Lukas Enembe Minta Aparat Keamanan Hentikan Penjualan Amunisi ke Kelompok Bersenjata
pada tanggal
Saturday 15 November 2014
KOTA JAYAPURA – Gubernur Papua Lukas Enembe,SIP.MH menegaskan, selama penjualan amunisi yang dilakukan oleh oknum tertentu kepada Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) tidak dapat dihentikan, maka situasi keamanan dan ketertiban di Papua tidak dapat dikendalikan.
Untuk itu, Gubernur Lukas meminta kepada Panglima TNI Jenderal Moeldoko agar menertibkan dan mengontrol pengiriman amunisi wilayah pegunungan.
“Kalau pengiriman senjata tidak dikontrol, jelas anak buah yang ada dilapangan itu kan butuh makan minum karena harga-harga disana mahal, Itu yang terjadi person-personnya bukan institusi, saya sudah bilang tertibkan pengiriman amunisi hitung baik pada saat dia keluar, dan itu sdh terjadi bertahun-tahun selama ini. Itu bukan sesuatu yang baru,” ujar Gubernur Lukas kepada wartawan di Hotel Horizon Jayapura, Kamis (30/10/2014).
Gubernur Lukas menjelaskan, oknum yang selama ini mensuplai senjata bukan institusi tetapi person. Selama ini dirinya, melaporkan kepada Presiden dan PanglimaTNI tidak bisa menyalahkan institusi tetapi personnya sebagai pelaku yang mensuplai amunisi.
“Jadi selama ada suplai amunisi, keamanan di Papua itu tdk akan aman,” akunya.
Pasalnya, menurut Lukas Enembe, di Tingginambut tidak ada pabrik amunisi. “Jadi banyaknya amunisi yang dimiliki oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di wilayah Pegunungan siapa yang mensuplai kepada mereka,” ucapnya.
“Sebab kalau dijual, satu peluruh harganya Rp1 juta dan hasil penjualan pelurunya tersebut sudah bisa digunakan bertahan hidup. Yang menjual amunisi di wilayah Pegunungan adalah oknum bukan institusi,” tambahnya.
Disingung mengenai adanya ancanaman dari Puron Wenda dan Enden Wanimbo jika tidak membebaskan Rambo cs, maka mereka akan menembak seluruh warga pendatang yang ada di Wilayah Pilia Kabupaten Lany Jaya, Lukas Enembe mengaku bahwa, Itu baru ancaman.
“Makanya saya himbau kepada masyarkat kita, cara yang kalian tempuh bukan dengan cara kekerasan, kami kedepankan perdamaian di tanah Papua menjaga stabilitas jangan mengganggu stabilitas, kepada saudara-saudara yang berseberangan bergabunglah, apa yang pemerintah lakukan saat ini,” tandasnya.
Sebab, saat ini kata Gubernur Lukas, Papua saat ini sedang lakukan terobosan-terobosan untuk bagaimana membawa keluar masyarakat Papua dari kondisi saat ini dengan berbagai keinginan bertahun-tahun mereka lakukan.
“Saya berusaha dengan cara ini tidak boleh terjadi dengan memberikan kesempatan sebesar-besarnya kepada anak-anak Papua, maka otomatis keinginan yang berbeda ini saya harap kedepan akan kami akan rangkul,” tuturnya.
Gubernur Lukas menjelaskan, tertangkapnya Rambo cs, maka mereka harus sadar bahwa kekuatan mereka kecil.
“Kamu itu kecil, kekuatan kamu itu berapa besar, itu harus disadari, belum lagi dia dapat tangkap, dapat tembak dan mati karena penyakit HIV , mereka semua sudah mati itu lebih bagus serahkan senjata itu , kalian itu kecil, kekuatan TNI lebih, itu pasti tidak bisa dilawan,” tandasnya.
Menurut Gubernur Lukasa, jumlah TNI lebih besar, hanya saja mereka lebih mengedepankan pendekatan untuk kesejahteraan.”Kalau disuruh operasi wah hal besar apa, jadi lebih bagus saudara-saudara saya ini kembalikan tertibkan dan kembali membangun daerahnya masing-masing, jangan ada menciptakan keonaran-keonaran yg mengganggu kestabilitas daerah,” sambungnya.
Tim khusus Polda Papua, Minggu (26/10/2014) berhasil menangkap Briptu TJ anggota Polsek Nduga bersama barang bukti 260 amunisi dari berbagai kaliber. Selain itu, tim juga menangkap lima anggota kelompok bersenjata, termasuk dua DPO yakni Rambo Wonda alias Kolor alias Enggaranggo Wonda dan Derius Wanimbo alias Rambo Tolikara.
