Kontak Senjata di Pintu Angin, Puncak Jaya, 4 Orang Tewas
pada tanggal
Saturday, 25 January 2014
KOTA JAYAPURA – Kabupaten Puncak Jaya, Papua terus bergolak. Aksi kontak senjata antara kelompok sipil bersenjata dengan aparat keamanan sepertinya tidak pernah sepi.
Kejadian terbaru, Hari Jumat (24/01/2013) kemarin dilaporkan telah terjadi kontak senjata (baku tembak) antara TPN/OPM dengan aparat TNI dari Tim Yonif 751/Raider Mobile serta aparat Kepolisian Resort Puncak Jaya di titik Ambush sekitar pintu angin, Kota Mulia, Kabupaten Puncak Jaya, pagi sekitar pukul 07.30 WIT.
Akibat kontak senjata ini, 4 orang dilaporkan tewas yaitu 3 anggota TPN/OPM dan 1 prajurit TNI. Prajurit TNI bernama Pratu Sugiarto ini tewas ditembaki saat melakukan evakuasi jenazah korban OPM.
Selain tertembaknya tiga dari kelompok TPN/OPM tersebut, aparat TNI dilapangan juga berhasil mengamankan satu pucuk senjata laras panjang milik mereka, yang selanjutnya meminta bantuan di Kodim 1714/PJ untuk membantu mengevakuasi serta meminta bantuan kepada aparat kepolisian.
Tidak lama kemudian, Kapolres Puncak Jaya bersama Dandim 1714/Mulia bersama tim gabungan TNI dan Polri bergerak ke arah Yambi sekitar pukul 10.00 WIT untuk membantu mengevakuasi kelompok dari TPN/OPM tersebut
Namun setelah melewati pintu angin tiba-tiba ditembak dari dua arah kiri kanan jalan yang mengakibatkan salah satu anggota prajurit TNI dari Yonif 753 bernama pratu Sugiarto tewas, akibat mengalami luka tembak dibagian kepala sebelah kanan, kaki kiri dan paha kanan.
Saat itupula, gabungan TNI dan Polri langsung melakukan pengejaran sampai ke Gunung, namun kelompok mereka sempat melarikan diri, yang selanjutnya jenazah korban langsung di evakuasi ke RSUD Mulia yang kemudian diterbangkan dan kini sudah diterbangkan ke Makassar kampung halamannya untuk dimakamkan.
Panglima Kodam XVII/Cenderawasih, Mayor Jenderal TNI Drs. Christian Zebua, M.M., saat dikonfirmasi wartawan, membenarkan telah terjadi kontak senjata di Mulia, Kabupaten Puncak Jaya tersebut.
“Iya tadi pagi prajurit saya bersama-sama polisi melakukan patroli untuk mengamankan tempat kejadian itu dan ternyata terjadi kontak tembak dengan yang bersenjata sehingga tiga tewas serta satu senjata kita amankan,” katanya disela-sela diskusi panel dalam kesiapan pemilu 2014 yang berlangsung di Aula Mapolda Papua, Jumat (24/01/2014) kemarin.
Kendati demikian, Pangdam merasa sedih dengan peristiwa yang terjadi di daerah Puncak Jaya tersebut, tapi mau tidak mau harus dilakukan karena mereka akan mengganggu rakyat tersebut serta menggangu kenyamanan di daerah Kabupaten Puncak Jaya.
Untuk prajurit yang terkena tembak, Pangdam mengakui, bahwa penembakan terhadap prajuritnya ketika hendak melakukan evakuasi terhadap kelompok bersenjata yang sudah terkena tembakan. “Anggota kita mau mengevakuasi jenazah kelompok mereka tapi di tengah jalan mereka melakukan tembakan hingga mengenai prajurit kami,” katanya.
Mengenai kelompok mereka, lanjut Pangdam mengakui, bahwa mereka merupakan kelompok dari Yambi dan nama kelompok mereka sama dengan kelompok yang lama. “Kita belum tahu siapa-siapa mereka tapi mereka masih kelompok penembakan terhadap dua anggota TNI di Pos,” jelasnya.
Disinggung di Jakarta penembakan teroris mampu teratasi, tapi di Papua belum bisa dituntaskan, lagi-lagi terang Pangdam bahwa, penembakan yang terjadi di Jakarta dan di Papua sama saja dan di Papua hanya cari sensasi bukan meminta merdeka karena yang meminta merdeka adalah orang-orang tua dulu tapi sekarang adalah anak-anak muda supaya dibilang gagah yang kemudian mendapat sesuatu.
Disinggung ada OPM bayaran? Pangdam dengan kepala dingin mengatakan bahwa sama sekali tidak mengetahui yang namanya OPM bayaran atau OPM binaan. “Saya tidak tahu hal itu, yang saya tahu adalah kelompok bersenjata,” katanya.
