Gereja Katolik Ajak Warga Gunakan Hati Nurani untuk Memilih Pemimpin Mimika
pada tanggal
Thursday, 10 October 2013
TIMIKA (MIMIKA) - Gereja Katolik Keuskupan Timika, mengimbau warga setempat untuk menggunakan hati nurani dalam memilih pemimpin daerah melalui Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Mimika, Kamis (10/10/2013).
Pastor Paroki Gereja Katedral Tiga Raja Timika, Amandus Rahadat Pr di Timika, Kamis, mengatakan Uskup Timika Monsinyur John Philip Saklil Pr telah mengeluarkan imbauan moral untuk menjadi rujukan umat Katolik dan masyarakat Mimika umumnya dalam memilih pemimpin daerah.
Dalam seruan moral itu, katanya, Gereja Katolik meminta warga Mimika menjadi pemilih yang cerdas dan menggunakan hati nurani saat berada di bilik suara.
Pemimpin yang dipilih, katanya, yakni mereka yang terbukti sudah memiliki prestasi di bidang pembangunan, baik fisik maupun spiritual, untuk semua lapisan masyarakat.
Ia menjelaskan pemimpin itu harus memiliki akhlak dan moral yang pantas menjadi contoh rakyatnya.
Pemimpin, katanya, mereka yang bisa menjadi manajer, disukai, dan dicintai seluruh lapisan masyarakat yang menghendaki daerahnya menjadi maju.
Gereja Katolik Keuskupan Timika mengingatkan warga agar tidak memilih pemimpin karena suka bagi-bagi uang, menjanjikan jabatan, atau proyek, satu suku, satu agama, atau satu gereja.
Selain itu, katanya, warga diminta tidak memilih pemimpin yang terindikasi korupsi alias menggunakan uang rakyat atau uang milik masyarakat untuk kepentingan sendiri, berbohong melalui gelar akademis yang diperoleh dengan cara yang tidak akademis.
Pastor Amandus mengatakan Gereja Katolik Keuskupan Timika sama sekali tidak menghendaki proses Pilkada Mimika periode 2013-2018 berujung konflik.
"Jelas, gereja tidak menghendaki pilkada ini berakhir dengan kerusuhan. Proses suksesi ini harus berlangsung damai. Karena itu kami harapkan agar petugas keamanan harus menempatkan hukum di atas segala-galanya," katanya.
Amandus juga mengingatkan petugas, baik perangkat penyelenggara pemilu, panwaslu, dan saksi-saksi dari semua kandidat agar tidak bermain kotor dengan merekayasa suara hasil pilihan rakyat.
Berdasarkan pengalaman selama ini, katanya, suara rakyat yang telah disalurkan melalui tempat pemungutan suara (TPS) bisa berubah di tengah jalan, saat logistik pemilu bergerak dari TPS ke panitia pemilihan distrik (PPD) hingga Kantor KPU Mimika.
"Umat Katolik pada khususnya, rakyat Mimika pada umumnya dan semua petugas lapangan kita harapkan bekerja jujur agar pemimpin yang terpilih benar-benar sesuai pilihan dan suara rakyat, bukan karena suara uang," ujarnya.
Pilkada Mimika diikuti 11 pasangan calon. Pemilih yang terdaftar mengikuti pilkada sebanyak 223.409 orang. Mereka akan menggunakan hak pilihnya pada 568 TPS yang tersebar pada 12 distrik. [Antara]
Pastor Paroki Gereja Katedral Tiga Raja Timika, Amandus Rahadat Pr di Timika, Kamis, mengatakan Uskup Timika Monsinyur John Philip Saklil Pr telah mengeluarkan imbauan moral untuk menjadi rujukan umat Katolik dan masyarakat Mimika umumnya dalam memilih pemimpin daerah.
Dalam seruan moral itu, katanya, Gereja Katolik meminta warga Mimika menjadi pemilih yang cerdas dan menggunakan hati nurani saat berada di bilik suara.
Pemimpin yang dipilih, katanya, yakni mereka yang terbukti sudah memiliki prestasi di bidang pembangunan, baik fisik maupun spiritual, untuk semua lapisan masyarakat.
Ia menjelaskan pemimpin itu harus memiliki akhlak dan moral yang pantas menjadi contoh rakyatnya.
Pemimpin, katanya, mereka yang bisa menjadi manajer, disukai, dan dicintai seluruh lapisan masyarakat yang menghendaki daerahnya menjadi maju.
Gereja Katolik Keuskupan Timika mengingatkan warga agar tidak memilih pemimpin karena suka bagi-bagi uang, menjanjikan jabatan, atau proyek, satu suku, satu agama, atau satu gereja.
Selain itu, katanya, warga diminta tidak memilih pemimpin yang terindikasi korupsi alias menggunakan uang rakyat atau uang milik masyarakat untuk kepentingan sendiri, berbohong melalui gelar akademis yang diperoleh dengan cara yang tidak akademis.
Pastor Amandus mengatakan Gereja Katolik Keuskupan Timika sama sekali tidak menghendaki proses Pilkada Mimika periode 2013-2018 berujung konflik.
"Jelas, gereja tidak menghendaki pilkada ini berakhir dengan kerusuhan. Proses suksesi ini harus berlangsung damai. Karena itu kami harapkan agar petugas keamanan harus menempatkan hukum di atas segala-galanya," katanya.
Amandus juga mengingatkan petugas, baik perangkat penyelenggara pemilu, panwaslu, dan saksi-saksi dari semua kandidat agar tidak bermain kotor dengan merekayasa suara hasil pilihan rakyat.
Berdasarkan pengalaman selama ini, katanya, suara rakyat yang telah disalurkan melalui tempat pemungutan suara (TPS) bisa berubah di tengah jalan, saat logistik pemilu bergerak dari TPS ke panitia pemilihan distrik (PPD) hingga Kantor KPU Mimika.
"Umat Katolik pada khususnya, rakyat Mimika pada umumnya dan semua petugas lapangan kita harapkan bekerja jujur agar pemimpin yang terpilih benar-benar sesuai pilihan dan suara rakyat, bukan karena suara uang," ujarnya.
Pilkada Mimika diikuti 11 pasangan calon. Pemilih yang terdaftar mengikuti pilkada sebanyak 223.409 orang. Mereka akan menggunakan hak pilihnya pada 568 TPS yang tersebar pada 12 distrik. [Antara]