350 Noken yang Dibuat Bersamaan pada HUT ke 64 TNI Masuk Museum Rekor Indonesia (MURI)
pada tanggal
Monday, 7 October 2013
KOTA JAYAPURA – Pada perayaan HUT ke-68 TNI, di Makodam XVII/Cenderawasih, Sabtu (05/10/2013) noken mendapat penghargaan dan tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (MURI).
Manager MURI Sri Widayati mengatakan, 652 noken yang dibuat 350 peserta/ibu tercatat sebagai pembuatan noken terbanyak.
“Kriteria pembuatan noken merah putih terbanyak ini, ada empat kriteria, yaitu, pertama unik, ter - paling, dan langka,” kata Sri Widayati.
Seorang narator menjelaskan, noken adalah tas tradisional orang Papua yang sudah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya benda milik Indonesia, 6 Desember 2012. Noken terbuat dari kulit kayu atau serat pohon Manduam, pohon Nawa atau Anggrek hutan yang dianyam atau dirajut. Ada yang berbentuk jaring net dan berbagai model lainnya. Biasanya untuk membawa sayuran atau hasil kebun dan hasil buruan di hutan bagi orang Papua.
Pembuatannya pun secara tradisional; kulit kayu kayu diolah, dikeringkan dan dipintal menjadi benang. Biasanya, dibuat selama sekitar satu hingga dua minggu untuk noken berukuran besar. Noken juga dibuat oleh perempuan atau mama-mama Papua. Perempuan Papua biasanya dianggap sudah dewasa jika bisa merajut noken. Dan jika sudah dewasa bisa menikah.
Kali ini, noken yang mendapat rekor MURI berbentuk net dengan kombinasi warna merah putih, symbol bendera Negara Indonesia. Dalam museum rekor dunia, noken tercatat pada nomor 6165 dunia. Sebelumnya dari Papua, MURI mencatat peserta makan Papeda (makanan khas Papua dari sagu: red) terbanyak dimakan oleh 5400 peserta dari kelompok orang muda Papua peduli budaya, 16 Maret 2010.
Selain itu, dalam Festival Danau Sentani (FDS) keempat tahun 2011, MURI mencatat pembuatan tifa terbanyak yaitu 160 peserta, pembuatan tifa terpanjang yaitu 3, 22 meter dan penabuh peserta terbanyak yaitu 947 peserta. “Ini (noken) rekor kelima yang tercatat dari Papua,’ kata Sri lagi.
Panglima Daerah Militer (Pangdam) XVII/Cenderawasih Christian Zebua mengatakan, pemberian penghargaan dari MURI bertepatan dengan HUT TNI ke-68 karena TNI adalah pelindung rakyat. TNI dan rakyat Papua bangga karena memiliki kearifan lokal. “Sehingga kearifan local kita coba angkat. Kita semua bangga,” kata Mayjend Christian. [TabloidJubi]
Manager MURI Sri Widayati mengatakan, 652 noken yang dibuat 350 peserta/ibu tercatat sebagai pembuatan noken terbanyak.
“Kriteria pembuatan noken merah putih terbanyak ini, ada empat kriteria, yaitu, pertama unik, ter - paling, dan langka,” kata Sri Widayati.
Seorang narator menjelaskan, noken adalah tas tradisional orang Papua yang sudah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya benda milik Indonesia, 6 Desember 2012. Noken terbuat dari kulit kayu atau serat pohon Manduam, pohon Nawa atau Anggrek hutan yang dianyam atau dirajut. Ada yang berbentuk jaring net dan berbagai model lainnya. Biasanya untuk membawa sayuran atau hasil kebun dan hasil buruan di hutan bagi orang Papua.
Pembuatannya pun secara tradisional; kulit kayu kayu diolah, dikeringkan dan dipintal menjadi benang. Biasanya, dibuat selama sekitar satu hingga dua minggu untuk noken berukuran besar. Noken juga dibuat oleh perempuan atau mama-mama Papua. Perempuan Papua biasanya dianggap sudah dewasa jika bisa merajut noken. Dan jika sudah dewasa bisa menikah.
Kali ini, noken yang mendapat rekor MURI berbentuk net dengan kombinasi warna merah putih, symbol bendera Negara Indonesia. Dalam museum rekor dunia, noken tercatat pada nomor 6165 dunia. Sebelumnya dari Papua, MURI mencatat peserta makan Papeda (makanan khas Papua dari sagu: red) terbanyak dimakan oleh 5400 peserta dari kelompok orang muda Papua peduli budaya, 16 Maret 2010.
Selain itu, dalam Festival Danau Sentani (FDS) keempat tahun 2011, MURI mencatat pembuatan tifa terbanyak yaitu 160 peserta, pembuatan tifa terpanjang yaitu 3, 22 meter dan penabuh peserta terbanyak yaitu 947 peserta. “Ini (noken) rekor kelima yang tercatat dari Papua,’ kata Sri lagi.
Panglima Daerah Militer (Pangdam) XVII/Cenderawasih Christian Zebua mengatakan, pemberian penghargaan dari MURI bertepatan dengan HUT TNI ke-68 karena TNI adalah pelindung rakyat. TNI dan rakyat Papua bangga karena memiliki kearifan lokal. “Sehingga kearifan local kita coba angkat. Kita semua bangga,” kata Mayjend Christian. [TabloidJubi]