TNI dan Polri Berperan Besar dalam Gerakan Separatis di Papua
pada tanggal
Monday, 10 March 2014
JAKARTA - Terkait gerakan separatisme yang terjadi di Papua, budayawan Papua, Benny Giay mengungkapkan adanya peran TNI/Polri di balik fenomena tersebut. Ia mengatakan ada praktik penjualan senjata dan amunisi di Papua yang dilakukan oleh TNI/Polri.
"Ini kita mesti periksa karena TNI bersembunyi di belakang itu. Separatisme ini mesti dianalisa datang dari mana dan siapa yang melahirkan ini," kata Benny dalam acara diskusi bertajuk Sepulangnya Jokowi Dari Papua yang diadakan di LBH Jakarta, Jumat (22/5).
Benny menyebutkan, antara bulan Agustus sampai November tahun lalu hampir setiap minggu TNI/Polri menjual senjata dan amunisi ke Organisasi Papua Merdeka (OPM). Hal ini dianggap Benny sebagai upaya TNI/Polri untuk memelihara konflik di tanah kelahirannya.
"Ada upaya separatisme tetap eksis dan bertambah kencang karena TNI/Polri bisa jual senjata dan amunisi," ujar Benny.
Ditemui usai acara, tokoh agama di Papua, Dorman Wandikmbo mengatakan, apara juga kerap menjadikan OPM sebagai objek mereka. "Anggota bermain dengan mereka. Setelah sering transaksi senjata, mereka mengawasi, mereka tangkap, (OPM) masuk penjara, lalu mereka naik pangkat. OPM seringkali dijadikan objek," kata Dorman.
Di Papua, isu separatisme memang berhembus begitu kencang. Bahkan kegiatan demo untuk menyampaikan aspirasi sering dianggap sebagai kegiatan separatisme.
"Mahasiswa demo disebut separatis. Pendeta berbicara HAM disebut separatis, DPRD berbicara tentang keadilan dianggap separatis," ujar Dorman.
"Di Papua itu tidak seperti yang lain. Teman-teman mau menyampaikan aspirasi keluhan dianggap separatis, mengganggu kemananan. Padahal mereka tidak merusak. Mau sampaikan resmi ke DPRD dianggap separatis, ditangkap mereka. Untuk bicara saja susah," kata Dorman menjelaskan.
Kondisi ini ternyata disebut Dorman mengganggu ketentraman hidup masyarakat Papua. Mereka seperti tidak mendapatkan keamanan di tanah kelahirannya sendiri.
"Kami seolah olah bukan berada di Indonesia. Kami seperti orang lain. Hidup di kampung sendiri tapi resah, tapi ada ancaman. Kalau situasi seperi ini bagaimana? Masyarakat Papua hidup di atas kecurigaan," ucapnya.
Kapuspen TNI Mayjen TNI Fuad Basya menyatakan bahwa TNI tidak pernah melakukan penjualan senjata atau pun amunisi di Papua. “Sebagai institusi tidak,” katanya saat dihubungi CNN Indonesia, Jumat (22/5) malam.
Fuad menambahkan penjualan senjata atau amunisi itu kemungkinan dilakukan oleh oknum-oknum tertentu. Adanya jual beli senjata atau amunisi di Papua karena adanya permintaan. “Ada yang perlu senjata atau amunisi, lalu ada yang perlu uang,” tuturnya.
Fuad menegaskan, jika oknum-oknum yang menjual senjata atau amunisi itu ternyata dari TNI, maka akan diberi hukuman yang tegas. “Sudah pasti akan dipecat. Kalau undang-undangnya oknum TNI yang menjual senjata atau amunisi itu boleh dihukum mati, pasti kami hukum mati,” tegasnya.
Fuad menyatakan, Papua bukan lagi daerah operasi militer. TNI yang disana, papar Fuad bertugas untuk menjaga perbatasan. “TNI menjaga perbatasan. Tidak lagi kita kejar-kejar orang, apalah itu namanya,” katanya.
Perihal baku tembak di Papua, Fuad menegaskan bahwa jika dalam menjalankan tugasnya menjaga perbatasan TNI diserang dan ditembak, pastilah akan dibalas dengan tembakan juga. Serangan itu adalah persoalan hidup dan mati. “Kalau senjata, pastilah kita balas dengan senjata. Itu soal hidup mati,” tuturnya.
