Perusahaan Australia Diduga Curi Emas di Sungai Degeuwo
pada tanggal
Saturday, 3 August 2013
KOTA JAYAPURA - Diduga, pemilik saham tiga perusahaan pencuri Emas di Sungai Degeuwo, Kabupaten Paniai adalah pengusaha dari Australia.
Dugaan ini disampaikan Tobias Bagubau, ketua Lembaga Swadaya Masyarakat Adat Mee, Wolani dan Moni (LSM-SWAMEMO) saat jumpa pers di sekretariat Asosiasi Mahasiswa Pegunungan Tengah Papua se Indonesia,di Expo Waena, Abepura, Kota Jayapura, Kamis (01/08/2013).
“PT. Madinah Quarta Air, PT. Martha Maining, dan CV Komputer, di Degeuwo diduga pemilik sahamnya dari perusahaan Australia,” tutur Tobias. Menurutnya, pengusaha dari Australia itu bekerja sama dengan pengusaha emas dari Indonesia, satu asal Papua dan yang lain Asal Makasar mencuri emas Degeuwo.
Thobias menuding mereka pencuri karena para pengusaha itu masuk tanpa mengantongi surat izin dari masyarakat adat selaku pemilik hak ulayat. “Semuanya pencuri karena kami tidak pernah tahu mereka masuk untuk beroperasi,” ujarnya.
Hingga kini, aktivitas pertambangan emas ilegal di kawasan ini makin lancar. Alat berat, jumlah pesawat perusahaan ke degeuwo juga tambah banyak. ” Waktu lalu hanya tiga helikopter, tapi kini sudah ada lima helikopter yang operasi,” kata dia.
Jika makin lancar, jelas lancar pula dampak buruk yang bakal muncuk. “Saya menduga pasti pengerusakan hutan semakin hebat, pencemaran air, penyebaran penyakit AIDS melalui wanita pekerja sosial yang berkeliaran di sana,” katanya lagi.
Meski demikian, lanjut dia, pihak keamanan masih mengamankan lokasi pertambangan. “Pihak keamanan masih mengamankan lokasi 99 dan Baya Biru. Saya kesal kepada pihak kepolisian padahal pengusaha-pengusaha itu ilegal,” ungkapnya.
Pemerintah juga memilih diam terhadap kasus Degeuwo. “Saya berjuang hampir 6 tahun ini tidak ada respon positif dari pihak pemerintah daerah kabupaten maupun provinsi,” tuturnya.
Seharusnya, tambah dia, pemerintah tidak boleh diam atas persoalan itu. Sebaliknya, pemerintah harus bertangungjawab dan menghentikanaktivitas penambangan disana. “Kami minta gubernur Papua dan bupati paniai hentikan pengusaha emas Degeuwo,” tegasnya.
Yulianus Mabel, aktivis pembangunan masyarakat Jayawijaya, mendukung desakan Tobias. “Saya mendukung upaya tuan Tobias. Pemerintah harus dengar suara rakyat ini,” tuturnya. [TabloidJubi]
Dugaan ini disampaikan Tobias Bagubau, ketua Lembaga Swadaya Masyarakat Adat Mee, Wolani dan Moni (LSM-SWAMEMO) saat jumpa pers di sekretariat Asosiasi Mahasiswa Pegunungan Tengah Papua se Indonesia,di Expo Waena, Abepura, Kota Jayapura, Kamis (01/08/2013).
“PT. Madinah Quarta Air, PT. Martha Maining, dan CV Komputer, di Degeuwo diduga pemilik sahamnya dari perusahaan Australia,” tutur Tobias. Menurutnya, pengusaha dari Australia itu bekerja sama dengan pengusaha emas dari Indonesia, satu asal Papua dan yang lain Asal Makasar mencuri emas Degeuwo.
Thobias menuding mereka pencuri karena para pengusaha itu masuk tanpa mengantongi surat izin dari masyarakat adat selaku pemilik hak ulayat. “Semuanya pencuri karena kami tidak pernah tahu mereka masuk untuk beroperasi,” ujarnya.
Hingga kini, aktivitas pertambangan emas ilegal di kawasan ini makin lancar. Alat berat, jumlah pesawat perusahaan ke degeuwo juga tambah banyak. ” Waktu lalu hanya tiga helikopter, tapi kini sudah ada lima helikopter yang operasi,” kata dia.
Jika makin lancar, jelas lancar pula dampak buruk yang bakal muncuk. “Saya menduga pasti pengerusakan hutan semakin hebat, pencemaran air, penyebaran penyakit AIDS melalui wanita pekerja sosial yang berkeliaran di sana,” katanya lagi.
Meski demikian, lanjut dia, pihak keamanan masih mengamankan lokasi pertambangan. “Pihak keamanan masih mengamankan lokasi 99 dan Baya Biru. Saya kesal kepada pihak kepolisian padahal pengusaha-pengusaha itu ilegal,” ungkapnya.
Pemerintah juga memilih diam terhadap kasus Degeuwo. “Saya berjuang hampir 6 tahun ini tidak ada respon positif dari pihak pemerintah daerah kabupaten maupun provinsi,” tuturnya.
Seharusnya, tambah dia, pemerintah tidak boleh diam atas persoalan itu. Sebaliknya, pemerintah harus bertangungjawab dan menghentikanaktivitas penambangan disana. “Kami minta gubernur Papua dan bupati paniai hentikan pengusaha emas Degeuwo,” tegasnya.
Yulianus Mabel, aktivis pembangunan masyarakat Jayawijaya, mendukung desakan Tobias. “Saya mendukung upaya tuan Tobias. Pemerintah harus dengar suara rakyat ini,” tuturnya. [TabloidJubi]