Warga Jayapura Keluhkan Keberadaan Wartawan Abal-abal
pada tanggal
Thursday, 8 January 2015
KOTA JAYAPURA - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Jayapura, mencatat selama tahun 2013 masyarakat banyak menyampaikan keberadaan para wartawan yang tidak jelas medianya atau wartawan abal-abal di sekitar Kota Jayapura.
Ketua AJI Kota Jayapura Victor Mambor, mengatakan wartawan yang disebut wartawan abal-abal ini, dalam prakteknya, tidak memiliki kantor atau redaksi yang jelas atau tidak bisa menunjukkan produk jurnalistiknya meskipun memiliki ID Card atau kartu identitas sebagai wartawan media tertentu.
"Beberapa masyarakat melaporkan bahwa wartawan dalam kategori abal-abal ini, tidak segan-segan melakukan tindakan pemerasan terhadap warga atau pejabat yang diduga atau sedang dalam pemeriksaan kasus korupsi," ujar Victor d di Jayapura, Jumat (2/1/2014).
Menurutnya, dalam tahun-tahun mendatang, diharapkan peran serta masyarakat semakin meningkat dalam mengontrol sikap dan etika jurnalis, untuk mewujudkan iklim demokrasi yang kondusif di Tanah Papua.
"Selain keluhan mengenai keberadaan wartawan abal-abal ini, ada juga tiga kasus yang dilaporkan secara resmi dan masuk dalam laporan masyarakat terhadap sikap profesional dan etika jurnalis di Papua pada AJI Kota Jayapura," tandasnya.
Victor melanjutkan, tiga kasus yang dilaporkan oleh masyarakat adalah perbuatan tidak menyenangkan dan pencemaran nama baik, perbuatan tidak terpuji dan dugaan pemerasan.
"Laporan tersebut masuk dalam Divisi Advokasi dan Serikat Pekerja AJI Kota Jayapura pada tanggal 7 Desember 2013," tukasnya.
Ia menambahkan dugaan kasus pemerasan yang diduga oleh oknum wartawan tersebut dilakukan terhadap seorang pegawai di Dinas Pendapatan Daerah, yang mana pegawai ini melaporkan bahwa dirinya menerima SMS (Short Message Service) dari orang yang mengaku sebagai wartawan media lokal dan media nasional.
"Isi SMS yang diterimanya itu berkaitan dengan dugaan kasus korupsi yang disangkakan pada dirinya dan Kepala Dinas instansi tersebut. Namun isi SMS tersebut bukan merupakan permintaan wawancara atau hal yang berkaitan dengan tugas jurnalistik, melainkan berisi ancaman pemerasan," katanya.[Antara]
Ketua AJI Kota Jayapura Victor Mambor, mengatakan wartawan yang disebut wartawan abal-abal ini, dalam prakteknya, tidak memiliki kantor atau redaksi yang jelas atau tidak bisa menunjukkan produk jurnalistiknya meskipun memiliki ID Card atau kartu identitas sebagai wartawan media tertentu.
"Beberapa masyarakat melaporkan bahwa wartawan dalam kategori abal-abal ini, tidak segan-segan melakukan tindakan pemerasan terhadap warga atau pejabat yang diduga atau sedang dalam pemeriksaan kasus korupsi," ujar Victor d di Jayapura, Jumat (2/1/2014).
Menurutnya, dalam tahun-tahun mendatang, diharapkan peran serta masyarakat semakin meningkat dalam mengontrol sikap dan etika jurnalis, untuk mewujudkan iklim demokrasi yang kondusif di Tanah Papua.
"Selain keluhan mengenai keberadaan wartawan abal-abal ini, ada juga tiga kasus yang dilaporkan secara resmi dan masuk dalam laporan masyarakat terhadap sikap profesional dan etika jurnalis di Papua pada AJI Kota Jayapura," tandasnya.
Victor melanjutkan, tiga kasus yang dilaporkan oleh masyarakat adalah perbuatan tidak menyenangkan dan pencemaran nama baik, perbuatan tidak terpuji dan dugaan pemerasan.
"Laporan tersebut masuk dalam Divisi Advokasi dan Serikat Pekerja AJI Kota Jayapura pada tanggal 7 Desember 2013," tukasnya.
Ia menambahkan dugaan kasus pemerasan yang diduga oleh oknum wartawan tersebut dilakukan terhadap seorang pegawai di Dinas Pendapatan Daerah, yang mana pegawai ini melaporkan bahwa dirinya menerima SMS (Short Message Service) dari orang yang mengaku sebagai wartawan media lokal dan media nasional.
"Isi SMS yang diterimanya itu berkaitan dengan dugaan kasus korupsi yang disangkakan pada dirinya dan Kepala Dinas instansi tersebut. Namun isi SMS tersebut bukan merupakan permintaan wawancara atau hal yang berkaitan dengan tugas jurnalistik, melainkan berisi ancaman pemerasan," katanya.[Antara]