Dinas Kesehatan Merauke Nilai Isu Penderita HIV/AIDS yang Menyuntik Orang Lain, Tidak Masuk Akal
pada tanggal
Wednesday, 9 October 2013
MERAUKE - Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke, Stefanus Ozok mengatakan, sangat mustahil jika seorang penderita HIV/AIDS jalan-jalan sambil membawa jarum yang didalamnya berisi darah dan menyuntikan kepada orang lain.
“Itu sesuatu yang sangat tidak logis. Masyarakat terlalu berlebihan takut dengan isu-isu yang beredar dalam beberapa hari terakhir,” kata Stef saat ditemui tabloidjubi.com di ruang kerjanya, Rabu (09/10/2013). Menurut dia, dari sisi kemedisan, ketika seorang penderita HIV/AIDS mengambil darah melalui jarum suntik dan membawanya merupakan resiko paling besar.
Stef mempertanyakan lamanya cairan darah dalam tempatnya itu. “Saya ingin contohkan saja ketika ada yang potong ayam. Dalam hitungan lima menit, darah tersebut sudah mengental. Sama dengan darah manusia. Nah, ketika akan dibawa dan disuntikan kepada orang lain, sudah pasti darah tidak akan keluar. Karena telah membeku di dalam,” tegasnya.
“Saya sangat memahami keresahan dan ketakutan dari masyarakat luas di Kabupaten Merauke. Tetapi dengan penjelasan ini, agar semua bisa memahami dengan baik dan benar. Sekaligus tak menyebarluaskan hal-hal yang tidak masuk akal,” pintanya.
Menyinggung tentang jarum-jarum suntik yang biasa dibeli, Stef menegaskan, sesuai aturan, harus dengan resep dokter. Petugas di apotik tidak boleh dengan serta merta melayani orang tanpa adanya resep yang dibawa. Karena itu menyalahi aturan. Jika ada yang dilihat, agar segera dilaporkan. Sehingga cepat diambil tindakan dinas terkait.
Dia menjelaskan, tenaga medis yang menyuntikan orang saat sakit pun tidak sembarangan. Biasanya dilakukan di rumah sakit, puskesmas dan tempat praktek. Kalau di rumah pun tidak diizinkan. Karena menyalahi aturan yang berlaku.
Sementara bertempat di ruangan Kapolres Merauke, AKBP Patrige Renwarin, berlangsung pertemuan bersama belasan wartawan. “Saya ingin mendapatkan masukan dari rekan-rekan wartawan terkait isu tentang penderita HIV/AIDS yang membawa jarum suntik. Mungkin ada pandangan yang bisa disampaikan. Sehingga dapat dijadikan sebagai dasar untuk dapat disosialisasikan kepada masyarakat luas,” pinta Kapolres yang didampingi kasubag humasnya, Iptu Richard Nainggolan.
Wartawan RRI Merauke, Jakobus Resubun menyarankan kepada Polres untuk bergandengan tangan bersama beberapa instansi terkait lain, agar memberikan informasi kepada semua pihak, terutama para guru maupun anak serta orangtua di sekolah masing-masing bahwa tidak benar ada ODHA berkeliaran membawa jarum suntik. [TabloidJubi]
“Itu sesuatu yang sangat tidak logis. Masyarakat terlalu berlebihan takut dengan isu-isu yang beredar dalam beberapa hari terakhir,” kata Stef saat ditemui tabloidjubi.com di ruang kerjanya, Rabu (09/10/2013). Menurut dia, dari sisi kemedisan, ketika seorang penderita HIV/AIDS mengambil darah melalui jarum suntik dan membawanya merupakan resiko paling besar.
Stef mempertanyakan lamanya cairan darah dalam tempatnya itu. “Saya ingin contohkan saja ketika ada yang potong ayam. Dalam hitungan lima menit, darah tersebut sudah mengental. Sama dengan darah manusia. Nah, ketika akan dibawa dan disuntikan kepada orang lain, sudah pasti darah tidak akan keluar. Karena telah membeku di dalam,” tegasnya.
“Saya sangat memahami keresahan dan ketakutan dari masyarakat luas di Kabupaten Merauke. Tetapi dengan penjelasan ini, agar semua bisa memahami dengan baik dan benar. Sekaligus tak menyebarluaskan hal-hal yang tidak masuk akal,” pintanya.
Menyinggung tentang jarum-jarum suntik yang biasa dibeli, Stef menegaskan, sesuai aturan, harus dengan resep dokter. Petugas di apotik tidak boleh dengan serta merta melayani orang tanpa adanya resep yang dibawa. Karena itu menyalahi aturan. Jika ada yang dilihat, agar segera dilaporkan. Sehingga cepat diambil tindakan dinas terkait.
Dia menjelaskan, tenaga medis yang menyuntikan orang saat sakit pun tidak sembarangan. Biasanya dilakukan di rumah sakit, puskesmas dan tempat praktek. Kalau di rumah pun tidak diizinkan. Karena menyalahi aturan yang berlaku.
Sementara bertempat di ruangan Kapolres Merauke, AKBP Patrige Renwarin, berlangsung pertemuan bersama belasan wartawan. “Saya ingin mendapatkan masukan dari rekan-rekan wartawan terkait isu tentang penderita HIV/AIDS yang membawa jarum suntik. Mungkin ada pandangan yang bisa disampaikan. Sehingga dapat dijadikan sebagai dasar untuk dapat disosialisasikan kepada masyarakat luas,” pinta Kapolres yang didampingi kasubag humasnya, Iptu Richard Nainggolan.
Wartawan RRI Merauke, Jakobus Resubun menyarankan kepada Polres untuk bergandengan tangan bersama beberapa instansi terkait lain, agar memberikan informasi kepada semua pihak, terutama para guru maupun anak serta orangtua di sekolah masing-masing bahwa tidak benar ada ODHA berkeliaran membawa jarum suntik. [TabloidJubi]