Pemprov Papua Salurkan Bantuan untuk Korban Konflik Sosial di Arso 1
pada tanggal
Saturday, 13 September 2014
KOTA JAYAPURA - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua menyalurkan bantuan tanggap darurat untuk para korban bencana sosial, yakni konflik antarwarga di Arso 1, Kabupaten Keerom.
"Kami kerahkan Tagana untuk turun ke Keerom membawa bantuan tanggap darurat," kata Kepala Dinas Sosial dan Pemukiman Provinsi Papua Ribka Haluk kepada wartawan di Jayapura, Selasa, di sela-sela penyiapan bantuan.
Ia menyebut bantuan itu berupa bahan makanan (beras dan lauk-pauk), sandang (seragam sekolah, daster, dan baju kaos berkerah, dan kain sarung), dan peralatan evakuasi (tenda biru dan matras), serta peralatan dapur, "famili kid" dan "kid ware".
Jumlah bantuan tanggap darurat itu disesuaikan dengan jumlah warga yang berhak atas bantuan kemanusiaan tersebut.
Bantuan tersebut didistribusikan dari gudang Dinas Sosial dan Pemukiman Pemprov Papua, di Jayapura, ke posko tanggap darurat di Arso, Kabupaten Keerom.
Posko itu ditempati Tagana terlatih, untuk penanganan tanggap darurat, serta membantu para korban bencana sosial keluar dari konflik antarwarga.
"Bantuan ini hanya bersifat cadangan (tanggap darurat). Lamanya tanggap darurat tergantung laporan polisi dan aparat di sana (Keerom)," ujarnya.
Diharapkan, bantuan tersebut tersalurkan secara adil, dan diperuntukan kepada kedua belah pihak yang bertikai.
Pada Sabtu (6/9), terjadi tindak pidana pembunuhan terhadap seorang warga yakni Widya Astuti (35) yang bermukim di lokasi transmigrasi Arso 1, Kabupaten Keerom.
Pelaku pembunuhan teridentifikasi sebagai HG yang melakukan pembunuhan itu dalam kondisi mabuk. HG juga merupakan tetangga dari Widya Astuti.
Pembunuhan secara sadis menggunakan kapak itu, memicu amarah sanak keluarga dan kerabat korban di lokasi transmigrasi itu, hingga terjadi aksi penyerangan ke kediaman pelaku pembunuhan hingga sebanyak 21 rumah kecil (gubuk) dibakar massa.
Setelah pembakaran puluhan rumah gubuk itu, sejumlah warga yang merupakan sanak keluarga dan kerabat HG memilih mengungsi ke kompleks Balai Latihan Kerja (BLK) Arso, atas saran aparat keamanan, demi terhindar dari kemungkinan aksi balas dendam lanjutan. [Antara]
"Kami kerahkan Tagana untuk turun ke Keerom membawa bantuan tanggap darurat," kata Kepala Dinas Sosial dan Pemukiman Provinsi Papua Ribka Haluk kepada wartawan di Jayapura, Selasa, di sela-sela penyiapan bantuan.
Ia menyebut bantuan itu berupa bahan makanan (beras dan lauk-pauk), sandang (seragam sekolah, daster, dan baju kaos berkerah, dan kain sarung), dan peralatan evakuasi (tenda biru dan matras), serta peralatan dapur, "famili kid" dan "kid ware".
Jumlah bantuan tanggap darurat itu disesuaikan dengan jumlah warga yang berhak atas bantuan kemanusiaan tersebut.
Bantuan tersebut didistribusikan dari gudang Dinas Sosial dan Pemukiman Pemprov Papua, di Jayapura, ke posko tanggap darurat di Arso, Kabupaten Keerom.
Posko itu ditempati Tagana terlatih, untuk penanganan tanggap darurat, serta membantu para korban bencana sosial keluar dari konflik antarwarga.
"Bantuan ini hanya bersifat cadangan (tanggap darurat). Lamanya tanggap darurat tergantung laporan polisi dan aparat di sana (Keerom)," ujarnya.
Diharapkan, bantuan tersebut tersalurkan secara adil, dan diperuntukan kepada kedua belah pihak yang bertikai.
Pada Sabtu (6/9), terjadi tindak pidana pembunuhan terhadap seorang warga yakni Widya Astuti (35) yang bermukim di lokasi transmigrasi Arso 1, Kabupaten Keerom.
Pelaku pembunuhan teridentifikasi sebagai HG yang melakukan pembunuhan itu dalam kondisi mabuk. HG juga merupakan tetangga dari Widya Astuti.
Pembunuhan secara sadis menggunakan kapak itu, memicu amarah sanak keluarga dan kerabat korban di lokasi transmigrasi itu, hingga terjadi aksi penyerangan ke kediaman pelaku pembunuhan hingga sebanyak 21 rumah kecil (gubuk) dibakar massa.
Setelah pembakaran puluhan rumah gubuk itu, sejumlah warga yang merupakan sanak keluarga dan kerabat HG memilih mengungsi ke kompleks Balai Latihan Kerja (BLK) Arso, atas saran aparat keamanan, demi terhindar dari kemungkinan aksi balas dendam lanjutan. [Antara]