Lima Warga Enarotali Tewas Ditembak Aparat Gabungan, Puluhan lainnya Luka-luka
pada tanggal
Thursday, 11 December 2014
KOTA JAYAPURA - Lima warga sipil di Enarotali, Paniai dilaporkan tewas setelah ditembak aparat gabungan di lapangan Karel Gobai, Distrik Madi, kabupaten Paniai, Papua, Senin (8/12) sekitar pukul 10.00 WIT. Selain menewaskan warga, insiden tersebut juga mengakibatkan 22 orang lainnya luka-luka.
"Keempat warga tersebut adalah Habakuk Degei, Neles Gobai, Bertus Gobai dan Apinus Gobai, yang kritis empat orang dan 22 lainnya mengalami luka-luka,’’ terang Ketua Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Paniai, John Gobay di Jayapura, Senin (8/12).
Berselang lima jam kemudian, Yones melaporkan, satu lagi warga sipil atas nama Saday Yeimo, yang sempat mendapatkan pengobatan di Rumah Sakit Madi, Enarotali, Paniai.
Dijelaskan Gobay, penembakan terjadi saat masyarakat dari Kampung Togokotu berkumpul di lapangan Soharto Distrik Madi, Paniai, untuk mempertanyakan kasus yang terjadi malam sebelumnya. Warga berkumpul lalu melakukan waita (tarian khas suku-suku di Paniai), setelah sebelumnya membakar mobil forturner warna hitam yang diduga digunakan pelaku penganiaya terhadap warga yang berkumpul di Pondok Natal di Kampung Ipakiye, Paniai Timur.
Polisi lalu menuju ke lapangan tempat untuk membubarkan massa. Jarak dari Kantor Polsek ke lapangan 50 meter. Massa bukannya bubar malah terus melakukan waita. Aparat kemudian melepaskan tembakan, 4 warga tewas ditempat, sementara yang lainnya mengalami luka-luka.
"Situasi di Enarotali sampai saat ini masih mencekam," tegas John Gobay.
Penganiyaan yang terjadi malam, Minggu (7/12) berawal dari sebuah mobil Fortuner warna hitam tanpa menyalakan lampu melintas di perbukitam Togokottu. Di puncak bukit tersebut pemuda gereja membangun sebuah pondok natal. Anak-anak yang berada di posko menegur pengendara mobil yang tidak menyalakan lampu padahal lagi mengemudi di malam hari.
Pertengkaran mulut antara pengedara mobil dan anak-anak setempat. Selanjutnya mobil melaju menuju ke Posko Timsus 753 Uwibutu. Tak lama berselang mobil tersebut kembali ke posko natal membawa serta teman-temannya lalu menganiaya anak usia 12 tahun.
Besok pagi (Senin) warga berkumpul di lapangan Suharto ingin mempertanyakan siapa pengendara mobil forturner tersebut dan kenapa melakukan penganiayaan, tetapi aparat menanggapi berlebihan dianggap massa akan menyerang aparat yang mendatangi mereka di lapangan.
“Massa tidak ada menyerang kantor polisi, tetapi aparat melakukan penembakan terhadap warga sampai tewas,” kata Jhon Gobai.
“Penembakan ini pelanggaran HAM berat, warga sipil ditembak mati oleh aparat yang diberikan kewenangan oleh negara memegang senjata dan senjata itu yang digunakan membunuh rakyat,’’ tambahnya.
Atas dasar itu Ketua LMA Paniai ini, menuntut Kapolda Papua, Pangdam XVII/Cenderawsih bertanggung jawab atas kejadian ini, memeriksa Komandan Timsus 753 Enarotali, dan semua aparat yang terkait dengan penembakan dan apa penyebab penembakan lalu melakukan proses hukum. ‘’Pelaku penembakan harus dihukum sebera-beratnya,’’ tegasnya.
