9 Sarjana Asli Papua dari Luar Negeri telah Kembali ke Papua
pada tanggal
Saturday, 23 August 2014
KOTA JAYAPURA – Sembilan sarjana putra putri asli Papua, lulusan pendidikan luar negeri yang mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Provinsi Papua telah kembali ke Indonesia.
Sembilan orang ini berhasil menyelesaikan studinya pada program studi strata satu (S1) selama empat dan lima tahun. Beberapa diantara mereka ada yang memulai pendidikan tahun 2009 dan 2010.
Kesembilan orang tersebut yaitu Stephani Caroline Olua yang menimba ilmu di Amerika Serikat dengan program studi jurusan studi Matematika – Carbon University – Oregon – USA ,
Demarce Inggundi Sarwom dari Universitas Pelita Harapan - Jakarta yang mengambil program studi keperawatan/nursery, Elisabet Cabioni Giay mengambil studi Enviromental Assinate Anclytical Chemistry di University of Canberra – Australia atau program studi Analisis Lingkungan Hidup dan Kimia analisis.
Jean Philipus Nawipa dari Nanjing University of Aeromaties and Astronoties atau jurusan Teknik Mesin Pesawat di China
Napoleon Charles Kambu mengambil jurusan Software Engineering and Manajemen (Teknik Perangkat Lunak dan Manajemen) dari Nanjing University di China.
Leni Kamelina Wasini mengambil jurusan Software Engineering and Manajemen (Teknik Perangkat Lunak dan Manajemen) dari Nanjing University di China.
Grisye Marry Janggo dari Nanjing University of Aeromaties and Astronoties atau jurusan Teknik Mesin Pesawat di China, Iriana Kossey mengambil jurusan Software Engineering and Manajemen (Teknik Perangkat Lunak dan Manajemen) dari Nanjing University di China dan Egreda Gloviane Kambana jurusan Software Engineering and Manajemen (Teknik Perangkat Lunak dan Manajemen) dari Nanjing University di China.
Sebelumnya putra putri berprestasi mengambil beasiswa di luar negeri, mereka lebih dulu ditempa di Surya Riset Institute di Karawaci – Jakarta, selama sembilan bulan.
Secara singkat, Elisabeth C Giay yang studi di Canberra – Australia menjelaskan seluruh biaya hidup dan sekolah selama bersekolah di luar negeri dibiayai Pemprov Papua.
Biaya hidup yang diberikan pemerintah sebesar Rp. 2,5 juta /bulan, kemudian biaya kuliah 37.000 US$/tahun.
”Kami sangat mengucap syukur dan berterimakasih kepada Pemerintah Papua yang telah menyekolahkan saya dan teman – teman, sehingga dapat mengecap bangku kuliah di luar negeri “tutur Elisabeth.
Dari seluruh angkatan yang diberangkatkan oleh Pemerintah Papua yang lainnya masih menyelesaikan studi di negara yang telah ditunjuk Pemerintah Papua untuk menimba ilmu. Sembilan siswa berprestasi ini berhasil menyelesaikan studi dengan nilai yang cukup memuaskan.
Selanjutnya mereka akan kembali ke Papua untuk ditempatkan Pemerintah Papua sesuai dengan bidang studinya masing masing untuk membangun Tanah Papua.
Kendati demikian salah seorang putra Papua Jean Philipus Nawipa, berharap pemerintah dapat memberikan kesempatan kepadanya untuk melanjutkan studi S2 keluar negeri guna memperdalam lagi ilmu mereka. [SalamPapua]
Sembilan orang ini berhasil menyelesaikan studinya pada program studi strata satu (S1) selama empat dan lima tahun. Beberapa diantara mereka ada yang memulai pendidikan tahun 2009 dan 2010.
Kesembilan orang tersebut yaitu Stephani Caroline Olua yang menimba ilmu di Amerika Serikat dengan program studi jurusan studi Matematika – Carbon University – Oregon – USA ,
Demarce Inggundi Sarwom dari Universitas Pelita Harapan - Jakarta yang mengambil program studi keperawatan/nursery, Elisabet Cabioni Giay mengambil studi Enviromental Assinate Anclytical Chemistry di University of Canberra – Australia atau program studi Analisis Lingkungan Hidup dan Kimia analisis.
Jean Philipus Nawipa dari Nanjing University of Aeromaties and Astronoties atau jurusan Teknik Mesin Pesawat di China
Napoleon Charles Kambu mengambil jurusan Software Engineering and Manajemen (Teknik Perangkat Lunak dan Manajemen) dari Nanjing University di China.
Leni Kamelina Wasini mengambil jurusan Software Engineering and Manajemen (Teknik Perangkat Lunak dan Manajemen) dari Nanjing University di China.
Grisye Marry Janggo dari Nanjing University of Aeromaties and Astronoties atau jurusan Teknik Mesin Pesawat di China, Iriana Kossey mengambil jurusan Software Engineering and Manajemen (Teknik Perangkat Lunak dan Manajemen) dari Nanjing University di China dan Egreda Gloviane Kambana jurusan Software Engineering and Manajemen (Teknik Perangkat Lunak dan Manajemen) dari Nanjing University di China.
Sebelumnya putra putri berprestasi mengambil beasiswa di luar negeri, mereka lebih dulu ditempa di Surya Riset Institute di Karawaci – Jakarta, selama sembilan bulan.
Secara singkat, Elisabeth C Giay yang studi di Canberra – Australia menjelaskan seluruh biaya hidup dan sekolah selama bersekolah di luar negeri dibiayai Pemprov Papua.
Biaya hidup yang diberikan pemerintah sebesar Rp. 2,5 juta /bulan, kemudian biaya kuliah 37.000 US$/tahun.
”Kami sangat mengucap syukur dan berterimakasih kepada Pemerintah Papua yang telah menyekolahkan saya dan teman – teman, sehingga dapat mengecap bangku kuliah di luar negeri “tutur Elisabeth.
Dari seluruh angkatan yang diberangkatkan oleh Pemerintah Papua yang lainnya masih menyelesaikan studi di negara yang telah ditunjuk Pemerintah Papua untuk menimba ilmu. Sembilan siswa berprestasi ini berhasil menyelesaikan studi dengan nilai yang cukup memuaskan.
Selanjutnya mereka akan kembali ke Papua untuk ditempatkan Pemerintah Papua sesuai dengan bidang studinya masing masing untuk membangun Tanah Papua.
Kendati demikian salah seorang putra Papua Jean Philipus Nawipa, berharap pemerintah dapat memberikan kesempatan kepadanya untuk melanjutkan studi S2 keluar negeri guna memperdalam lagi ilmu mereka. [SalamPapua]