Panitia Musyawarah Pastoral Mee (Muspasmee) IV Tahun 2014 akan Sosialisasi ke Penjuru Papua
pada tanggal
Monday, 9 September 2013
KOTA JAYAPURA - Ketua Panitia Pelaksana Musyawarah Pastoral Mee (Muspasmee) IV Tahun 2014, Fransiskus Ign. Bobii melakukan sosialisasi dengan umat di berbagai daerah di Papua seperti di Nabire, Jayapura, dan tempat lainnya.
"Suku Mee yang ada di sini merupakan bagian dari Dekenat Paniai dan Dekenat Kamuu Mapia (Kama). Oleh karena itu, saya harus menyosialisasikan kepada mereka pandangan-pandangan umum dan kesiapan-kesiapan kami agar mereka di sini juga mengetahui dan nanti pada waktunya mereka tinggal sesuaikan," tutur Fransiskus Ign. Bobii kepada majalahselangkah.com, Sabtu, (19/08/2013) usai sosialisasi di Hotel Mulia Idaman Jayapura
"Program-program yang disusun dalam Muspas itu adalah kepentingan gereja yang sasarannya kepada umat, tetapi dalam konteks ini suku Mee melihat bahwa gereja menjadi hidup mereka dalam pola Odaa Owaada. Karena apapun yang diambul dalam Muspas juga sasarannya kepada umat. Karena itu, di bawa payung gereja umat mengambil sikap mereka memilih menyusun program," kata Bobii.
Atas dasar itu, selanjutnya dapat dikatakan bahwa untuk kepentingan pelaksanaan kegiatan-kegiatan itu di masa mendatang maka perlu ditindaklanjuti dan lebih dipertajam serta lebih dipertegas lagi, terutama dalam hal penentuan materi-materi pokok, perumusan pertanyaan-pertanyaan penuntun diskusi dan pula penegasan kebijakan karya pastoral beserta tujuan dan sasarannya yang diharapkan dapat terwujud.
"Pada hakekatnya Musyawarah Pastoral adalah wadah pertemuan para pastor, pelayanan umat, tokoh awam, kaum intelektual dan bersama berbagai komponen umat di suatu Gereja Partikulir/Lokal berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh Gereja Universal atas dasar Amanat Agung yang diterima dari Sang Kepala Gereja ialah Tuhan Yesus Kristus (Mat. 28: 18-20)," jelasnya.
Kata dia, hal itu ditegaskan pelimpahan kewenangannya kepada Pimpinan Gereja Partikulir dalam Kanon 553 555 untuk dijalankan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat, sebagai media penyatuan pandangan, wawasan dan pemahaman yang sejalan dengan visi dan misi Gereja untuk kemudian diwujudkan-nyatakan secara kongkret dalam bentuk perbuatan di berbagai aspek dan dimensi kehidupan.
Sehubungan dengan hal tersebut, kata Kepala Distrik Tigi Barat ini, setelah mendengarkan masukan dari berbagai pihak maka pelaksanaan kegiatan Musyawarah Pastoral IV ini perlu dipersiapkan dan dilaksanakan dengan lebih berkualitas dan lebih baik sambil tetap terus memperhatikan visi dan misi Gereja serta nilai-nilai hakiki, arah, tujuan dan sasaran pokok yang diharapkan dapat terwujud.
Sementara itu, Yohanes Douw, Ketua Rayon Jayapura mengapresiasi niat baik dari ketua panitia ini. "Kami suku Mee yang ada di Jayapura ini sangat mendukung, karena kami asal usul juga memang dari suku Mee dan kami juga akan tanggung seberapa pun yang dibebankan oleh panitia kepada kami rayon Jayapura," kata Yohanes penuh semangat.
Ketika ditanya kapan pelaksanaan kegiatan? Bobii mengatakan kegiatan tersebut akan dilaksanakan di Paroki Segala Orang Kudus Diyai, Distrik Tigi Barat, Kabupaten Deiyai Papua, mulai pada tanggal 26 Feberuari dan akan berakhir pada tanggal 03 April 2014.
