Kunjungan Para Menteri ke Papua, Bentuk Perhatian Pemerintahan Joko Widodo - Jusuf Kalla
pada tanggal
Thursday, 26 February 2015
KOTA JAYAPURA - Di era pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla, Provinsi Papua yang terletak di ujung timur Indonesia dan berbatasan darat dan laut dengan negara Papua Nugini (PNG), cukup mendapat perhatian serius.
Belum genap setahun menjabat Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo atau Jokowi sudah menyempatkan diri berkunjung ke Papua, 27-29 Desember 2014, yang memanfaatkan momentum perayaan Natal, sekaligus meninjau sejumlah lokasi untuk pembangunan infrastruktur dasar.
Pascakunjungan Jokowi ke Papua, satu demi satu pembantunya (menteri) di Kabinet Kerja mengagendakan kunjungan ke Tanah Papua, seperti Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo, Menteri ESDM Sudirman Said, hingga Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi.
Nahrawi berkunjung ke Papua guna membuka Kongres XIV Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) yang digelar di Kota Jayapura (Port Numbay), 24-28 Februari 2015.
Mantan Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor Nahdlatul Ulama (NU) itu menyempatkan diri menghadiri temu tokoh agama Islam dan kader Ansor NU se-Papua, di Jayapura, Selasa (24/2) sore.
Meski mengaku baru pertama kali berkunjung ke Tanah Papua, Nahrawi begitu peduli terhadap Papua.
Ia ingin mendorong lebih banyak kegiatan nasional digelar di Tanah Papua, guna menepis anggapan bahwa provinsi paling timur Indonesia itu tidak aman.
"Kita harus dorong pelaksanaan berbagai kegiatan di sini (Papua) agar anggapan sebagian orang di seberang sana (daerah lain dan negara lain) bahwa Papua tidak aman, adalah anggapan sebelah mata," kata Nahrawi.
"Kita juga perlu `seret` even-even atau kegiatan nasional untuk diletakkan di papua, agar kita mendapatkan kehormatan yang setinggi-tingginya di Tanah Papua," ujarnya lagi.
Setelah Kongres KNPI, nanti dipenghujung 2015 akan digelar Kongres Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) di Papua, dan pada 2020 akan digelar Pekan Olahraga Nasional (PON) XX juga di Papua.
Mungkin saja kepeduliannya itu merupakan bagian dari caranya menerjemahkan kepedulian Presiden Jokowi terhadap Papua, ataukah memang kepeduliannya itu lahir dari dirinya sendiri.
Ia juga mengungkapkan bahwa dirinya merupakan bagian dari pemuda Indonesia yang bersikeras agar Kongres XIV KNPI dilaksanakan di Jayapura, Papua.
"Saya hadir di sini untuk beri dukungan penuh atas penyelenggaraan Kongres KNPI di Papua," ujarnya dihadapan seribuan orang yang menghadiri pembukaan Kongres XIV KNPI, Selasa (24/2) malam.
Nahrawi berharap pelaksanaan Kongres KNPI di Papua itu dapat melahirkan sejarah baru yakni Sumpah Pemuda II yang bermakna sebagai momentum tonggak sejarah kepemudaan di Tanah Air.
"Sumpah pemuda I pada 28 Oktober 1928 bermakna perjuangan bangsa Indonesia, dan sumpah pemuda II pada momentum kongres ini bermakna tonggak sejarah kepemudaan di Indonesia," ujarnya yang langsung disambut tepuk tangan meriah para hadirian yang didominasi kaum muda itu.
Kongres XIV KNPI merupakan peristiwa sejarah karena untuk pertama kalinya digelar di wilayah paling timur Indonesia.
Peserta kongres seluruhnya sekitar 2.000 orang, terdiri dari peserta inti (pemegang hak suara), peserta peninjau, dan simpatisan. Peserta inti yang mempunyai hak suara dalam tahap pemilihan Ketua Umum KNPI periode berikutnya, terdiri dari 143 organisasi kemasyarakatan pemuda (OKP), 34 Dewan Pengurus Daerah (DPD) provinsi, dan Dewan Pengurus Pusat (DPP).