Sekali lagi Fuad menegaskan bahwa TNI yang ada di Papua adalah menjaga perbatasan. Tugas utama mereka menjaga perdamaian. [CNN]
"Ini kita mesti periksa karena TNI bersembunyi di belakang itu. Separatisme ini mesti dianalisa datang dari mana dan siapa yang melahirkan ini," kata Benny dalam acara diskusi bertajuk Sepulangnya Jokowi Dari Papua yang diadakan di LBH Jakarta, Jumat (22/5).
Benny menyebutkan, antara bulan Agustus sampai November tahun lalu hampir setiap minggu TNI/Polri menjual senjata dan amunisi ke Organisasi Papua Merdeka (OPM). Hal ini dianggap Benny sebagai upaya TNI/Polri untuk memelihara konflik di tanah kelahirannya.
"Ada upaya separatisme tetap eksis dan bertambah kencang karena TNI/Polri bisa jual senjata dan amunisi," ujar Benny.
Ditemui usai acara, tokoh agama di Papua, Dorman Wandikmbo mengatakan, apara juga kerap menjadikan OPM sebagai objek mereka. "Anggota bermain dengan mereka. Setelah sering transaksi senjata, mereka mengawasi, mereka tangkap, (OPM) masuk penjara, lalu mereka naik pangkat. OPM seringkali dijadikan objek," kata Dorman.
Di Papua, isu separatisme memang berhembus begitu kencang. Bahkan kegiatan demo untuk menyampaikan aspirasi sering dianggap sebagai kegiatan separatisme.
"Mahasiswa demo disebut separatis. Pendeta berbicara HAM disebut separatis, DPRD berbicara tentang keadilan dianggap separatis," ujar Dorman.
"Di Papua itu tidak seperti yang lain. Teman-teman mau menyampaikan aspirasi keluhan dianggap separatis, mengganggu kemananan. Padahal mereka tidak merusak. Mau sampaikan resmi ke DPRD dianggap separatis, ditangkap mereka. Untuk bicara saja susah," kata Dorman menjelaskan.
Kondisi ini ternyata disebut Dorman mengganggu ketentraman hidup masyarakat Papua. Mereka seperti tidak mendapatkan keamanan di tanah kelahirannya sendiri.
"Kami seolah olah bukan berada di Indonesia. Kami seperti orang lain. Hidup di kampung sendiri tapi resah, tapi ada ancaman. Kalau situasi seperi ini bagaimana? Masyarakat Papua hidup di atas kecurigaan," ucapnya.
Kapuspen TNI Mayjen TNI Fuad Basya menyatakan bahwa TNI tidak pernah melakukan penjualan senjata atau pun amunisi di Papua. “Sebagai institusi tidak,” katanya saat dihubungi CNN Indonesia, Jumat (22/5) malam.
Fuad menambahkan penjualan senjata atau amunisi itu kemungkinan dilakukan oleh oknum-oknum tertentu. Adanya jual beli senjata atau amunisi di Papua karena adanya permintaan. “Ada yang perlu senjata atau amunisi, lalu ada yang perlu uang,” tuturnya.
Fuad menegaskan, jika oknum-oknum yang menjual senjata atau amunisi itu ternyata dari TNI, maka akan diberi hukuman yang tegas. “Sudah pasti akan dipecat. Kalau undang-undangnya oknum TNI yang menjual senjata atau amunisi itu boleh dihukum mati, pasti kami hukum mati,” tegasnya.
Fuad menyatakan, Papua bukan lagi daerah operasi militer. TNI yang disana, papar Fuad bertugas untuk menjaga perbatasan. “TNI menjaga perbatasan. Tidak lagi kita kejar-kejar orang, apalah itu namanya,” katanya.
Perihal baku tembak di Papua, Fuad menegaskan bahwa jika dalam menjalankan tugasnya menjaga perbatasan TNI diserang dan ditembak, pastilah akan dibalas dengan tembakan juga. Serangan itu adalah persoalan hidup dan mati. “Kalau senjata, pastilah kita balas dengan senjata. Itu soal hidup mati,” tuturnya.
Sekali lagi Fuad menegaskan bahwa TNI yang ada di Papua adalah menjaga perbatasan. Tugas utama mereka menjaga perdamaian. [CNN]