Sementara itu Koodinator Jaringan Damai Papua, Pastor Neles Tebay yang juga Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Theologia (STFT) Fajar Timur Abepura, Papua mengatakan Polisi harus menjelaskan landasan hukum yang mendasari aksi penembakan terhadap warga sipil, pemuda gereja yang bukan anggota Keklompok Kriminal Bersenjata(KKB) atau Tentara Pembebasan Nasional (TPN) Papua Barat.
"Warga sipil tertembak tanpa alasan, maka Kapolda, Wakapolda dan Kapolres Paniai harus bertanggung jawab. Tindakan ini membuktian bahwa aparat memperlakukan masyarakat bukan sebagai sesama warga negara Indonesia tetapi sebagai musuh yang harus di basmi," jelasnya
Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol. Sulistiyo Pudjo menjelasakan, Kasus penembakan warga bermula dari kejadian malam sekitar pukul 20.00 wit. Saat itu seseorang yang belum dikenal berkendara tampa lampu dan melintas di pondok natal di bukit merah.
Orang itu lalu ditegur masyarakat karena tidak pakai lampu tetapi yang di tegur marah dan menyampaikan ‘tunggu saya panggil kawan-kawan saya’. Tak lama berselang mereka datang berdelapan ke lokasi dan berkelahi dengan masyarakat di pondok natal.
“ Di lokasi tersebut sempat terjadi penembakan 3 kali oleh kelompok yang baru datang,” jelas Pudjo.
Kemudian peristiwa itu berlanjut, Pada pukul 02.30 wit terjadi pembakaran di kantor KPUD Paniai, pelaku belum di ketahui. Kantor KPUD rusak berat. Pagi harinya di distrik Madi gunung merah, jalan raya di palang masyarakat. Kemudian masyarakat datang ke Polres minta untuk palang di buka sehingga anggota Polres melakukan negoisasi untuk membuka palang.
Sesaat anggota mau kembali dari atas gunung merah terdengar rentetan tembakan sehingga anggota mundur ke Polsek dan Polres karena mendengar bunyi tembakan . Masyarakat sekitar 400 - 600 orang kemudian menyerbu Koramil Paniai.
Setelah itu sekitar 30 menit kemudian menyerbu Polsek Paniai Timur. Anggota Polsek dan Koramil bertahan di Markas Komando masing- masing, namun mereka dilempari warga. “ Saat terjadi hujan batu dan panah. 3 anggota Polsek luka dan 3 anggota Koramil luka 3 mobil masyarakat dan 1 mobil TNI rusak berat, kaca-kaca Polsek dan Koramil hancur,” katanya.
Terkait dengan 4 warga meninggal dan 22 luka-luka, Pudjo mengatakan, Info yang diperoleh belum di klarifikasi. “ Saat ini polisi belum dapat mengecek ke rumah sakit,” ujarnya.
Menurut Pudjo, upaya yang dilakukan lidik serta kordinasi dengan bupati, tokoh agama dan tokoh masyarakat. “ Besok akan segera di kirimkan team dari Polda ke lokasi di pimpin Kabid Propam,” tambahnya.
Sementara itu, Kapendam XVII/Cenderawasih, Kolonel Arh Rikas Hidayatullah menyatakan informasi yang didapat kodam kejadian itu akibat dari tertunda-tundanya pelantikan anggota DPRD Paniai, akhinya Kantor KPUD Paniai di palang, namun berhasil dibuka Polisi, tetapi massa emosi dan secara membabi buta menyerang orang sekitar itu.
“Sasarannya, Koramil, Polsek dan KPUD Paniai dirusak namun aparat tetap bertahan meskipun sekali-kali mengeluarkan tembakan peringatan,” katanya.
“Pihak Kodam akan diturunkan untuk menyelidiki kejadian itu, Tim Kodam akan turun dipimpin Asintel,” tambah Rikas, Senin (8/12).
Soal warga yang tertembak aparat, Kapendam menjelaskan sebelumnya, anggota koramil sudah berkali-kali mengeluarkan tembakan peringatan sesuai dengan protap apalagi saat itu nyawa anggota terancam karena diserang hingga akhirnya terjadi penembakan.