Versi panitia, penyelenggaraan Kongres KNPI itu didukung dana sebesar Rp15 miliar yang bersumber dari pemerintah daerah, dan sumbangan dari DPR Papua sebesar Rp200 juta, dan sumbangan dari Bupati Puncak Jaya sebesar Rp300 juta.
Selain mendorong lebih banyak kegiatan nasional digelar di Papua, Menpora Nahwari juga berupaya gencar memperkenalkan Papua di dunia internasional.
Saat tampil di hadapan seribuan pemuda pada pembukaan Kongres XIV KNPI, Menpora Imam Nahrawi juga mengungkapkan keinginannya menggunakan Burung Cenderawasih sebagai ikon Asean Games XVIII pada 2019 yang akan digelar di Indonesia, yakni di Surabaya, Provinsi Jawa Timur.
"Mohon izin, saya ingin menggunakan Burung Cenderawasih sebagai ikon Asean Games 2019," ujarnya berulang-ulang, hingga disambut tepuk tangan meriah para hadirin.
Apresiasi Gubernur PapuaMenanggapi upaya Menpora itu, Gubernur Papua Lukas Enembe langsung mengapresiasinya sekaligus meminta semua pihak mendukung niat baik tersebut.
"Saya sangat senang, saudara-saudaraku se-Tanah Air yang mendukung kemajuan Papua, sehingga mau hadir dalam Kongres KNPI yang sudah dinantikan orang Papua sejak 107 tahun silam," ujarnya.
Hanya saja, Gubernur Papua periode 2013-2018 itu tidak terjadi keributan dalam pelaksanaan Kongres KNPI itu sebagaimana sering terjadi pada kongres sebelum-sebelumnya.
Oleh karena itu, ia mengingatkan para kandidat yang akan bertarung pada Kongres XIV KNPI itu agar tidak menimbulkan keributan karena akan menimbulkan preseden buruk bagi Papua.
"Untuk kandidat yang maju, saya ingatkan, jangan ada keributan di kongres di Jayapura ini yang bisa ciptakan stabilitas keamanan terganggu," kata Lukas.
Jelas bahwa Gubernur Papua tidak menghendaki terjadi keributan dalam pelaksanaan kongres karena akan menimbulkan preseden buruk bagi Papua, seolah-olah Papua tidak layak menjadi tuan rumah kegiatan nasional.
Selain itu, jika terjadi keributan maka hal itu akan semakin mempertegas bahwa Papua tidak aman.
"Jangan coba-coba buat keonaran di kongres ini, bagi kandidat yang kalah, ya mengalah saja, jangan buat keonaran, terutama pemuda Papua, kita (Papua) akan dicap daerah tidak aman," ujar Lukas dengan nada tinggi.
"Inilah harapan saya pada kongres ini, saya sebagai Gubernur Papua. Kita berkumpul di sini untuk memilih pemimpin terbaik untuk masa depan Indonesia," tambah Lukas.
Oleh karena itu, ia mengajak semua pihak agar berperan aktif menyukseskan pelaksanaan kongres di Papua itu, sekaligus membuktikan bahwa Papua layak menjadi tuan rumah kegiatan nasional bahkan internasional.
Khusus untuk panitia lokal, Gubernur menegaskan bahwa semua peserta dan tamu lainnya harus dijamu sebaik mungkin, dan dipastikan meninggalkan Tanah Papua tanpa masalah.
"Panitia lokal harus pastikan semua peserta dan tamu-tamu aman damai, sejak datang sampai pulang. Jangan ada kesan yang tidak bagus bagi Papua terkait kongres ini," ujarnya.
Lukas pun berharap, para pemuda dari berbagai daerah di Indonesia dapat melihat langsung kondisi Papua beserta potensi dan kekayaan sumber daya alamnya, kemudian menyebarkan berita gembira kepada seluruh rakyat Indonesia.
"Sampaikanlah kepada saudara kita se-Tanah Air bahwa ternyata Indonesia itu luas, dari Sabang sampai Merauke atau dari Merauke sampai Sabang," ujar Lukas.