Namun kata dia, sampai sekarang ini situasi di daerah Kabupaten Puncak Jaya aman dan kondusif tapi tetap dalam pengamanan agar tidak lagi ada penembakan. “Saya katakan sekali lagi bahwa mereka tidak menganggap musuh, kalau melakukan kejahatan saya balas dia dan kalau mau ditumpas gampang itu, tapi itu saudara kita dan mereka hanya beberapa gelintir dan itu resiko,”pungkasnya. [BintangPapua]
Kejadian terbaru, Hari Jumat (24/01/2013) kemarin dilaporkan telah terjadi kontak senjata (baku tembak) antara TPN/OPM dengan aparat TNI dari Tim Yonif 751/Raider Mobile serta aparat Kepolisian Resort Puncak Jaya di titik Ambush sekitar pintu angin, Kota Mulia, Kabupaten Puncak Jaya, pagi sekitar pukul 07.30 WIT.
Akibat kontak senjata ini, 4 orang dilaporkan tewas yaitu 3 anggota TPN/OPM dan 1 prajurit TNI. Prajurit TNI bernama Pratu Sugiarto ini tewas ditembaki saat melakukan evakuasi jenazah korban OPM.
Selain tertembaknya tiga dari kelompok TPN/OPM tersebut, aparat TNI dilapangan juga berhasil mengamankan satu pucuk senjata laras panjang milik mereka, yang selanjutnya meminta bantuan di Kodim 1714/PJ untuk membantu mengevakuasi serta meminta bantuan kepada aparat kepolisian.
Tidak lama kemudian, Kapolres Puncak Jaya bersama Dandim 1714/Mulia bersama tim gabungan TNI dan Polri bergerak ke arah Yambi sekitar pukul 10.00 WIT untuk membantu mengevakuasi kelompok dari TPN/OPM tersebut
Namun setelah melewati pintu angin tiba-tiba ditembak dari dua arah kiri kanan jalan yang mengakibatkan salah satu anggota prajurit TNI dari Yonif 753 bernama pratu Sugiarto tewas, akibat mengalami luka tembak dibagian kepala sebelah kanan, kaki kiri dan paha kanan.
Saat itupula, gabungan TNI dan Polri langsung melakukan pengejaran sampai ke Gunung, namun kelompok mereka sempat melarikan diri, yang selanjutnya jenazah korban langsung di evakuasi ke RSUD Mulia yang kemudian diterbangkan dan kini sudah diterbangkan ke Makassar kampung halamannya untuk dimakamkan.
Panglima Kodam XVII/Cenderawasih, Mayor Jenderal TNI Drs. Christian Zebua, M.M., saat dikonfirmasi wartawan, membenarkan telah terjadi kontak senjata di Mulia, Kabupaten Puncak Jaya tersebut.
“Iya tadi pagi prajurit saya bersama-sama polisi melakukan patroli untuk mengamankan tempat kejadian itu dan ternyata terjadi kontak tembak dengan yang bersenjata sehingga tiga tewas serta satu senjata kita amankan,” katanya disela-sela diskusi panel dalam kesiapan pemilu 2014 yang berlangsung di Aula Mapolda Papua, Jumat (24/01/2014) kemarin.
Kendati demikian, Pangdam merasa sedih dengan peristiwa yang terjadi di daerah Puncak Jaya tersebut, tapi mau tidak mau harus dilakukan karena mereka akan mengganggu rakyat tersebut serta menggangu kenyamanan di daerah Kabupaten Puncak Jaya.
Untuk prajurit yang terkena tembak, Pangdam mengakui, bahwa penembakan terhadap prajuritnya ketika hendak melakukan evakuasi terhadap kelompok bersenjata yang sudah terkena tembakan. “Anggota kita mau mengevakuasi jenazah kelompok mereka tapi di tengah jalan mereka melakukan tembakan hingga mengenai prajurit kami,” katanya.
Mengenai kelompok mereka, lanjut Pangdam mengakui, bahwa mereka merupakan kelompok dari Yambi dan nama kelompok mereka sama dengan kelompok yang lama. “Kita belum tahu siapa-siapa mereka tapi mereka masih kelompok penembakan terhadap dua anggota TNI di Pos,” jelasnya.
Disinggung di Jakarta penembakan teroris mampu teratasi, tapi di Papua belum bisa dituntaskan, lagi-lagi terang Pangdam bahwa, penembakan yang terjadi di Jakarta dan di Papua sama saja dan di Papua hanya cari sensasi bukan meminta merdeka karena yang meminta merdeka adalah orang-orang tua dulu tapi sekarang adalah anak-anak muda supaya dibilang gagah yang kemudian mendapat sesuatu.
Disinggung ada OPM bayaran? Pangdam dengan kepala dingin mengatakan bahwa sama sekali tidak mengetahui yang namanya OPM bayaran atau OPM binaan. “Saya tidak tahu hal itu, yang saya tahu adalah kelompok bersenjata,” katanya.
Namun kata dia, sampai sekarang ini situasi di daerah Kabupaten Puncak Jaya aman dan kondusif tapi tetap dalam pengamanan agar tidak lagi ada penembakan. “Saya katakan sekali lagi bahwa mereka tidak menganggap musuh, kalau melakukan kejahatan saya balas dia dan kalau mau ditumpas gampang itu, tapi itu saudara kita dan mereka hanya beberapa gelintir dan itu resiko,”pungkasnya. [BintangPapua]