“Saya belum tau kronologis terjadinya penembakan. Apakah terjadi penembakan atau tidak. Kasus ini sedang diselidiki pihak Polda. Intinya, TNI hanya memback-up polisi dalam pembubaran massa dipimpin kepolisian setempat,” tandasnya. [PapuaPos]
"Keempat warga tersebut adalah Habakuk Degei, Neles Gobai, Bertus Gobai dan Apinus Gobai, yang kritis empat orang dan 22 lainnya mengalami luka-luka,’’ terang Ketua Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Paniai, John Gobay di Jayapura, Senin (8/12).
Berselang lima jam kemudian, Yones melaporkan, satu lagi warga sipil atas nama Saday Yeimo, yang sempat mendapatkan pengobatan di Rumah Sakit Madi, Enarotali, Paniai.
Dijelaskan Gobay, penembakan terjadi saat masyarakat dari Kampung Togokotu berkumpul di lapangan Soharto Distrik Madi, Paniai, untuk mempertanyakan kasus yang terjadi malam sebelumnya. Warga berkumpul lalu melakukan waita (tarian khas suku-suku di Paniai), setelah sebelumnya membakar mobil forturner warna hitam yang diduga digunakan pelaku penganiaya terhadap warga yang berkumpul di Pondok Natal di Kampung Ipakiye, Paniai Timur.
Polisi lalu menuju ke lapangan tempat untuk membubarkan massa. Jarak dari Kantor Polsek ke lapangan 50 meter. Massa bukannya bubar malah terus melakukan waita. Aparat kemudian melepaskan tembakan, 4 warga tewas ditempat, sementara yang lainnya mengalami luka-luka.
"Situasi di Enarotali sampai saat ini masih mencekam," tegas John Gobay.
Penganiyaan yang terjadi malam, Minggu (7/12) berawal dari sebuah mobil Fortuner warna hitam tanpa menyalakan lampu melintas di perbukitam Togokottu. Di puncak bukit tersebut pemuda gereja membangun sebuah pondok natal. Anak-anak yang berada di posko menegur pengendara mobil yang tidak menyalakan lampu padahal lagi mengemudi di malam hari.
Pertengkaran mulut antara pengedara mobil dan anak-anak setempat. Selanjutnya mobil melaju menuju ke Posko Timsus 753 Uwibutu. Tak lama berselang mobil tersebut kembali ke posko natal membawa serta teman-temannya lalu menganiaya anak usia 12 tahun.
Besok pagi (Senin) warga berkumpul di lapangan Suharto ingin mempertanyakan siapa pengendara mobil forturner tersebut dan kenapa melakukan penganiayaan, tetapi aparat menanggapi berlebihan dianggap massa akan menyerang aparat yang mendatangi mereka di lapangan.
“Massa tidak ada menyerang kantor polisi, tetapi aparat melakukan penembakan terhadap warga sampai tewas,” kata Jhon Gobai.
“Penembakan ini pelanggaran HAM berat, warga sipil ditembak mati oleh aparat yang diberikan kewenangan oleh negara memegang senjata dan senjata itu yang digunakan membunuh rakyat,’’ tambahnya.
Atas dasar itu Ketua LMA Paniai ini, menuntut Kapolda Papua, Pangdam XVII/Cenderawsih bertanggung jawab atas kejadian ini, memeriksa Komandan Timsus 753 Enarotali, dan semua aparat yang terkait dengan penembakan dan apa penyebab penembakan lalu melakukan proses hukum. ‘’Pelaku penembakan harus dihukum sebera-beratnya,’’ tegasnya.
Sementara itu Koodinator Jaringan Damai Papua, Pastor Neles Tebay yang juga Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Theologia (STFT) Fajar Timur Abepura, Papua mengatakan Polisi harus menjelaskan landasan hukum yang mendasari aksi penembakan terhadap warga sipil, pemuda gereja yang bukan anggota Keklompok Kriminal Bersenjata(KKB) atau Tentara Pembebasan Nasional (TPN) Papua Barat.