Dari pengakuan Briptu T Jikwa terungkap bahwa tiga anggota TNI juga terlibat dalam penjualan amunisi ke kelompok bersenjata. [Papuapos]
Untuk itu, Gubernur Lukas meminta kepada Panglima TNI Jenderal Moeldoko agar menertibkan dan mengontrol pengiriman amunisi wilayah pegunungan.
“Kalau pengiriman senjata tidak dikontrol, jelas anak buah yang ada dilapangan itu kan butuh makan minum karena harga-harga disana mahal, Itu yang terjadi person-personnya bukan institusi, saya sudah bilang tertibkan pengiriman amunisi hitung baik pada saat dia keluar, dan itu sdh terjadi bertahun-tahun selama ini. Itu bukan sesuatu yang baru,” ujar Gubernur Lukas kepada wartawan di Hotel Horizon Jayapura, Kamis (30/10/2014).
Gubernur Lukas menjelaskan, oknum yang selama ini mensuplai senjata bukan institusi tetapi person. Selama ini dirinya, melaporkan kepada Presiden dan PanglimaTNI tidak bisa menyalahkan institusi tetapi personnya sebagai pelaku yang mensuplai amunisi.
“Jadi selama ada suplai amunisi, keamanan di Papua itu tdk akan aman,” akunya.
Pasalnya, menurut Lukas Enembe, di Tingginambut tidak ada pabrik amunisi. “Jadi banyaknya amunisi yang dimiliki oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di wilayah Pegunungan siapa yang mensuplai kepada mereka,” ucapnya.
“Sebab kalau dijual, satu peluruh harganya Rp1 juta dan hasil penjualan pelurunya tersebut sudah bisa digunakan bertahan hidup. Yang menjual amunisi di wilayah Pegunungan adalah oknum bukan institusi,” tambahnya.
Disingung mengenai adanya ancanaman dari Puron Wenda dan Enden Wanimbo jika tidak membebaskan Rambo cs, maka mereka akan menembak seluruh warga pendatang yang ada di Wilayah Pilia Kabupaten Lany Jaya, Lukas Enembe mengaku bahwa, Itu baru ancaman.
“Makanya saya himbau kepada masyarkat kita, cara yang kalian tempuh bukan dengan cara kekerasan, kami kedepankan perdamaian di tanah Papua menjaga stabilitas jangan mengganggu stabilitas, kepada saudara-saudara yang berseberangan bergabunglah, apa yang pemerintah lakukan saat ini,” tandasnya.
Sebab, saat ini kata Gubernur Lukas, Papua saat ini sedang lakukan terobosan-terobosan untuk bagaimana membawa keluar masyarakat Papua dari kondisi saat ini dengan berbagai keinginan bertahun-tahun mereka lakukan.
“Saya berusaha dengan cara ini tidak boleh terjadi dengan memberikan kesempatan sebesar-besarnya kepada anak-anak Papua, maka otomatis keinginan yang berbeda ini saya harap kedepan akan kami akan rangkul,” tuturnya.
Gubernur Lukas menjelaskan, tertangkapnya Rambo cs, maka mereka harus sadar bahwa kekuatan mereka kecil.
“Kamu itu kecil, kekuatan kamu itu berapa besar, itu harus disadari, belum lagi dia dapat tangkap, dapat tembak dan mati karena penyakit HIV , mereka semua sudah mati itu lebih bagus serahkan senjata itu , kalian itu kecil, kekuatan TNI lebih, itu pasti tidak bisa dilawan,” tandasnya.
Menurut Gubernur Lukasa, jumlah TNI lebih besar, hanya saja mereka lebih mengedepankan pendekatan untuk kesejahteraan.”Kalau disuruh operasi wah hal besar apa, jadi lebih bagus saudara-saudara saya ini kembalikan tertibkan dan kembali membangun daerahnya masing-masing, jangan ada menciptakan keonaran-keonaran yg mengganggu kestabilitas daerah,” sambungnya.
Tim khusus Polda Papua, Minggu (26/10/2014) berhasil menangkap Briptu TJ anggota Polsek Nduga bersama barang bukti 260 amunisi dari berbagai kaliber. Selain itu, tim juga menangkap lima anggota kelompok bersenjata, termasuk dua DPO yakni Rambo Wonda alias Kolor alias Enggaranggo Wonda dan Derius Wanimbo alias Rambo Tolikara.
Dari pengakuan Briptu T Jikwa terungkap bahwa tiga anggota TNI juga terlibat dalam penjualan amunisi ke kelompok bersenjata. [Papuapos]