Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Minta Organisasi Papua Merdeka (OPM) Hentikan Penembakan
pada tanggal
Wednesday, 4 June 2014
KOTA JAYAPURA – Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Perwakilan Papua menghimbau agar para tokoh maupun anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) menghindari cara-cara kekerasan seperti melakukan penembakan terhadap aparat TNI/Polri maupun warga sipil.
“Harus menjadi perhatian bagi kelompok sipil bersenjata ini bahwa cara-cara kekerasan yang digunakan selama ini haruslah ditinggalkan, sebab cara kekerasan sangat ditentang oleh masyarakat internasional, dan tidak akan menyelesaikan masalah,” tegas Plt. Kepala Kantor Komnas HAM Perwakilan Papua Frits Ramandey,S.Sos,MH kepada Cenderawasih Pos, kemarin (02/06/2014).
Frits Ramandey juga mengecam aksi penembakan yang terjadi di Kabupaten Lanny Jaya Jumat (30/05/2014) lalu yang menyebabkan seorang anggota Kepolisian BKO Polres Lanny Jaya Bripda Irvan meninggal dunia.
Menurutnya, dalam rangka persiapan pemilihan umum presiden (pilpres), maka Komnas HAM Papua melihat akan ada peluang kekerasan baru, sebab akibat dari penembakan tersebut bisa saja polisi melakukan upaya-upaya penertiban dan akibat penertiban tersebut bisa saja masyarakat sipil yang lain menjadi korban.
“Harus diingat bahwa memilih pemimpin nasional itu menjadi tanggung jawab warga negara, dan warga negara itu memiliki hak untuk berpartisipasi. Dengan peristiwa penembakan seperti ini, maka hak warga negara menjadi terganggu untuk berpastisipasi. Polisi juga bisa mengambil langkah-langkah tegas,” ungkapnya.
Frits menyatakan bahwa Komnas berkeyakinan, sebenarnya anggota Polisi dengan jaringannya serta peralatan yang sudah sangat canggih, dan sebenarnya sudah mampu untuk mengidentifikasi siapa pelaku, sebab kejadiannya di tengah masyarakat.
“Saya perlu sampaikan juga bahwa jika peristiwa penembakan terjadi di tengah masyarakat, potensi untuk diindetifikasi atau dipetakan sangat mudah, dan saya punya keyakinan sebenarnya polisi sudah mengetahui siapa aktor dibalik penembakan ini,”ujarnya.
Bahkan baginya, sebenarnya polisi bisa saja melakukan upaya lain dalam rangka mengungkap siapa pelaku ini, dan peluang itu ada saja, hanya saja baginya polisi di Papua, masih mengedepankan pendekatan-pendekatan yang persuasif, sayangnya pendekatan seperti ini, malah sering disalahartikan.
“Bisa saja polisi mengabaikan penerapan hukum yang lain, menggunakan hak diskresinya untuk mengungkap aktor di belakang aksi penembakan ini, sayangnya polisi masih mempertimbakan aspek lainnya,” tukasnya.
Kepada seluruh Panglima Organisasi Papua Merdeka (OPM), baik yang ada di wilayah pegunungan tengah, seperti di Lanny Jaya, di wilayah pesisir pantai, perbatasan, untuk memberikan arah yang jelas kepada anak buahnya, agar tidak lagi menggunakan cara-cara kekerasan. Sebab tindak kekerasan akan melahirkan tindakan kekerasan baru, tidak akan menyelesaikan persoalan.
“Pengalaman membuktikan bahwa jika ada aksi kekerasan di beberapa lokasi di Papua, ternyata masyarakat sipil lain menjadi korban, dan kami punya data,hampir 30 orang menjadi korban, akibat dari aksi kekerasan sipil bersenjata,” tuturnya.
Sementara itu, Wakapolda Papua, Brigjen Pol. Drs. Paulus Waterpauw mengatakan bahwa pelaku penembakan terhadap Brigpol (anumerta) Irvan diindikasi salah satu anggota dari kelompok PW yang sering mengganggu keamanan di Lanny Jaya.
Maka dari itu, Kapolda Papua, kata Paulus, telah menunjuk Direskrimum, Kasat Brimob Polda Papua, termasuk Kapolres setempat untuk segera mengejar pelaku.
“Nah bertiga ini diharapkan agar bisa bersama-sama menangani permasalahan itu dengan Tim BKO. Tim ini yang nantinya akan melaporkan bagaimana laporan yang ada di sana, karena baru kemarin saya tiba dari Timika. Pelakunya sendiri saya pikiri sudah jelas kalau yang di atas siapa lagi kalau bukan anggota Kelompok Bersenjata yang berinisial PW itu,”ungkapnya tegas.
Wakapolda melanjutkan bahwa tim operasi yang dipimpin oleh Disreskrimum akan menyelidiki kasus tersebut hingga bisa diungkap siapa sebenarnya dalang di balik penembakan tersebut, apakah terindikasi pada PW atau kelompok lainnya.
“Selama ini yang kami monitor mereka (kelompok PW-red) adalah pindahan, tapi kemudian membangun kekuatan di situ, jumlah pastinya kita tidak bisa informasikan namun pastinya banyak,” ucapnya.