"Kita (pemerintah dan rakyat Papua) ingin semua orang tersenyum saat berada di Papua. Sesungguhnya Tanah Papua adalah tanah damai," ujar politisi Partai Demokrat yang sebelumnya berkiprah di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu. [Antara]
Belum genap setahun menjabat Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo atau Jokowi sudah menyempatkan diri berkunjung ke Papua, 27-29 Desember 2014, yang memanfaatkan momentum perayaan Natal, sekaligus meninjau sejumlah lokasi untuk pembangunan infrastruktur dasar.
Pascakunjungan Jokowi ke Papua, satu demi satu pembantunya (menteri) di Kabinet Kerja mengagendakan kunjungan ke Tanah Papua, seperti Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo, Menteri ESDM Sudirman Said, hingga Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi.
Nahrawi berkunjung ke Papua guna membuka Kongres XIV Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) yang digelar di Kota Jayapura (Port Numbay), 24-28 Februari 2015.
Mantan Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor Nahdlatul Ulama (NU) itu menyempatkan diri menghadiri temu tokoh agama Islam dan kader Ansor NU se-Papua, di Jayapura, Selasa (24/2) sore.
Meski mengaku baru pertama kali berkunjung ke Tanah Papua, Nahrawi begitu peduli terhadap Papua.
Ia ingin mendorong lebih banyak kegiatan nasional digelar di Tanah Papua, guna menepis anggapan bahwa provinsi paling timur Indonesia itu tidak aman.
"Kita harus dorong pelaksanaan berbagai kegiatan di sini (Papua) agar anggapan sebagian orang di seberang sana (daerah lain dan negara lain) bahwa Papua tidak aman, adalah anggapan sebelah mata," kata Nahrawi.
"Kita juga perlu `seret` even-even atau kegiatan nasional untuk diletakkan di papua, agar kita mendapatkan kehormatan yang setinggi-tingginya di Tanah Papua," ujarnya lagi.
Setelah Kongres KNPI, nanti dipenghujung 2015 akan digelar Kongres Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) di Papua, dan pada 2020 akan digelar Pekan Olahraga Nasional (PON) XX juga di Papua.
Mungkin saja kepeduliannya itu merupakan bagian dari caranya menerjemahkan kepedulian Presiden Jokowi terhadap Papua, ataukah memang kepeduliannya itu lahir dari dirinya sendiri.
Ia juga mengungkapkan bahwa dirinya merupakan bagian dari pemuda Indonesia yang bersikeras agar Kongres XIV KNPI dilaksanakan di Jayapura, Papua.
"Saya hadir di sini untuk beri dukungan penuh atas penyelenggaraan Kongres KNPI di Papua," ujarnya dihadapan seribuan orang yang menghadiri pembukaan Kongres XIV KNPI, Selasa (24/2) malam.
Nahrawi berharap pelaksanaan Kongres KNPI di Papua itu dapat melahirkan sejarah baru yakni Sumpah Pemuda II yang bermakna sebagai momentum tonggak sejarah kepemudaan di Tanah Air.
"Sumpah pemuda I pada 28 Oktober 1928 bermakna perjuangan bangsa Indonesia, dan sumpah pemuda II pada momentum kongres ini bermakna tonggak sejarah kepemudaan di Indonesia," ujarnya yang langsung disambut tepuk tangan meriah para hadirian yang didominasi kaum muda itu.
Kongres XIV KNPI merupakan peristiwa sejarah karena untuk pertama kalinya digelar di wilayah paling timur Indonesia.
Peserta kongres seluruhnya sekitar 2.000 orang, terdiri dari peserta inti (pemegang hak suara), peserta peninjau, dan simpatisan. Peserta inti yang mempunyai hak suara dalam tahap pemilihan Ketua Umum KNPI periode berikutnya, terdiri dari 143 organisasi kemasyarakatan pemuda (OKP), 34 Dewan Pengurus Daerah (DPD) provinsi, dan Dewan Pengurus Pusat (DPP).
Versi panitia, penyelenggaraan Kongres KNPI itu didukung dana sebesar Rp15 miliar yang bersumber dari pemerintah daerah, dan sumbangan dari DPR Papua sebesar Rp200 juta, dan sumbangan dari Bupati Puncak Jaya sebesar Rp300 juta.
