Forum Lintas Media Timika (Forlimit) Kecam Kekerasan Oknum Polisi di Makassar
pada tanggal
Sunday, 16 November 2014
TIMIKA (MIMIKA) – Forum Lintas Media Timika (Forlimit), hari ini, Sabtu (15/11) akan menggelar aksi damai mengecam tindakan kekerasan oknum polisi terhadap sejumlah wartawan ketika melakukan peliputan unjuk rasa menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Kampus UNM, Makassar, Kamis (13/11) lalu. Forlimit mendesak Kapolri dan Kapolda Sulawesi Selatan segera memproses hukum oknum polisi yang terlibat.
Ketua Forlimit, Eveerth Joumilena sangat menyesalkan tindakan kekerasan, bahkan ucapan ancaman akan membunuh wartawan saat melakukan peliputan, dari oknum polisi.
“Informasi yang kami terima bahwa, rekan-rekan kami jurnalis kameranya diambil dirampas lalu dikasih rusak. Dan mengalami tindakan kekerasan dari oknum polisi. Ini sudah sangat keterlaluan. Menurut kami tindakan itu diluar dari tugas polisi,“ tegas Eveerth Joumilena, yang biasa disapa Dhoto kepada wartawan, Jumat (14/11).
Eveerth menuturkan, Forlimit tidak membenarkan polisi melakukan tindakan kekerasan kepada pekerja pers.Apalagi, saat melakukan tugas jurnalistik.Alasannya, karena didalam Undang-undang Pers sudah jelas. Ia pun mendesak Kapolri dan Kapolda Sulawesi Selatan agar segera memproses oknum polisi yang terlibat aksi kekerasan itu.
“Wartawan mempunyai UU Pers yang berkaitan dengan UU Informasi dan keterbukaan publik. Polisi harus mampu menempatkan dirinya. Kami minta kepada Kapolri dan Kapolda Sulsel untuk proses hukum oknum Polisi yang terlibat,” kata Eveerth yang juga ketua bidang organisasi Aliansi Jurnalis Independent (AJI) Papua.
Sementara itu, wartawan SCTV dan Indosiar yang mewakili Jurnalis Televisi di Timika, Igho Batmomolin menegaskan, agar persoalan ini segera disikapi secara serius oleh pimpinan Polri.
“Meski Kapolri telah menyampaikan permohonan maaf. Namun perlu bukti tindaklanjut daripada pernyataan Kapolri untuk memproses hukum anggotanya yang terlibat,” pintah Igho.
Menyikapi aksi kekerasan terhadap rekan se-profesi di Makassar, hari iniwartawan di Timika merencanakan melakukan aksi demo damai di bundaran Timika Indah. Aksi ini akan diikuti seluruh wartawan yang bertugas di Timika. [SalamPapua]
Ketua Forlimit, Eveerth Joumilena sangat menyesalkan tindakan kekerasan, bahkan ucapan ancaman akan membunuh wartawan saat melakukan peliputan, dari oknum polisi.
“Informasi yang kami terima bahwa, rekan-rekan kami jurnalis kameranya diambil dirampas lalu dikasih rusak. Dan mengalami tindakan kekerasan dari oknum polisi. Ini sudah sangat keterlaluan. Menurut kami tindakan itu diluar dari tugas polisi,“ tegas Eveerth Joumilena, yang biasa disapa Dhoto kepada wartawan, Jumat (14/11).
Eveerth menuturkan, Forlimit tidak membenarkan polisi melakukan tindakan kekerasan kepada pekerja pers.Apalagi, saat melakukan tugas jurnalistik.Alasannya, karena didalam Undang-undang Pers sudah jelas. Ia pun mendesak Kapolri dan Kapolda Sulawesi Selatan agar segera memproses oknum polisi yang terlibat aksi kekerasan itu.
“Wartawan mempunyai UU Pers yang berkaitan dengan UU Informasi dan keterbukaan publik. Polisi harus mampu menempatkan dirinya. Kami minta kepada Kapolri dan Kapolda Sulsel untuk proses hukum oknum Polisi yang terlibat,” kata Eveerth yang juga ketua bidang organisasi Aliansi Jurnalis Independent (AJI) Papua.
Sementara itu, wartawan SCTV dan Indosiar yang mewakili Jurnalis Televisi di Timika, Igho Batmomolin menegaskan, agar persoalan ini segera disikapi secara serius oleh pimpinan Polri.
“Meski Kapolri telah menyampaikan permohonan maaf. Namun perlu bukti tindaklanjut daripada pernyataan Kapolri untuk memproses hukum anggotanya yang terlibat,” pintah Igho.
Menyikapi aksi kekerasan terhadap rekan se-profesi di Makassar, hari iniwartawan di Timika merencanakan melakukan aksi demo damai di bundaran Timika Indah. Aksi ini akan diikuti seluruh wartawan yang bertugas di Timika. [SalamPapua]