Lebih lanjut dikatakannya bahwa kelompok PW yang ada di sana dipastikan berjumlah lebih dari 10 orang karena telah ada pembagian tugas dan spesifikasi tersendiri. Sementara untuk kondisi Arnold sendiri, kata Wakapolda, ia telah membaik. [CenderawasihPos]
“Harus menjadi perhatian bagi kelompok sipil bersenjata ini bahwa cara-cara kekerasan yang digunakan selama ini haruslah ditinggalkan, sebab cara kekerasan sangat ditentang oleh masyarakat internasional, dan tidak akan menyelesaikan masalah,” tegas Plt. Kepala Kantor Komnas HAM Perwakilan Papua Frits Ramandey,S.Sos,MH kepada Cenderawasih Pos, kemarin (02/06/2014).
Frits Ramandey juga mengecam aksi penembakan yang terjadi di Kabupaten Lanny Jaya Jumat (30/05/2014) lalu yang menyebabkan seorang anggota Kepolisian BKO Polres Lanny Jaya Bripda Irvan meninggal dunia.
Menurutnya, dalam rangka persiapan pemilihan umum presiden (pilpres), maka Komnas HAM Papua melihat akan ada peluang kekerasan baru, sebab akibat dari penembakan tersebut bisa saja polisi melakukan upaya-upaya penertiban dan akibat penertiban tersebut bisa saja masyarakat sipil yang lain menjadi korban.
“Harus diingat bahwa memilih pemimpin nasional itu menjadi tanggung jawab warga negara, dan warga negara itu memiliki hak untuk berpartisipasi. Dengan peristiwa penembakan seperti ini, maka hak warga negara menjadi terganggu untuk berpastisipasi. Polisi juga bisa mengambil langkah-langkah tegas,” ungkapnya.
Frits menyatakan bahwa Komnas berkeyakinan, sebenarnya anggota Polisi dengan jaringannya serta peralatan yang sudah sangat canggih, dan sebenarnya sudah mampu untuk mengidentifikasi siapa pelaku, sebab kejadiannya di tengah masyarakat.
“Saya perlu sampaikan juga bahwa jika peristiwa penembakan terjadi di tengah masyarakat, potensi untuk diindetifikasi atau dipetakan sangat mudah, dan saya punya keyakinan sebenarnya polisi sudah mengetahui siapa aktor dibalik penembakan ini,”ujarnya.
Bahkan baginya, sebenarnya polisi bisa saja melakukan upaya lain dalam rangka mengungkap siapa pelaku ini, dan peluang itu ada saja, hanya saja baginya polisi di Papua, masih mengedepankan pendekatan-pendekatan yang persuasif, sayangnya pendekatan seperti ini, malah sering disalahartikan.
“Bisa saja polisi mengabaikan penerapan hukum yang lain, menggunakan hak diskresinya untuk mengungkap aktor di belakang aksi penembakan ini, sayangnya polisi masih mempertimbakan aspek lainnya,” tukasnya.
Kepada seluruh Panglima Organisasi Papua Merdeka (OPM), baik yang ada di wilayah pegunungan tengah, seperti di Lanny Jaya, di wilayah pesisir pantai, perbatasan, untuk memberikan arah yang jelas kepada anak buahnya, agar tidak lagi menggunakan cara-cara kekerasan. Sebab tindak kekerasan akan melahirkan tindakan kekerasan baru, tidak akan menyelesaikan persoalan.
“Pengalaman membuktikan bahwa jika ada aksi kekerasan di beberapa lokasi di Papua, ternyata masyarakat sipil lain menjadi korban, dan kami punya data,hampir 30 orang menjadi korban, akibat dari aksi kekerasan sipil bersenjata,” tuturnya.
Sementara itu, Wakapolda Papua, Brigjen Pol. Drs. Paulus Waterpauw mengatakan bahwa pelaku penembakan terhadap Brigpol (anumerta) Irvan diindikasi salah satu anggota dari kelompok PW yang sering mengganggu keamanan di Lanny Jaya.
Maka dari itu, Kapolda Papua, kata Paulus, telah menunjuk Direskrimum, Kasat Brimob Polda Papua, termasuk Kapolres setempat untuk segera mengejar pelaku.
“Nah bertiga ini diharapkan agar bisa bersama-sama menangani permasalahan itu dengan Tim BKO. Tim ini yang nantinya akan melaporkan bagaimana laporan yang ada di sana, karena baru kemarin saya tiba dari Timika. Pelakunya sendiri saya pikiri sudah jelas kalau yang di atas siapa lagi kalau bukan anggota Kelompok Bersenjata yang berinisial PW itu,”ungkapnya tegas.
Wakapolda melanjutkan bahwa tim operasi yang dipimpin oleh Disreskrimum akan menyelidiki kasus tersebut hingga bisa diungkap siapa sebenarnya dalang di balik penembakan tersebut, apakah terindikasi pada PW atau kelompok lainnya.
“Selama ini yang kami monitor mereka (kelompok PW-red) adalah pindahan, tapi kemudian membangun kekuatan di situ, jumlah pastinya kita tidak bisa informasikan namun pastinya banyak,” ucapnya.
Lebih lanjut dikatakannya bahwa kelompok PW yang ada di sana dipastikan berjumlah lebih dari 10 orang karena telah ada pembagian tugas dan spesifikasi tersendiri. Sementara untuk kondisi Arnold sendiri, kata Wakapolda, ia telah membaik. [CenderawasihPos]