Selain mendorong lebih banyak kegiatan nasional digelar di Papua, Menpora Nahwari juga berupaya gencar memperkenalkan Papua di dunia internasional.
Saat tampil di hadapan seribuan pemuda pada pembukaan Kongres XIV KNPI, Menpora Imam Nahrawi juga mengungkapkan keinginannya menggunakan Burung Cenderawasih sebagai ikon Asean Games XVIII pada 2019 yang akan digelar di Indonesia, yakni di Surabaya, Provinsi Jawa Timur.
"Mohon izin, saya ingin menggunakan Burung Cenderawasih sebagai ikon Asean Games 2019," ujarnya berulang-ulang, hingga disambut tepuk tangan meriah para hadirin.
Apresiasi Gubernur PapuaMenanggapi upaya Menpora itu, Gubernur Papua Lukas Enembe langsung mengapresiasinya sekaligus meminta semua pihak mendukung niat baik tersebut.
"Saya sangat senang, saudara-saudaraku se-Tanah Air yang mendukung kemajuan Papua, sehingga mau hadir dalam Kongres KNPI yang sudah dinantikan orang Papua sejak 107 tahun silam," ujarnya.
Hanya saja, Gubernur Papua periode 2013-2018 itu tidak terjadi keributan dalam pelaksanaan Kongres KNPI itu sebagaimana sering terjadi pada kongres sebelum-sebelumnya.
Oleh karena itu, ia mengingatkan para kandidat yang akan bertarung pada Kongres XIV KNPI itu agar tidak menimbulkan keributan karena akan menimbulkan preseden buruk bagi Papua.
"Untuk kandidat yang maju, saya ingatkan, jangan ada keributan di kongres di Jayapura ini yang bisa ciptakan stabilitas keamanan terganggu," kata Lukas.
Jelas bahwa Gubernur Papua tidak menghendaki terjadi keributan dalam pelaksanaan kongres karena akan menimbulkan preseden buruk bagi Papua, seolah-olah Papua tidak layak menjadi tuan rumah kegiatan nasional.
Selain itu, jika terjadi keributan maka hal itu akan semakin mempertegas bahwa Papua tidak aman.
"Jangan coba-coba buat keonaran di kongres ini, bagi kandidat yang kalah, ya mengalah saja, jangan buat keonaran, terutama pemuda Papua, kita (Papua) akan dicap daerah tidak aman," ujar Lukas dengan nada tinggi.
"Inilah harapan saya pada kongres ini, saya sebagai Gubernur Papua. Kita berkumpul di sini untuk memilih pemimpin terbaik untuk masa depan Indonesia," tambah Lukas.
Oleh karena itu, ia mengajak semua pihak agar berperan aktif menyukseskan pelaksanaan kongres di Papua itu, sekaligus membuktikan bahwa Papua layak menjadi tuan rumah kegiatan nasional bahkan internasional.
Khusus untuk panitia lokal, Gubernur menegaskan bahwa semua peserta dan tamu lainnya harus dijamu sebaik mungkin, dan dipastikan meninggalkan Tanah Papua tanpa masalah.
"Panitia lokal harus pastikan semua peserta dan tamu-tamu aman damai, sejak datang sampai pulang. Jangan ada kesan yang tidak bagus bagi Papua terkait kongres ini," ujarnya.
Lukas pun berharap, para pemuda dari berbagai daerah di Indonesia dapat melihat langsung kondisi Papua beserta potensi dan kekayaan sumber daya alamnya, kemudian menyebarkan berita gembira kepada seluruh rakyat Indonesia.
"Sampaikanlah kepada saudara kita se-Tanah Air bahwa ternyata Indonesia itu luas, dari Sabang sampai Merauke atau dari Merauke sampai Sabang," ujar Lukas.
"Kita (pemerintah dan rakyat Papua) ingin semua orang tersenyum saat berada di Papua. Sesungguhnya Tanah Papua adalah tanah damai," ujar politisi Partai Demokrat yang sebelumnya berkiprah di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu. [Antara]