menyelesaikan konflik domestik. Ketiga daerah di Indonesia ini bisa menjadi inspirasi perdamaian bagi negara-negara, termasuk di Timur Tengah yang sedang mengalami konflik berkepanjangan," kata Agus.
Sementara Direktur Eksekutif Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC) Dimas Oky Nugroho mengatakan, keberhasilan perdamaian yang berkelanjutan hanya akan terjadi jika bisa melibatkan partisipasi dialogis seluruh pihak, tidak hanya para elite pemimpinnya tapi juga
masyarakat sipil.
"Upaya dialogis-inklusif menjadi solusi dalam menyelesaikan konflik-konflik sosial. Karena itu, melalui acara ini kami mengharapkan upaya-upaya dialogis yang sehat dan rasional juga dapat menjadi inspirasi bagi penyelesaian berbagai konflik politik," imbuh Dimas.
Model Penyelesaian Konflik Bersenjata
Kepala Kantor Staf Kepresidenan Republik Indonesia Jenderal (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, Indonesia bisa menjadi model penyelesaian konflik yang terjadi di berbagai negara, seperti Afghanistan, Palestina, Syriah, dan Irak. Keberhasilan pemerintah Indonesia menyelesaikan berbagai konflik bersenjata, seperti di Aceh, Ambon dan Poso bisa menginspirasi negara lain.
"Meski penyelesaian konflik domestik itu tidak mudah, namun kita bersyukur setiap kali konflik meletus Indonesia berhasil mengupayakan perdamaian. Kita tidak ingin terjadi lagi konflik di negeri ini karena yang menjadi korban selalu rakyat," kata Luhut saat membuka workshop.
Namun, kata Luhut, tantangan terbesarnya kini adalah bagaimana melanggengkan dan mengisi perdamaian itu sendiri. Karena isu sebenarnya adalah ekonomi, kesejahteraan sosial dan pemerataan bagi seluruh rakyat.
"Dalam hal inilah pemerintah berkomitmen tidak hanya meningkatkan kesejahteraan, tapi juga memastikan adanya pemerataan," tegas Luhut.
Selain itu, lanjut Luhut, bukan tanpa alasan Indonesia menjadi model penyelesaian konflik bersenjata di belahan negara lain. Khusus untuk Timur Tengah, pengalaman Indonesia dan kesamaan sosial sebagai negara berpenduduk mayoritas Islam, akan membantu upaya perdamaian yang saat ini dilakukan.
Sementara Deputi Menteri Perdamaian dan Reintegrasi Afghanistan Farhadullah Farhad yang juga hadir dalam acara ini mengungkapkan, Afghanistan sedang menjalani proses perdamaian yang cukup tajam dan berliku.
Ia berharap negara lain bisa belajar dari pengalaman Indonesia dalam menyelesaikan konflik secara damai dan dialogis. "Saya sudah berkunjung ke Aceh, dan saya sudah menyaksikan proses perdamaian di sana."
"Perang di Afghanistan telah menyebabkan korban meninggal dalam jumlah besar, ribuan anak-anak dan ribuan kaum perempuan. Dari tahun ke tahun tak kunjung selesai, dan kami berfikir upaya resolusi konflik bisa menyontoh keberhasilan Indonesia," tandas Farhadullah. [Liputan6]
"Komitmen Presiden Jokowi sebagai sosok pemimpin yang inovatif dan populis sangat memudahkan untuk membangun kembali optimisme perdamaian di bumi Papua," ujar Agus dalam workshop internasional bertajuk Experiences and Lessons Learned from Asia, di Jakarta, Rabu (28/1/2014).
Pria yang juga aktif sebagai UNDP Rapid Response Team untuk urusan resolusi konflik itu menambahkan, Indonesia patut dijadikan sebagai teladan succes story dalam penyelesaian konflik bersenjata. Kondisi damai yang kini dirasakan warga di Aceh, Ambon dan Poso tidak lepas dari kerja sama berbagai pihak dan kepemimpinan pemerintah dalam mengupayakan strategi bina damai secara dialogis, demokratis dan inklusif.
"Aceh, Ambon dan Poso saat ini adalah cerita sukses keberhasilan Indonesia dalam menyelesaikan konflik domestik. Ketiga daerah di Indonesia ini bisa menjadi inspirasi perdamaian bagi negara-negara, termasuk di Timur Tengah yang sedang mengalami konflik berkepanjangan," kata Agus.
Sementara Direktur Eksekutif Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC) Dimas Oky Nugroho mengatakan, keberhasilan perdamaian yang berkelanjutan hanya akan terjadi jika bisa melibatkan partisipasi dialogis seluruh pihak, tidak hanya para elite pemimpinnya tapi juga
masyarakat sipil.
"Upaya dialogis-inklusif menjadi solusi dalam menyelesaikan konflik-konflik sosial. Karena itu, melalui acara ini kami mengharapkan upaya-upaya dialogis yang sehat dan rasional juga dapat menjadi inspirasi bagi penyelesaian berbagai konflik politik," imbuh Dimas.
Model Penyelesaian Konflik Bersenjata
Kepala Kantor Staf Kepresidenan Republik Indonesia Jenderal (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, Indonesia bisa menjadi model penyelesaian konflik yang terjadi di berbagai negara, seperti Afghanistan, Palestina, Syriah, dan Irak. Keberhasilan pemerintah Indonesia menyelesaikan berbagai konflik bersenjata, seperti di Aceh, Ambon dan Poso bisa menginspirasi negara lain.
"Meski penyelesaian konflik domestik itu tidak mudah, namun kita bersyukur setiap kali konflik meletus Indonesia berhasil mengupayakan perdamaian. Kita tidak ingin terjadi lagi konflik di negeri ini karena yang menjadi korban selalu rakyat," kata Luhut saat membuka workshop.
Namun, kata Luhut, tantangan terbesarnya kini adalah bagaimana melanggengkan dan mengisi perdamaian itu sendiri. Karena isu sebenarnya adalah ekonomi, kesejahteraan sosial dan pemerataan bagi seluruh rakyat.
"Dalam hal inilah pemerintah berkomitmen tidak hanya meningkatkan kesejahteraan, tapi juga memastikan adanya pemerataan," tegas Luhut.
Selain itu, lanjut Luhut, bukan tanpa alasan Indonesia menjadi model penyelesaian konflik bersenjata di belahan negara lain. Khusus untuk Timur Tengah, pengalaman Indonesia dan kesamaan sosial sebagai negara berpenduduk mayoritas Islam, akan membantu upaya perdamaian yang saat ini dilakukan.
Sementara Deputi Menteri Perdamaian dan Reintegrasi Afghanistan Farhadullah Farhad yang juga hadir dalam acara ini mengungkapkan, Afghanistan sedang menjalani proses perdamaian yang cukup tajam dan berliku.
Ia berharap negara lain bisa belajar dari pengalaman Indonesia dalam menyelesaikan konflik secara damai dan dialogis. "Saya sudah berkunjung ke Aceh, dan saya sudah menyaksikan proses perdamaian di sana."
"Perang di Afghanistan telah menyebabkan korban meninggal dalam jumlah besar, ribuan anak-anak dan ribuan kaum perempuan. Dari tahun ke tahun tak kunjung selesai, dan kami berfikir upaya resolusi konflik bisa menyontoh keberhasilan Indonesia," tandas Farhadullah. [Liputan6]