Pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) Minim, Pemilik Perahu di Kabupaten Sarmi Mengeluh
pada tanggal
Friday, 28 February 2014
SARMI - Para pengepul (pemilik perahu) di ‘Kota Ombak’, sebutan untuk Kota Sarmi, Kabupaten Sarmi, mulai mengeluhkan minimnya pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) Kerosin/Solar yang digunakan menjalankan perahu. Pasalnya, BBM yang seharusnya mereka peroleh setiap seminggu, menjadi sebulan sekali.
H. Mansur, pengepul hasil laut Udang dan Ikan mengatakan, mestinya, berdasarkan kesepakatan awal bersama pihak SPBU Sarmi, setiap nelayan yang membutuhkan BBM, akan dilayani. ”Tapi setiap SPBU buka, tidak semua mendapat BBM. Janji sebelumnya tidak sesuai,” ujar H. Mansur kepada Suluh Papua.
Terlebih pada perubahan setiap minggu menjadi sebulan sekali. “Akhirnya kita beli dari Jayapura per liternya Rp 9 ribu. Makanya sekarang harga Udang Rp 50 ribu/kg,” ungkap Mansur yang sudah menjadi pengepul sejak tahun 2005 silam.
“Kita kasihan sama nelayan, kalau mereka tidak melaut, mau dikasih makan apa anak dan istrinya. Demikian kita kalau tidak dapat tangkapan, masyarakat di Sarmi yang ingin makan Udang dan ikan, mau beli dimana,” katanya lagi.
Ia mengatakan, agar bisa melaut, perahu harus dipasok 35 liter BBM. “Disini ada 100 perahu, kalau ada perahu tidak dapat BBM, berarti ada nelayan yang tidak bisa menafkahi keluarganya,” ucapnya.
Pihaknya sudah melakukan pertemuan dengan Pertamina, Kepolisian dan TNI mencari solusi mengatasi masalah ketersediaan BBM. “Harusnya nelayan antri terpisah dengan pembeli umum. Sampai di SPBU semua pembeli campur baur. Jadi yah jelas nelayan tidak semua dapat BBM. Kalau kami tanya masih ada stok, selalu dijawab tidak ada. Padahal Solar keluar kami tidak dapat,” terang Mansur panjang lebar.
Ia berharap ada tindakan lanjut dari Pertamina Jayapura menjawab soal nelayan. [SuluhPapua]
H. Mansur, pengepul hasil laut Udang dan Ikan mengatakan, mestinya, berdasarkan kesepakatan awal bersama pihak SPBU Sarmi, setiap nelayan yang membutuhkan BBM, akan dilayani. ”Tapi setiap SPBU buka, tidak semua mendapat BBM. Janji sebelumnya tidak sesuai,” ujar H. Mansur kepada Suluh Papua.
Terlebih pada perubahan setiap minggu menjadi sebulan sekali. “Akhirnya kita beli dari Jayapura per liternya Rp 9 ribu. Makanya sekarang harga Udang Rp 50 ribu/kg,” ungkap Mansur yang sudah menjadi pengepul sejak tahun 2005 silam.
“Kita kasihan sama nelayan, kalau mereka tidak melaut, mau dikasih makan apa anak dan istrinya. Demikian kita kalau tidak dapat tangkapan, masyarakat di Sarmi yang ingin makan Udang dan ikan, mau beli dimana,” katanya lagi.
Ia mengatakan, agar bisa melaut, perahu harus dipasok 35 liter BBM. “Disini ada 100 perahu, kalau ada perahu tidak dapat BBM, berarti ada nelayan yang tidak bisa menafkahi keluarganya,” ucapnya.
Pihaknya sudah melakukan pertemuan dengan Pertamina, Kepolisian dan TNI mencari solusi mengatasi masalah ketersediaan BBM. “Harusnya nelayan antri terpisah dengan pembeli umum. Sampai di SPBU semua pembeli campur baur. Jadi yah jelas nelayan tidak semua dapat BBM. Kalau kami tanya masih ada stok, selalu dijawab tidak ada. Padahal Solar keluar kami tidak dapat,” terang Mansur panjang lebar.
Ia berharap ada tindakan lanjut dari Pertamina Jayapura menjawab soal nelayan. [SuluhPapua]