Kata dia, ada delapan materi pokok yang akan disampaikan, dibahas, didiskusikan dan dimusyawarahkan selama kegiatan berlangsung di bawa pimpinan Manfred Mote. Manfred Mote adalah penggagas Odaa Owaada.[MajalahSelangkah]
"Suku Mee yang ada di sini merupakan bagian dari Dekenat Paniai dan Dekenat Kamuu Mapia (Kama). Oleh karena itu, saya harus menyosialisasikan kepada mereka pandangan-pandangan umum dan kesiapan-kesiapan kami agar mereka di sini juga mengetahui dan nanti pada waktunya mereka tinggal sesuaikan," tutur Fransiskus Ign. Bobii kepada majalahselangkah.com, Sabtu, (19/08/2013) usai sosialisasi di Hotel Mulia Idaman Jayapura
"Program-program yang disusun dalam Muspas itu adalah kepentingan gereja yang sasarannya kepada umat, tetapi dalam konteks ini suku Mee melihat bahwa gereja menjadi hidup mereka dalam pola Odaa Owaada. Karena apapun yang diambul dalam Muspas juga sasarannya kepada umat. Karena itu, di bawa payung gereja umat mengambil sikap mereka memilih menyusun program," kata Bobii.
Atas dasar itu, selanjutnya dapat dikatakan bahwa untuk kepentingan pelaksanaan kegiatan-kegiatan itu di masa mendatang maka perlu ditindaklanjuti dan lebih dipertajam serta lebih dipertegas lagi, terutama dalam hal penentuan materi-materi pokok, perumusan pertanyaan-pertanyaan penuntun diskusi dan pula penegasan kebijakan karya pastoral beserta tujuan dan sasarannya yang diharapkan dapat terwujud.
"Pada hakekatnya Musyawarah Pastoral adalah wadah pertemuan para pastor, pelayanan umat, tokoh awam, kaum intelektual dan bersama berbagai komponen umat di suatu Gereja Partikulir/Lokal berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh Gereja Universal atas dasar Amanat Agung yang diterima dari Sang Kepala Gereja ialah Tuhan Yesus Kristus (Mat. 28: 18-20)," jelasnya.
Kata dia, hal itu ditegaskan pelimpahan kewenangannya kepada Pimpinan Gereja Partikulir dalam Kanon 553 555 untuk dijalankan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat, sebagai media penyatuan pandangan, wawasan dan pemahaman yang sejalan dengan visi dan misi Gereja untuk kemudian diwujudkan-nyatakan secara kongkret dalam bentuk perbuatan di berbagai aspek dan dimensi kehidupan.
Sehubungan dengan hal tersebut, kata Kepala Distrik Tigi Barat ini, setelah mendengarkan masukan dari berbagai pihak maka pelaksanaan kegiatan Musyawarah Pastoral IV ini perlu dipersiapkan dan dilaksanakan dengan lebih berkualitas dan lebih baik sambil tetap terus memperhatikan visi dan misi Gereja serta nilai-nilai hakiki, arah, tujuan dan sasaran pokok yang diharapkan dapat terwujud.
Sementara itu, Yohanes Douw, Ketua Rayon Jayapura mengapresiasi niat baik dari ketua panitia ini. "Kami suku Mee yang ada di Jayapura ini sangat mendukung, karena kami asal usul juga memang dari suku Mee dan kami juga akan tanggung seberapa pun yang dibebankan oleh panitia kepada kami rayon Jayapura," kata Yohanes penuh semangat.
Ketika ditanya kapan pelaksanaan kegiatan? Bobii mengatakan kegiatan tersebut akan dilaksanakan di Paroki Segala Orang Kudus Diyai, Distrik Tigi Barat, Kabupaten Deiyai Papua, mulai pada tanggal 26 Feberuari dan akan berakhir pada tanggal 03 April 2014.
Kata dia, ada delapan materi pokok yang akan disampaikan, dibahas, didiskusikan dan dimusyawarahkan selama kegiatan berlangsung di bawa pimpinan Manfred Mote. Manfred Mote adalah penggagas Odaa Owaada.[MajalahSelangkah]