Parlemen Jalanan Papua Nilai Demokrasi SBY di Tanah Papua Sama Seperti Zaman Soeharto
pada tanggal
Saturday, 3 August 2013
KOTA JAYAPURA - Ketua Parlemen Jalanan (Parjal) dan mantan Tapol Papua, Yusak Pakege mengaku kecewa atas pembumkaman demokrasi di tanah Papua saat ini. Kata dia, demokrasi di Papua saat ini benar-benar memprihatinkan, sama seperti zaman Soeharto.
Ia menuturkan, saat ini di Papua semua aksi dari pihak manapun yang menyuarakan pelanggaran HAM dan masalah sosial lainnya tidak ada ruang. kata dia, polisi tangkap dan halangi aksi langsung di titik kumpul aksi.
Kata Yusak, "Presiden Indonesia, SBY sebagai Pimpinan Partai Demokrat perlu memahami apa arti dari demokrat yang ia pimpin itu. Kalau negara ini negara demokrasi kenapa ruang demokrasi di Papua diisolasi habis-habisan," tuturnya kepada majalahselangkah.com melalui telepon selulernya, Kamis, (31/07/2013).
"SBY, kami minta stop pembubaran paksa aksi demo damai di Papua. Kalau SBY benar-benar orang demokrat berikan kami kebebasan untuk melakukan aksi damai. Kami meminta untuk memberikan ruang demokrasi yang sebebas-bebasnya bagi kami orang Papua, " tuturnya dengan nada keras.
Yusak menilai kinerja SBY gagal di Papua. "SBY bingung dalam mengambil kebijakan tentang Papua. Maka, kami beri tawaran untuk membuka ruang dialog yang dimediasi oleh pihak ketiga," tuturnya.
"Kepada Amerika dan dunia internasional, jikalau sudah tahu Papua sudah darurat kemanusiaan kenapa ragu untuk membicarakan masalah Papua. Kami berpikir soal media sudah canggih media oneline bisa dinikmati di seluruh dunia. Jadi kami meminta Amerikan janagn kuasai SDA saja tapi harus selesaikan masalah Papua, " pintanya. [MajalahSelangkah]
Ia menuturkan, saat ini di Papua semua aksi dari pihak manapun yang menyuarakan pelanggaran HAM dan masalah sosial lainnya tidak ada ruang. kata dia, polisi tangkap dan halangi aksi langsung di titik kumpul aksi.
Kata Yusak, "Presiden Indonesia, SBY sebagai Pimpinan Partai Demokrat perlu memahami apa arti dari demokrat yang ia pimpin itu. Kalau negara ini negara demokrasi kenapa ruang demokrasi di Papua diisolasi habis-habisan," tuturnya kepada majalahselangkah.com melalui telepon selulernya, Kamis, (31/07/2013).
"SBY, kami minta stop pembubaran paksa aksi demo damai di Papua. Kalau SBY benar-benar orang demokrat berikan kami kebebasan untuk melakukan aksi damai. Kami meminta untuk memberikan ruang demokrasi yang sebebas-bebasnya bagi kami orang Papua, " tuturnya dengan nada keras.
Yusak menilai kinerja SBY gagal di Papua. "SBY bingung dalam mengambil kebijakan tentang Papua. Maka, kami beri tawaran untuk membuka ruang dialog yang dimediasi oleh pihak ketiga," tuturnya.
"Kepada Amerika dan dunia internasional, jikalau sudah tahu Papua sudah darurat kemanusiaan kenapa ragu untuk membicarakan masalah Papua. Kami berpikir soal media sudah canggih media oneline bisa dinikmati di seluruh dunia. Jadi kami meminta Amerikan janagn kuasai SDA saja tapi harus selesaikan masalah Papua, " pintanya. [MajalahSelangkah]