Serikat Pekerja PT Freeport Indonesia Sesalkan Kecelakaan di Tambang Terbuka
pada tanggal
Thursday, 2 October 2014
TIMIKA (MIMIKA) - Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Unit Kerja PT Freeport Indonesia menyesalkan terjadinya kasus kecelakaan kerja yang menewaskan empat pekerja perusahaan di lokasi tambang terbuka Grasberg, Tembagapura, Sabtu (27/9) pagi.
Ketua Unit Kerja SPSI PT Freeport Indonesia Sudiro yang ditemui saat mengantar jenazah salah seorang korban meninggal di Jalan A Yani Timika, Minggu, mengatakan, seharusnya Freeport lebih meningkatkan pengawasan di lokasi tambang untuk meminimalisasi kasus kecelakaan kerja.
"Para pengawas lapangan juga harus serius mengawasi anak buahnya sehingga kecelakaan seperti ini tidak terulang kembali," kata Sudiro.
Menurut dia, insiden yang menimpa empat pekerja Freeport tersebut seolah membuka kembali lembaran kelam kasus-kasus serupa yang terjadi tahun-tahun sebelumnya yang telah merenggut nyawa puluhan pekerja.
Insiden tersebut, katanya, justru terjadi di saat kinerja perusahan tambang itu mulai maksimal.
"Kejadian seperti ini mestinya menjadi perhatian perusahaan agar lebih waspada. Meski di sana sudah ada pengawas saja bisa terjadi kecelakaan. Ini menandakan bahwa pekerja tambang memiliki risiko yang sangat tinggi terutama terhadap nyawa mereka," ujarnya.
Dia mengingatkan pihak Freeport agar tidak melihat pekerja sebagai sapi perahan, tetapi para pekerja merupakan manusia yang harus dimanusiakan.
"Jangan hanya melihat para pekerja tambang sebagai sapi perahan. Para kejerja itu adalah manusia yang harus dimanusiakan, bukan dijadikan sebagai alat semata. Kalau pekerja ini diperlakukan sebagai aset maka sudah tentu hal-hal seperti ini bisa dihindari," kritik Sudiro.
Kecelakaan lalu lintas di tambang terbuka Grasberg pada Sabtu (27/9) pagi melibatkan mobil Haul Truck TPY 785 nomor 220 yang di kemudikan John W nomor identitas 899625. Truk raksasa pengangkut material tambang itu menabrak mobil toyota LWB Nomor badan 01 2740 R berpenumpang sembilan orang mengakibatkan empat orang meninggal dunia dan lima orang mengalami luka-luka.
Empat korban meninggal dalam kejadian itu yakni Luther Patanggi asal Toraja, Sulawesi selatan, Simon Seba asal Toraja, Richardo Tomasila asal Ambon, dan Nursio asal Pulau Jawa.
Dua korban meninggal atas nama Luther Patanggi dan Simon Seba hingga kini masih disemayamkan di rumah duka yang beralamat di Jalan Kelapa Dua dan Jalan Baru, Kelurahan Kwamki Timika.
Sementara dua korban meninggal lainnya atas nama Richardo Tomasila dan Nursio telah diterbangkan ke kampung halaman mereka di Ambon dan Jawa untuk segera dikebumikan pada Minggu siang.
Adapun dua korban luka yang masih dalam kondisi kritis yaitu Komarudin dan Andreas Rahawarin juga telah diterbangkan ke Jakarta pada Minggu siang untuk menjalani perawatan medis.
Terkait insiden tersebut, PT Freeport dilaporkan menghentikan sementara waktu operasional tambang terbuka Grasberg agar proses investigasi dapat dilakukan. Pihak Freeport menyatakan bahwa kasus tersebut sudah dilaporkan kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Jakarta. [ANT]
Ketua Unit Kerja SPSI PT Freeport Indonesia Sudiro yang ditemui saat mengantar jenazah salah seorang korban meninggal di Jalan A Yani Timika, Minggu, mengatakan, seharusnya Freeport lebih meningkatkan pengawasan di lokasi tambang untuk meminimalisasi kasus kecelakaan kerja.
"Para pengawas lapangan juga harus serius mengawasi anak buahnya sehingga kecelakaan seperti ini tidak terulang kembali," kata Sudiro.
Menurut dia, insiden yang menimpa empat pekerja Freeport tersebut seolah membuka kembali lembaran kelam kasus-kasus serupa yang terjadi tahun-tahun sebelumnya yang telah merenggut nyawa puluhan pekerja.
Insiden tersebut, katanya, justru terjadi di saat kinerja perusahan tambang itu mulai maksimal.
"Kejadian seperti ini mestinya menjadi perhatian perusahaan agar lebih waspada. Meski di sana sudah ada pengawas saja bisa terjadi kecelakaan. Ini menandakan bahwa pekerja tambang memiliki risiko yang sangat tinggi terutama terhadap nyawa mereka," ujarnya.
Dia mengingatkan pihak Freeport agar tidak melihat pekerja sebagai sapi perahan, tetapi para pekerja merupakan manusia yang harus dimanusiakan.
"Jangan hanya melihat para pekerja tambang sebagai sapi perahan. Para kejerja itu adalah manusia yang harus dimanusiakan, bukan dijadikan sebagai alat semata. Kalau pekerja ini diperlakukan sebagai aset maka sudah tentu hal-hal seperti ini bisa dihindari," kritik Sudiro.
Kecelakaan lalu lintas di tambang terbuka Grasberg pada Sabtu (27/9) pagi melibatkan mobil Haul Truck TPY 785 nomor 220 yang di kemudikan John W nomor identitas 899625. Truk raksasa pengangkut material tambang itu menabrak mobil toyota LWB Nomor badan 01 2740 R berpenumpang sembilan orang mengakibatkan empat orang meninggal dunia dan lima orang mengalami luka-luka.
Empat korban meninggal dalam kejadian itu yakni Luther Patanggi asal Toraja, Sulawesi selatan, Simon Seba asal Toraja, Richardo Tomasila asal Ambon, dan Nursio asal Pulau Jawa.
Dua korban meninggal atas nama Luther Patanggi dan Simon Seba hingga kini masih disemayamkan di rumah duka yang beralamat di Jalan Kelapa Dua dan Jalan Baru, Kelurahan Kwamki Timika.
Sementara dua korban meninggal lainnya atas nama Richardo Tomasila dan Nursio telah diterbangkan ke kampung halaman mereka di Ambon dan Jawa untuk segera dikebumikan pada Minggu siang.
Adapun dua korban luka yang masih dalam kondisi kritis yaitu Komarudin dan Andreas Rahawarin juga telah diterbangkan ke Jakarta pada Minggu siang untuk menjalani perawatan medis.
Terkait insiden tersebut, PT Freeport dilaporkan menghentikan sementara waktu operasional tambang terbuka Grasberg agar proses investigasi dapat dilakukan. Pihak Freeport menyatakan bahwa kasus tersebut sudah dilaporkan kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Jakarta. [ANT]