Pasca Insiden Konsulat Australia, Asrama Mahasiswa Papua di Bali Kerap Didatangi Intelijen
pada tanggal
Monday, 7 October 2013
DENPASAR (BALI) – Asrama Mahasiswa Papua di Bali yang terletak di Jalan Pulau Sula No. 27 Sangla, Denpasar kembali didatangi intelijen pasca tiga Mahasiswa Papua melompat dan masuk ke Konsulat Jenderal Australia di Bali seperti yang dirilis guardian.com pagi ini.
“Tadi saya ke Asrama Papua setelah membaca berita yang dishare teman-teman Papua di jejaring sosial facebook. Sampai di sana, saya kaget, ada sekitar lima orang berada di Asrama Papua. satu perempuan, empat lagi laki-laki,” kata Salomina Sroyer, salah satu mahasiswi Papua di Denpasar kepada tabloidjubi.com di Denpasar, Minggu (06/10/2013)
Menurut Salomina, satu orang perempuan itu mengaku sebagai Klien Banjar (semacam lingkungan rukun tetangga-red). Perempuan tersebut membawa Kartu Tanda Penduduk (KTP) Mahasiswa Papua yang berdomisili di Asrama Papua. Salomina merasa aneh karena tidak seperti biasanya, sidak adat seperti itu biasanya semua menggunakan pakaian adat Bali.
“Hanya ibu ini saja yang menggunakan kebaya sedangkan yang laki-laki menggunakan pakaian preman. Saya kemudian menuju Konsulat Jenderal Australia. Di sana saya melihat dua laki-laki yang sebelumnya diakui oleh Klien Banjar di Asrama Papua dan saya jadi mengeri, mereka adalah intelijen” kata Salomina kepada tabloidjubi.com
Dua orang ini duduk di depan Konsulat Jenderal Australia bersama petugas yang mengenakan pakaian seragam kepolisian maupun yang mengenakan pakaian preman. Salomina kemudian meminta rekannya untuk mengabadikan gambar salah satu dari dua orang intelijen itu.
Sebelumnya, tabloidjubi.com dihubungi Pater Neles Tebai, Koordinator Jaringan Damai Papua terkait hal ini. Pater Neles juga mengaku bahwa dirinya mengetahui hal tersebut setelah membaca guardian.com. “Apakah benar ada tiga mahasiswa Papua yang melompat pagar Konsulat Jenderal di Bali?” tanya Pater Neles melalui pesan singkat.
Hingga berita ini diturunkan, tabloidjubi.com belum dapat terhubung dengan Kabidhumas Polda Bali, Kombes Pol Drs. Hariadi karena nomor tidak aktif. [TabloidJubi]
“Tadi saya ke Asrama Papua setelah membaca berita yang dishare teman-teman Papua di jejaring sosial facebook. Sampai di sana, saya kaget, ada sekitar lima orang berada di Asrama Papua. satu perempuan, empat lagi laki-laki,” kata Salomina Sroyer, salah satu mahasiswi Papua di Denpasar kepada tabloidjubi.com di Denpasar, Minggu (06/10/2013)
Menurut Salomina, satu orang perempuan itu mengaku sebagai Klien Banjar (semacam lingkungan rukun tetangga-red). Perempuan tersebut membawa Kartu Tanda Penduduk (KTP) Mahasiswa Papua yang berdomisili di Asrama Papua. Salomina merasa aneh karena tidak seperti biasanya, sidak adat seperti itu biasanya semua menggunakan pakaian adat Bali.
“Hanya ibu ini saja yang menggunakan kebaya sedangkan yang laki-laki menggunakan pakaian preman. Saya kemudian menuju Konsulat Jenderal Australia. Di sana saya melihat dua laki-laki yang sebelumnya diakui oleh Klien Banjar di Asrama Papua dan saya jadi mengeri, mereka adalah intelijen” kata Salomina kepada tabloidjubi.com
Dua orang ini duduk di depan Konsulat Jenderal Australia bersama petugas yang mengenakan pakaian seragam kepolisian maupun yang mengenakan pakaian preman. Salomina kemudian meminta rekannya untuk mengabadikan gambar salah satu dari dua orang intelijen itu.
Sebelumnya, tabloidjubi.com dihubungi Pater Neles Tebai, Koordinator Jaringan Damai Papua terkait hal ini. Pater Neles juga mengaku bahwa dirinya mengetahui hal tersebut setelah membaca guardian.com. “Apakah benar ada tiga mahasiswa Papua yang melompat pagar Konsulat Jenderal di Bali?” tanya Pater Neles melalui pesan singkat.
Hingga berita ini diturunkan, tabloidjubi.com belum dapat terhubung dengan Kabidhumas Polda Bali, Kombes Pol Drs. Hariadi karena nomor tidak aktif. [TabloidJubi]