Tragis, Distrik Duma Dama Hanya Miliki Satu Guru dan Perawat
pada tanggal
Friday, 2 August 2013
ENAROTALI (PANIAI) - Satu kampung hanya 1 guru dan satu perawat banyak dijumpai di Papua. Tetapi, ironis memang, jika Distrik Duma Dama, Kabupaten Paniai, hanya memiliki satu guru dan 1 perawat. Lebih parah lagi, mereka jarang ada di tempat. Tambah lagi, kantor distrik telah roboh sejak tahun 2000 lalu.
Sekretaris Distrik Duma Dama, Demianus Yatipai kepada majalahselangkah.com belum lama ini menuturkan, Distrik Duma Dama tidak ada pelayanan sama sekali.
"Tidak ada pelayanan. Beras Jaminan Pengaman Sosial (JPS) dan Beras Miskin (Raskin) saja kami tidak tahu. Sekolah tidak jalan, pelayanan medis tidak ada," katanya.
"Soal JPS dan Raskin, kami ajukan terus saat Musrembang, tapi tidak pernah diakomodir. Dari ibu kota kabupaten 3 atau 4 hari untuk sampai di sana. Di sana ada lapangan terbang, tetapi pesawat tidak pernah mendarat," tuturnya.
Kata dia, "Saya ini hanya tamatan SMP, tetapi karena tidak ada tenaga jadi diangkat jadi Sekretaris Distrik di sana. Tapi pembangunan tidak ada. Saya juga tidak tahu dana ada ka tidak ada."
Diketahui, di wilayah ini, pada tahun 2010 sedikitnya 12 warga dilaporkan meninggal dunia. Penyebabnya belum diketahui ,tetapi mereka meninggal selama seminggu berturut-turut. Saat itu, mereka tidak tertolong karena untuk datang berobat di Ibu Kota Kabupaten Paniai, Enarotali, harus menempuh 3/4 hari berjalan kaki.
Tidak hanya tahun 2010, kejadian serupa pernah juga terjadi pada pertengahan tahun 2007 silam. Korban meninggal di Kampung Duma, Dama, Dogomo, Waitapa dan Daka saat itu sebanyak 21 orang. [MajalahSelangkah| MajalahSelangkah]
Sekretaris Distrik Duma Dama, Demianus Yatipai kepada majalahselangkah.com belum lama ini menuturkan, Distrik Duma Dama tidak ada pelayanan sama sekali.
"Tidak ada pelayanan. Beras Jaminan Pengaman Sosial (JPS) dan Beras Miskin (Raskin) saja kami tidak tahu. Sekolah tidak jalan, pelayanan medis tidak ada," katanya.
"Soal JPS dan Raskin, kami ajukan terus saat Musrembang, tapi tidak pernah diakomodir. Dari ibu kota kabupaten 3 atau 4 hari untuk sampai di sana. Di sana ada lapangan terbang, tetapi pesawat tidak pernah mendarat," tuturnya.
Kata dia, "Saya ini hanya tamatan SMP, tetapi karena tidak ada tenaga jadi diangkat jadi Sekretaris Distrik di sana. Tapi pembangunan tidak ada. Saya juga tidak tahu dana ada ka tidak ada."
Diketahui, di wilayah ini, pada tahun 2010 sedikitnya 12 warga dilaporkan meninggal dunia. Penyebabnya belum diketahui ,tetapi mereka meninggal selama seminggu berturut-turut. Saat itu, mereka tidak tertolong karena untuk datang berobat di Ibu Kota Kabupaten Paniai, Enarotali, harus menempuh 3/4 hari berjalan kaki.
Tidak hanya tahun 2010, kejadian serupa pernah juga terjadi pada pertengahan tahun 2007 silam. Korban meninggal di Kampung Duma, Dama, Dogomo, Waitapa dan Daka saat itu sebanyak 21 orang. [MajalahSelangkah| MajalahSelangkah]