Pelatih Persela Lamongan Nilai Persipura Jayapura Kurang Beruntung di Final LSI 2014
pada tanggal
Monday, 10 November 2014
KOTA JAYAPURA - Asisten pelatih Persela Lamongan Didik Ludianto, menilai tim Persipura Jayapura hanya kurang beruntung dalam laga final Liga Super Indonesia (LSI) 2014 ketika dikalahkan Persib Bandung lewat adu penalti dengan skor 5-3 di Stadion Gelora Jakabaring, Sumatera Selatan, Jumat (7/11).
"Saya kira tim Mutiara Hitam kurang beruntung saja, karena selama 120 menit tampil lebih bagus dari pada tim juara Persib Bandung, terlepas dari adu pinalti," kata Didik saat dihubungi dari Jayapura, Papua, Sabtu malam.
Menurut Didik, tim asuhan pelatih sementara Mettu Dwaramuri itu telah menunjukkan mental bertanding yang baik, karena selama 90 menit waktu normal bisa menahan gempuran tim lawan yang inginkan kemenangan.
Padahal sejak akhir babak pertama, tim kebanggaan warga Kota Jayapura itu telah bermain dengan 10 orang setelah "defender" Bio Paulin Piere diusir wasit karena melanggar Tantan tepat di depan kotak terlarang gawang Persipura yang dikawal kiper kedua Dede Sulaiman.
"Mental juara Persipura sudah terlihat sejak gol pertama yang dibuat Ian Louis Kabes. Dan terlebih setelah Bio diusir keluar, kemudian menyamakan skor 2-2 dengan 10 pemain," katanya.
"Coba lihat, setelah bermain 10 orang di babak kedua dan balik tertinggal oleh gol gelandang Persib Bandung, malah anak-anak Persipura balik menyerang seolah-olah bermain dengan 11 pemain," lanjutnya.
Cara bermain tim Persipura, kata Didik, telah memberikan sejarah baru bagi persepak bolaan tanah air. Dimana, pasukan merah-hitam (Persipura) telah menunjukkan kelasnya bahwa mereka telah memiliki pengalaman, jam terbang dan mental tanding yang bagus dan wajar saja jika bisa sampai di semifinal Piala AFC musim ini.
"Kita bisa memetik pelajaran dari laga ini, sejarah telah tercipta. Persipura bermain dengan semangat juang yang besar, sementara Persib ingin menunjukkan sudah saatnya mereka meraih gelar tertinggi musim ini," katanya.
Didik yang pada musim ini mendampingi Pelatih Eduard Chong membawa Persela Lamongan masuk delapan besar juga menyampaikan bahwa laga final antara dua kekuatan besar sepak bola musim ini, saling menunjukkan kreativitas, unjuk skill dan taktik yang bagus.
Apalagi selama laga yang disaksikan Ketua PSSI dan Menpora yang baru, lanjut Didik, para pengadil lapangan telah berupaya memperlihatkan sikap netral dan pemain kedua tim menunjukkan sportivitas yang tinggi.
"Harapannya LSI musim depan bisa seperti ini, wasit bersikap netral dan pemain bersikap sportif. Dan sudah pasti LSI musim depan akan lebih seru dan menarik di tonton, karena akan menggunakan format penuh, semuua tim saling bertemu," katanya.
"Selamat bagi Persib Bandung yang juara musim ini. Juga bagi tim Persipura yang bisa konsisten meskipun tidak ada pelatih kepalanya (Jacksen F Tiago)," ujarnya.
Persipura Jayapura gagal mempertahankan juara setelah laga final LSI di Jakabaring, dikalahkan oleh Persib Bandung lewat drama adu penalti 5-3, setelah diwaktu normal bermain imbang 2-2. [Antara]
"Saya kira tim Mutiara Hitam kurang beruntung saja, karena selama 120 menit tampil lebih bagus dari pada tim juara Persib Bandung, terlepas dari adu pinalti," kata Didik saat dihubungi dari Jayapura, Papua, Sabtu malam.
Menurut Didik, tim asuhan pelatih sementara Mettu Dwaramuri itu telah menunjukkan mental bertanding yang baik, karena selama 90 menit waktu normal bisa menahan gempuran tim lawan yang inginkan kemenangan.
Padahal sejak akhir babak pertama, tim kebanggaan warga Kota Jayapura itu telah bermain dengan 10 orang setelah "defender" Bio Paulin Piere diusir wasit karena melanggar Tantan tepat di depan kotak terlarang gawang Persipura yang dikawal kiper kedua Dede Sulaiman.
"Mental juara Persipura sudah terlihat sejak gol pertama yang dibuat Ian Louis Kabes. Dan terlebih setelah Bio diusir keluar, kemudian menyamakan skor 2-2 dengan 10 pemain," katanya.
"Coba lihat, setelah bermain 10 orang di babak kedua dan balik tertinggal oleh gol gelandang Persib Bandung, malah anak-anak Persipura balik menyerang seolah-olah bermain dengan 11 pemain," lanjutnya.
Cara bermain tim Persipura, kata Didik, telah memberikan sejarah baru bagi persepak bolaan tanah air. Dimana, pasukan merah-hitam (Persipura) telah menunjukkan kelasnya bahwa mereka telah memiliki pengalaman, jam terbang dan mental tanding yang bagus dan wajar saja jika bisa sampai di semifinal Piala AFC musim ini.
"Kita bisa memetik pelajaran dari laga ini, sejarah telah tercipta. Persipura bermain dengan semangat juang yang besar, sementara Persib ingin menunjukkan sudah saatnya mereka meraih gelar tertinggi musim ini," katanya.
Didik yang pada musim ini mendampingi Pelatih Eduard Chong membawa Persela Lamongan masuk delapan besar juga menyampaikan bahwa laga final antara dua kekuatan besar sepak bola musim ini, saling menunjukkan kreativitas, unjuk skill dan taktik yang bagus.
Apalagi selama laga yang disaksikan Ketua PSSI dan Menpora yang baru, lanjut Didik, para pengadil lapangan telah berupaya memperlihatkan sikap netral dan pemain kedua tim menunjukkan sportivitas yang tinggi.
"Harapannya LSI musim depan bisa seperti ini, wasit bersikap netral dan pemain bersikap sportif. Dan sudah pasti LSI musim depan akan lebih seru dan menarik di tonton, karena akan menggunakan format penuh, semuua tim saling bertemu," katanya.
"Selamat bagi Persib Bandung yang juara musim ini. Juga bagi tim Persipura yang bisa konsisten meskipun tidak ada pelatih kepalanya (Jacksen F Tiago)," ujarnya.
Persipura Jayapura gagal mempertahankan juara setelah laga final LSI di Jakabaring, dikalahkan oleh Persib Bandung lewat drama adu penalti 5-3, setelah diwaktu normal bermain imbang 2-2. [Antara]