RSUD Mimika Kekurangan Dehidro Artemisinin Pepraquin (DHP)
pada tanggal
Saturday, 10 August 2013
TIMIKA (MIMIKA) - Ketersediaan obat jenis Dehidro Artemisinin Pepraquin (DHP) untuk mengatasi penyakit malaria di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mimika, tinggal untuk sebulan lagi.
Direktur RSUD Mimika Frans Thio kepada Antara di Timika, Jumat mengatakan minimnya stok obat jenis DHP tersebut karena keterlambatan datangnya obat baru yang dipesan oleh Pemkab Mimika melalui Dinas Kesehatan.
“Saya sudah cek, sisanya tinggal satu sampai satu setengah bulan lagi,” tutur Thio.
Jika hingga September obat DHP yang dipesan Pemkab Mimika belum datang, pihak RSUD Mimika akan memberikan obat jenis kina kepada pasien malaria.
“Sampai sekarang kita masih bisa pakai obat kina. Cuma masa pengobatan lebih lama dan lebih sering kambuh. Efektivitas obat kina jauh lebih rendah dari obat DHP untuk mengatasi penyakit malaria,” jelas Thio, seperti dikutip dari Metrotvnews.com.
Ia mengakui sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan salah satu penyakit dengan jumlah kasus tertinggi di Mimika. Khusus di RSUD Mimika, pasien malaria menduduki peringkat tiga tertinggi dibanding dengan kasus penyakit lainnya.
Thio memaklumi keterlambatan pengiriman obat DHP ke Timika karena obat tersebut masih diimpor. Pemasukan obat DHP ke Indonesia harus melalui izin khusus Kementerian Kesehatan. Saat ini satu-satunya perusahaan obat yang memasukan obat DHP ke Indonesia hanya PT Kimia Farma.
Menurut Thio, distribusi obat DHP melalui birokrasi yang cukup panjang sampai di daerah agar dijaga penggunanannya sehingga tidak sampai resisten sebagaimana obat chloroquen dan obat kina.
“Obat DHP ini termasuk jenis obat malaria yang sangat efektif. Kalau tidak dijaga penggunaannya maka akan mempercepat resistensi obat. Kalau sampai resisten, lantas obat apa lagi yang mau digunakan untuk mengobati penyakit malaria,” tutur Thio. [Antara]
Direktur RSUD Mimika Frans Thio kepada Antara di Timika, Jumat mengatakan minimnya stok obat jenis DHP tersebut karena keterlambatan datangnya obat baru yang dipesan oleh Pemkab Mimika melalui Dinas Kesehatan.
“Saya sudah cek, sisanya tinggal satu sampai satu setengah bulan lagi,” tutur Thio.
Jika hingga September obat DHP yang dipesan Pemkab Mimika belum datang, pihak RSUD Mimika akan memberikan obat jenis kina kepada pasien malaria.
“Sampai sekarang kita masih bisa pakai obat kina. Cuma masa pengobatan lebih lama dan lebih sering kambuh. Efektivitas obat kina jauh lebih rendah dari obat DHP untuk mengatasi penyakit malaria,” jelas Thio, seperti dikutip dari Metrotvnews.com.
Ia mengakui sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan salah satu penyakit dengan jumlah kasus tertinggi di Mimika. Khusus di RSUD Mimika, pasien malaria menduduki peringkat tiga tertinggi dibanding dengan kasus penyakit lainnya.
Thio memaklumi keterlambatan pengiriman obat DHP ke Timika karena obat tersebut masih diimpor. Pemasukan obat DHP ke Indonesia harus melalui izin khusus Kementerian Kesehatan. Saat ini satu-satunya perusahaan obat yang memasukan obat DHP ke Indonesia hanya PT Kimia Farma.
Menurut Thio, distribusi obat DHP melalui birokrasi yang cukup panjang sampai di daerah agar dijaga penggunanannya sehingga tidak sampai resisten sebagaimana obat chloroquen dan obat kina.
“Obat DHP ini termasuk jenis obat malaria yang sangat efektif. Kalau tidak dijaga penggunaannya maka akan mempercepat resistensi obat. Kalau sampai resisten, lantas obat apa lagi yang mau digunakan untuk mengobati penyakit malaria,” tutur Thio. [Antara]