LSM dan KPA Papua Antisipasi Kedatangan PSK dari Lokalisasi Dolly Surabaya
pada tanggal
Monday, 10 November 2014
KOTA JAYAPURA - Para aktivis di Papua, termasuk dari lembaga swadaya masyarakat yang berkecimpung di bidang kesehatan khususnya pencegahan HIV/AIDS, mengantisipasi kemungkinan kedatangan pekerja seks komersial sebagai akibat dari penutupan Dolly di Surabaya selaku lokasi terbesar di Indonesia.
Sekretaris Komisi Pemberantasan HIV/AIDS (KPA) Papua Constan Karma kepada Antara di Jayapura, Selasa, mengakui, para aktivis di Papua tengah mengantisipasi dampak penutupan Dolly, walaupun belum ada laporan resmi tentang kehadiran para penghuni lokalisasi tersebut.
"Memang belum ada laporan resmi namun mengingat penyebaran utama HIV di Papua dari berhubungan badan atau seks, maka para aktivis khawatir bila mantan penghuni Dolly beroperasi di daerah ini," kata Constan Karma.
Dikatakannya, untuk mengetahui dengan pasti ada tidaknya mantan penghuni Dolly yang beroperasi di beberapa kota di Papua maka KPA bersama LSM dan Komnas HAM Papua membentuk tim yang bertugas mempelajari peraturan tentang penyebaran penduduk.
Tim akan bekerja sama untuk mempelajari semua peraturan dan perundangan terkait masalah kependudukan.
Mantan Sekda Papua itu menambahkan, dari laporan awal yang dilakukan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) terungkap mantan penghuni Dolly belum ada yang bergabung di kawasan Tandjung Elmo, lokalisasi di Kabupaten Jayapura.
Namun ia khawatir, mantan pekerja seks Dolly tidak bergabung di lokalisasi terbesar di Kota Jayapura melainkan beroperasi sendiri-sendiri secara terpencar.
Saat ini tercatat 13 LSM yang bergerak di bidang kesehatan, pencegahan HIV/AIDS yang beroperasi di Papua.
Pengindap HIV/AIDS di Papua sejak ditemukan tahun 1992 di Merauke tercatat sekitar 15 ribuan. [Antara]
Sekretaris Komisi Pemberantasan HIV/AIDS (KPA) Papua Constan Karma kepada Antara di Jayapura, Selasa, mengakui, para aktivis di Papua tengah mengantisipasi dampak penutupan Dolly, walaupun belum ada laporan resmi tentang kehadiran para penghuni lokalisasi tersebut.
"Memang belum ada laporan resmi namun mengingat penyebaran utama HIV di Papua dari berhubungan badan atau seks, maka para aktivis khawatir bila mantan penghuni Dolly beroperasi di daerah ini," kata Constan Karma.
Dikatakannya, untuk mengetahui dengan pasti ada tidaknya mantan penghuni Dolly yang beroperasi di beberapa kota di Papua maka KPA bersama LSM dan Komnas HAM Papua membentuk tim yang bertugas mempelajari peraturan tentang penyebaran penduduk.
Tim akan bekerja sama untuk mempelajari semua peraturan dan perundangan terkait masalah kependudukan.
Mantan Sekda Papua itu menambahkan, dari laporan awal yang dilakukan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) terungkap mantan penghuni Dolly belum ada yang bergabung di kawasan Tandjung Elmo, lokalisasi di Kabupaten Jayapura.
Namun ia khawatir, mantan pekerja seks Dolly tidak bergabung di lokalisasi terbesar di Kota Jayapura melainkan beroperasi sendiri-sendiri secara terpencar.
Saat ini tercatat 13 LSM yang bergerak di bidang kesehatan, pencegahan HIV/AIDS yang beroperasi di Papua.
Pengindap HIV/AIDS di Papua sejak ditemukan tahun 1992 di Merauke tercatat sekitar 15 ribuan. [Antara]