Perwakilan Tujuh Suku Pegunungan Tengah Temui Surya Paloh
pada tanggal
Thursday, 17 October 2013
JAKARTA - Perwakilan tujuh suku di Pegunungan Tengah, Papua, menemui Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh di Kantor NasDem, Gondangdia, Jakarta, Kamis (10/10/2013).
Tidak hanya berkeluh kesah, mereka juga ingin menjadi bagian dari perubahan atau restorasi yang diusung NasDem.
Kepala suku Moni, Gad Kobogau, Kabupaten Intan Jaya, mengatakan, dia bersama tiga orang temannya, mewakili semua suku yang berada di kaki dan pinggang Pegunungan Jayawijaya. Suku tersebut adalah Dani, Moni, Amume, Kamoro, Panyai, Me, Damal, dan Duga.
Dalam dialog dengan Paloh, para kepala suku sangat kesulitan melapalkan kalimat demi kalimat dalam bahasa Indonesia, sehingga dibantu oleh tokoh muda Papua Maximus Tipagau.
Sebelum dialog mereka menyerahkan topi Kepala Burung Cendrawasih, panah dan koteka.
Kepala Burung Cendrawasih, kata Maximus, sebagai perlambang bahwa burung emas berkepala emas tersebut hanya untuk orang-orang tertentu dan hanya dipakai pada hari-hari tertentu.
Sementara panah, jelasnya, adalah perlambang mencari nafkah. Artinya kemakmuran belum kunjung menjangkau sebagian besar masyarakat Papua selama bergabung dalam NKRI. Mereka terus bekerja keras di negeri yang kaya akan sumber daya alam.
Sedangkan koteka, ujarnya, Indonesia yang telah berusia 68 tahun, masih ada rakyatnya yang memakai pakaian tidak tradisional.
“Ini selain penanda adat Papua sebagai undangan secara adat agar Pak Surya Paloh bisa ke Papua, juga sebagai titipan harapan pada Nasdem agar bisa mengubah keadaan kami di Papua,” terangnya.
Menurutnya, pertemuan ini menjadi silaturahim tokoh nasional dengan tokoh masyarakat Papua. “Dengan pertemuan ini bisa ada memajukan Papua melalui ekonomi dan menjadi gerakan perubahan di Indonesia Timur,” imbuhnya.
Mereka berharap Partai NasDem membantu pemberdayaan rakyat suku tersebut, antara lain, membangun SD dan pengembangan kopi di sana. [MetroTV]
Tidak hanya berkeluh kesah, mereka juga ingin menjadi bagian dari perubahan atau restorasi yang diusung NasDem.
Kepala suku Moni, Gad Kobogau, Kabupaten Intan Jaya, mengatakan, dia bersama tiga orang temannya, mewakili semua suku yang berada di kaki dan pinggang Pegunungan Jayawijaya. Suku tersebut adalah Dani, Moni, Amume, Kamoro, Panyai, Me, Damal, dan Duga.
Dalam dialog dengan Paloh, para kepala suku sangat kesulitan melapalkan kalimat demi kalimat dalam bahasa Indonesia, sehingga dibantu oleh tokoh muda Papua Maximus Tipagau.
Sebelum dialog mereka menyerahkan topi Kepala Burung Cendrawasih, panah dan koteka.
Kepala Burung Cendrawasih, kata Maximus, sebagai perlambang bahwa burung emas berkepala emas tersebut hanya untuk orang-orang tertentu dan hanya dipakai pada hari-hari tertentu.
Sementara panah, jelasnya, adalah perlambang mencari nafkah. Artinya kemakmuran belum kunjung menjangkau sebagian besar masyarakat Papua selama bergabung dalam NKRI. Mereka terus bekerja keras di negeri yang kaya akan sumber daya alam.
Sedangkan koteka, ujarnya, Indonesia yang telah berusia 68 tahun, masih ada rakyatnya yang memakai pakaian tidak tradisional.
“Ini selain penanda adat Papua sebagai undangan secara adat agar Pak Surya Paloh bisa ke Papua, juga sebagai titipan harapan pada Nasdem agar bisa mengubah keadaan kami di Papua,” terangnya.
Menurutnya, pertemuan ini menjadi silaturahim tokoh nasional dengan tokoh masyarakat Papua. “Dengan pertemuan ini bisa ada memajukan Papua melalui ekonomi dan menjadi gerakan perubahan di Indonesia Timur,” imbuhnya.
Mereka berharap Partai NasDem membantu pemberdayaan rakyat suku tersebut, antara lain, membangun SD dan pengembangan kopi di sana. [MetroTV]