Tim Putri Papua U-17 Juarai Kejurnas Kriket 2014
pada tanggal
Sunday, 5 October 2014
JAKARTA - Tim putri Papua U-17 berhasil keluar sebagai yang terbaik di Kejuaraan Nasional Kriket 2014. Dalam kompetisi yang diisi lima tim, Papua berhasil meraih poin absolut dengan selalu menang dalam empat pertandingan yang dilakoni.
Papua mengantongi 12 poin, disusul Bali dengan 9 poin, dan Banten dengan 6 poin.
Pelatih Papua Wayan Sukadana mengatakan, timnya cukup beruntung karena Bali kelelahan pada pertandingan hari ini. Mereka tak mendapat cukup istirahat, berbeda dengan Papu.
"Kami cukup beruntung karena Bali kepayahan hari ini. Mereka belum sempat istirahat sudah harus main lagi. Sementara kami punya jeda satu pertandingan. Saya bilang beruntung karena kualitas dua tim ini sama," kata Wayan di Lapangan Softball Universitas Negeri Jakarta, Sabtu (27/9) petang.
Wajar saja kekuatan tim Papua dan Bali sama. Penyebabnya, tim Papua diperkuat 10 pemain 'naturalisasi' asal Bali. Dari 14 pemain yang dibawa ke Kejurnas, hanya empat yang asli Papua.
Ini terjadi karena empat pemain putri Papua sedang dalam tugas belajar di Bali berkat kesempatan dari pemerintah setempat. Di SMKN 1 Gianyar lah mereka mengenal kriket karena olahraga itu menjadi kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Karena itu pulalah pelatih mereka juga berasal dari Bali.
Keempat pemain tadi kemudian digabungkan dengan 10 pemain muda Bali yang tidak lolos seleksi tim putri U-23 Bali. Pengurus Pusat Persatuan Cricket Indonesia memberikan perlakukan khusus dengan tujuan memicu minat Papua mengembangkan kriket. Status Papua sebagai tuan rumah PON 2020 nanti menjadi alasannya.
"Semoga setelah melihat ada anak mereka yang berprestasi di kriket, mereka (pemerintah Papua) mau mengembangkan kriket. Mereka bisa bertukar ilmu dengan Papua Nugini yang sudah lebih dulu mengenal kriket. Kita kirim pemain kriket ke Papua Nugini, lalu mereka kirim pemain buat belajar sepak bola ke sini," kata Sekretaris Jenderal PP PCI Arsyad Ahmadin.
Di kategori U-23 putra, Bali keluar sebagai juara usai mengalahkan Jawa Barat dan DKI Jakarta dalam babak final bersistem round-robin yang berisi tiga tim saja. Bali menang atas Jabar dengan skor 117 runs 9 wickets melawan 116 runs 8 wickets, dan atas Jakarta dengan 71/2-69/10.
Tim putra Bali U-17 juga menjadi juara usai mengandaskan perlawanan Banten dengan skor akhir 65/1-63/5. Pemenang kategori U-23 putri belum ditentukan karena masih ada dua pertandingan yang harus diselesaikan. Sejatinya dua laga tersebut selesai hari ini, tapi karena ketiadaan lampu penerangan maka terpaksa harus dilanjutkan besok. Penutupan turnamen yang harusnya berlangsung sore ini pun ikut ditunda. [BSC]
Papua mengantongi 12 poin, disusul Bali dengan 9 poin, dan Banten dengan 6 poin.
Pelatih Papua Wayan Sukadana mengatakan, timnya cukup beruntung karena Bali kelelahan pada pertandingan hari ini. Mereka tak mendapat cukup istirahat, berbeda dengan Papu.
"Kami cukup beruntung karena Bali kepayahan hari ini. Mereka belum sempat istirahat sudah harus main lagi. Sementara kami punya jeda satu pertandingan. Saya bilang beruntung karena kualitas dua tim ini sama," kata Wayan di Lapangan Softball Universitas Negeri Jakarta, Sabtu (27/9) petang.
Wajar saja kekuatan tim Papua dan Bali sama. Penyebabnya, tim Papua diperkuat 10 pemain 'naturalisasi' asal Bali. Dari 14 pemain yang dibawa ke Kejurnas, hanya empat yang asli Papua.
Ini terjadi karena empat pemain putri Papua sedang dalam tugas belajar di Bali berkat kesempatan dari pemerintah setempat. Di SMKN 1 Gianyar lah mereka mengenal kriket karena olahraga itu menjadi kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Karena itu pulalah pelatih mereka juga berasal dari Bali.
Keempat pemain tadi kemudian digabungkan dengan 10 pemain muda Bali yang tidak lolos seleksi tim putri U-23 Bali. Pengurus Pusat Persatuan Cricket Indonesia memberikan perlakukan khusus dengan tujuan memicu minat Papua mengembangkan kriket. Status Papua sebagai tuan rumah PON 2020 nanti menjadi alasannya.
"Semoga setelah melihat ada anak mereka yang berprestasi di kriket, mereka (pemerintah Papua) mau mengembangkan kriket. Mereka bisa bertukar ilmu dengan Papua Nugini yang sudah lebih dulu mengenal kriket. Kita kirim pemain kriket ke Papua Nugini, lalu mereka kirim pemain buat belajar sepak bola ke sini," kata Sekretaris Jenderal PP PCI Arsyad Ahmadin.
Di kategori U-23 putra, Bali keluar sebagai juara usai mengalahkan Jawa Barat dan DKI Jakarta dalam babak final bersistem round-robin yang berisi tiga tim saja. Bali menang atas Jabar dengan skor 117 runs 9 wickets melawan 116 runs 8 wickets, dan atas Jakarta dengan 71/2-69/10.
Tim putra Bali U-17 juga menjadi juara usai mengandaskan perlawanan Banten dengan skor akhir 65/1-63/5. Pemenang kategori U-23 putri belum ditentukan karena masih ada dua pertandingan yang harus diselesaikan. Sejatinya dua laga tersebut selesai hari ini, tapi karena ketiadaan lampu penerangan maka terpaksa harus dilanjutkan besok. Penutupan turnamen yang harusnya berlangsung sore ini pun ikut ditunda. [BSC]