Titus Christoforus Pekei : Selamatkan Noken Papua
pada tanggal
Wednesday, 4 December 2013
ABEPURA (KOTA JAYAPURA) - Noken hanya ada di Tanah Papua. Ia merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan dan budaya orang Papua. Dalam noken, terdapat nilai-nilai hakiki baik nilai antropologis, sosiologis, kultur maupun nilai filosofis hidup sejak nenek moyang hingga hari ini.
“Oleh karena itu, saya ajak kepada kita semua untuk selamatkan Noken Papua sebagai identitas budaya Papua,” kata Direktur Ecology Papua Institute (EPI), Titus Christoforus Pekei ke tabloidjubi.com melalui telepon seluler, Senin (03/12/2013) pagi.
“Sejak pertama kali noken ditetapkan oleh UNESCO pada Selasa 4 Desember 2012 di Paris Prancis, kini setahun resmi sebagai warisan budaya takbenda, mengingatkan kita untuk mencoba merefleksikan kembali arti noken itu sendiri. Tidak sebatas fisik noken semata, melainkan nilai-nilai yang terkandung dalam budaya noken suku-suku di Tanah Papua,” tuturnya.
Noken, menurut Titus, menyatu dengan orang Papua sejak dahulu kala. Hanya, kini perlu upaya penyelamatan dari ancaman budaya asing, karena makna budaya asli, termasuk noken, nyaris dibenturkan dengan pemaknaan keliru akibat asmilasi budaya maupun unsur politis tertentu.
“Noken sudah terkenal hingga ke manca negara. Ia warisan budaya dunia. Sekarang, tugas kita untuk harus selamatkan dari kepunahan dan ancaman pencampuran budaya luar terhadap noken Papua,” ujarnya sembari menyebutkan noken menurut suku-suku di tujuh wilayah adat Papua.
Selaku penggagas Noken Papua, Titus berharap, dengan selamatkan noken Papua berarti sudah ikut selamatkan jati diri manusia Papua.
Terkait itu, 4 Desember 2013 akan diperingati satu tahun Noken Papua. Menurut Thedy Pekey selaku ketua panitia, kegiatan hari ulang tahun itu akan dilaksanakan selama tiga hari, mulai Selasa hingga Kamis (3-5/12).
“Kami akan adakan seminar, pameran noken Papua, pentas budaya Papua, festival musik dan aksi merajut noken,” kata Thedy usai jumpa pers di Abepura, Senin (02/12/2013) siang.
Rangkaian kegiatan bertema “Gerakan Cinta Noken Papua Warisan Budaya Dunia” itu akan dipusatkan di Auditorium Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura di Abepura. [TabloidJubi]
“Oleh karena itu, saya ajak kepada kita semua untuk selamatkan Noken Papua sebagai identitas budaya Papua,” kata Direktur Ecology Papua Institute (EPI), Titus Christoforus Pekei ke tabloidjubi.com melalui telepon seluler, Senin (03/12/2013) pagi.
“Sejak pertama kali noken ditetapkan oleh UNESCO pada Selasa 4 Desember 2012 di Paris Prancis, kini setahun resmi sebagai warisan budaya takbenda, mengingatkan kita untuk mencoba merefleksikan kembali arti noken itu sendiri. Tidak sebatas fisik noken semata, melainkan nilai-nilai yang terkandung dalam budaya noken suku-suku di Tanah Papua,” tuturnya.
Noken, menurut Titus, menyatu dengan orang Papua sejak dahulu kala. Hanya, kini perlu upaya penyelamatan dari ancaman budaya asing, karena makna budaya asli, termasuk noken, nyaris dibenturkan dengan pemaknaan keliru akibat asmilasi budaya maupun unsur politis tertentu.
“Noken sudah terkenal hingga ke manca negara. Ia warisan budaya dunia. Sekarang, tugas kita untuk harus selamatkan dari kepunahan dan ancaman pencampuran budaya luar terhadap noken Papua,” ujarnya sembari menyebutkan noken menurut suku-suku di tujuh wilayah adat Papua.
Selaku penggagas Noken Papua, Titus berharap, dengan selamatkan noken Papua berarti sudah ikut selamatkan jati diri manusia Papua.
Terkait itu, 4 Desember 2013 akan diperingati satu tahun Noken Papua. Menurut Thedy Pekey selaku ketua panitia, kegiatan hari ulang tahun itu akan dilaksanakan selama tiga hari, mulai Selasa hingga Kamis (3-5/12).
“Kami akan adakan seminar, pameran noken Papua, pentas budaya Papua, festival musik dan aksi merajut noken,” kata Thedy usai jumpa pers di Abepura, Senin (02/12/2013) siang.
Rangkaian kegiatan bertema “Gerakan Cinta Noken Papua Warisan Budaya Dunia” itu akan dipusatkan di Auditorium Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura di Abepura. [TabloidJubi]