"Warga sipil tertembak tanpa alasan, maka Kapolda, Wakapolda dan Kapolres Paniai harus bertanggung jawab. Tindakan ini membuktian bahwa aparat memperlakukan masyarakat bukan sebagai sesama warga negara Indonesia tetapi sebagai musuh yang harus di basmi," jelasnya
Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol. Sulistiyo Pudjo menjelasakan, Kasus penembakan warga bermula dari kejadian malam sekitar pukul 20.00 wit. Saat itu seseorang yang belum dikenal berkendara tampa lampu dan melintas di pondok natal di bukit merah.
Orang itu lalu ditegur masyarakat karena tidak pakai lampu tetapi yang di tegur marah dan menyampaikan ‘tunggu saya panggil kawan-kawan saya’. Tak lama berselang mereka datang berdelapan ke lokasi dan berkelahi dengan masyarakat di pondok natal.
“ Di lokasi tersebut sempat terjadi penembakan 3 kali oleh kelompok yang baru datang,” jelas Pudjo.
Kemudian peristiwa itu berlanjut, Pada pukul 02.30 wit terjadi pembakaran di kantor KPUD Paniai, pelaku belum di ketahui. Kantor KPUD rusak berat. Pagi harinya di distrik Madi gunung merah, jalan raya di palang masyarakat. Kemudian masyarakat datang ke Polres minta untuk palang di buka sehingga anggota Polres melakukan negoisasi untuk membuka palang.
Sesaat anggota mau kembali dari atas gunung merah terdengar rentetan tembakan sehingga anggota mundur ke Polsek dan Polres karena mendengar bunyi tembakan . Masyarakat sekitar 400 - 600 orang kemudian menyerbu Koramil Paniai.
Setelah itu sekitar 30 menit kemudian menyerbu Polsek Paniai Timur. Anggota Polsek dan Koramil bertahan di Markas Komando masing- masing, namun mereka dilempari warga. “ Saat terjadi hujan batu dan panah. 3 anggota Polsek luka dan 3 anggota Koramil luka 3 mobil masyarakat dan 1 mobil TNI rusak berat, kaca-kaca Polsek dan Koramil hancur,” katanya.
Terkait dengan 4 warga meninggal dan 22 luka-luka, Pudjo mengatakan, Info yang diperoleh belum di klarifikasi. “ Saat ini polisi belum dapat mengecek ke rumah sakit,” ujarnya.
Menurut Pudjo, upaya yang dilakukan lidik serta kordinasi dengan bupati, tokoh agama dan tokoh masyarakat. “ Besok akan segera di kirimkan team dari Polda ke lokasi di pimpin Kabid Propam,” tambahnya.
Sementara itu, Kapendam XVII/Cenderawasih, Kolonel Arh Rikas Hidayatullah menyatakan informasi yang didapat kodam kejadian itu akibat dari tertunda-tundanya pelantikan anggota DPRD Paniai, akhinya Kantor KPUD Paniai di palang, namun berhasil dibuka Polisi, tetapi massa emosi dan secara membabi buta menyerang orang sekitar itu.
“Sasarannya, Koramil, Polsek dan KPUD Paniai dirusak namun aparat tetap bertahan meskipun sekali-kali mengeluarkan tembakan peringatan,” katanya.
Soal warga yang tertembak aparat, Kapendam menjelaskan sebelumnya, anggota koramil sudah berkali-kali mengeluarkan tembakan peringatan sesuai dengan protap apalagi saat itu nyawa anggota terancam karena diserang hingga akhirnya terjadi penembakan.
“Saya belum tau kronologis terjadinya penembakan. Apakah terjadi penembakan atau tidak. Kasus ini sedang diselidiki pihak Polda. Intinya, TNI hanya memback-up polisi dalam pembubaran massa dipimpin kepolisian setempat,” tandasnya. [PapuaPos]