Musa Maniagasi : Kemerdekaan Diberikan untuk Bangsa, Negara dan Generasi Berikutnya
pada tanggal
Wednesday, 14 August 2013
ABEPURA
(KOTA JAYAPURA) - “Kemerdekaan yang ada ini kami tak jual kepada
siapapun juga. Tapi kami abadikan untuk bangsa, negara dan generasi
mudah supaya maju. Mari kitong semua pertahankan kemerdekaan RI hingga
akhir zaman,” tegas Musa Maniagasi ketika dikonfirmasi dikediamannya
di Jalan Gerilyawan RT 003/RW 003 Kelurahan Yobe, Distrik Abepura, Kota
Jayapura, Jumat (09/08/2013).
Kemerdekaan RI yang direbut, beber Musa Maniagasi, mengorbankan harta benda, jiwa raga, darah dan air mata. Untuk itu, pihaknya mengharapkan khususnya kepada generasi muda, agar memiliki pola pikir baik demi mengisi dan memajukan bangsa ini. Pasalnya, tanpa ini semua, sia-sialah perjuangan generasi terdahulu.
“Sekarang kitong pu anak-anak bisa ikut pendidikan terbaik dari SD hingga PT, pembangunan ekonomi berjalan bagus. Dimana-mana ada pembangunan seperti jalan, jembatan, puskesmas, rumah sakit, sekolah dan lain-lain,” tutur Musa Manigasi, yang sempat ditawan pihak Belanda beberapa tahun di Jayapura.
Karya monumental para pejuang Irian Barat, kata Musa Maniagasi, suatu ketika menghadap dan melapor kepada Presiden Pertama RI Ir. Soekarno, meminta mendirikan Universitas Cenderawasih (Uncen) di Jayapura dan dikabulkan. Alhasil, 8 dosen terbaik dari Pulau Jawa dipimpin Profesor Huganda Poewacaraka dikirim untuk mendampingi putra-putri Irian Barat waktu itu. Ia akhirnya dinobatkan menjadi Profesor pertama di Uncen.
“Uncen saat itu membuka ujian persamaan tingkat SD-SMP selama depalan bulan, kemudian ke fakultas- fakultas di Uncen dan meraih gelar sarjana,” tukas Musa Maniagasi mengenang.
Karena itu, tambah Musa Maniagasi, pihaknya mengimbau kepada semua pihak untuk menjaga Keamanan dan Ketertiban (Kamtibmas) agar HUT RI ke-68 dapat berjalan lancar, tertib dan kondusif.
“Kami legium veteran, para pejuang dalam organisasi-organisasi massa yang sudah ada siap melaksanakan HUT RI khususnya di Tanah Papua,” tutur Musa Maniagasi, seraya menambahkan, sejak 1957 sampai hari ini Hollandia atau Jayapura tak pernah ada kekacauan apapun.” Lantas seperti apa jejak langkah Musa Maniagasi, jelasnya, sebelum berkeluarga usia 20 tahun atau sekitar tahun 1957 ia sudah ikut dalam arena perjuangan pembebasan Irian Barat.
Ia aktif di organisasi massa terutama Partai Kemerdekaan Indonesia Hindia pimpinan mendiang almarhum Silas Papare. Seorang Pahlawan Nasional. Kemudian bergabung dalam Pasukan Gerilya Pemuda Irian Barat di Hollandia atau Kota Baru pimpinan Musa Maniagasi.
Kata Musa Maniagasi, pihaknya mulai menyusun kekuatan bersama para pemuda Irian Barat dan putra-putra terbaik dari seluruh Indonesia Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Ternate, Tidore dan Maluku, yang mempunyai rasa nasionalisme berjuang untuk kemerdekaan bangsa Indonesia, didukung orang tua-tua berapa seperti Nicholas Jouwe, Ruben Yosep Tepi orang Manado bekas KNIL Belanda, Willem Johan Pakasi, Kris Korwa dan lain-lain.
Selanjutnya, pemuda pejuang pembebasan Irian Barat menciptakan persamaan pandangan perjuangan dan menyusun kekuatan militer didukung persenjataan seadanya. Sebab, bila ingin merebut suatu wilayah atau negara harus didukung persenjataan didatangkan dari Negeri Belanda. Ketika Trikora makin dekat pihaknya telah membangun komunikasi dengan para pimpinan di Jakarta, yang merespon perjuangan para pemuda membebaskan Irian Barat kembali ke pangkuan NKRI.
“Kami sudah kirim beberapa putra terbaik Irian Barat untuk dilatih di Jawa sebagai militer dan membentuk tim-tim yang luar biasa terutama latihan dan ketepatan bertindak,” kata Musa Maniagasi, sembari menunjuk rumah sederhananya yang sempat direnovasi Kodam XVII/Cenderawasih.
“Dan dari sini sampai di Merauke semua putra-putra terbaik kami pencarkan mereka kemudian bentuk kekuatan para pemuda supaya himpun kekuatan militer, terutama ketika Peristiwa Arafura 15 Januari 1962.”
Lantaran jasa-jasanya, ujar Musa Maniagasi, ia mendapat Surat Keputusan Kemerdekaan No. Pol. 6 sebagai perintis kemerdekaan RI atau pejuang terhormat RI.
“Akhirya dong kasih sa gaji Rp2,7 Juta perbulan dari Kementerian Sosial,” tandas Musa Maniagasi.
Disinilah 19 Desember 1961 Trikora dikumandangkan oleh Presiden Pertama RI Soekarno merebut Irian Barat dari Belanda dan mendukung perjuangan bangsa Indonesia untuk kibarkan Sang Merah Putih di daratan Irian Barat. [BintangPapua]
Kemerdekaan RI yang direbut, beber Musa Maniagasi, mengorbankan harta benda, jiwa raga, darah dan air mata. Untuk itu, pihaknya mengharapkan khususnya kepada generasi muda, agar memiliki pola pikir baik demi mengisi dan memajukan bangsa ini. Pasalnya, tanpa ini semua, sia-sialah perjuangan generasi terdahulu.
“Sekarang kitong pu anak-anak bisa ikut pendidikan terbaik dari SD hingga PT, pembangunan ekonomi berjalan bagus. Dimana-mana ada pembangunan seperti jalan, jembatan, puskesmas, rumah sakit, sekolah dan lain-lain,” tutur Musa Manigasi, yang sempat ditawan pihak Belanda beberapa tahun di Jayapura.
Karya monumental para pejuang Irian Barat, kata Musa Maniagasi, suatu ketika menghadap dan melapor kepada Presiden Pertama RI Ir. Soekarno, meminta mendirikan Universitas Cenderawasih (Uncen) di Jayapura dan dikabulkan. Alhasil, 8 dosen terbaik dari Pulau Jawa dipimpin Profesor Huganda Poewacaraka dikirim untuk mendampingi putra-putri Irian Barat waktu itu. Ia akhirnya dinobatkan menjadi Profesor pertama di Uncen.
“Uncen saat itu membuka ujian persamaan tingkat SD-SMP selama depalan bulan, kemudian ke fakultas- fakultas di Uncen dan meraih gelar sarjana,” tukas Musa Maniagasi mengenang.
Karena itu, tambah Musa Maniagasi, pihaknya mengimbau kepada semua pihak untuk menjaga Keamanan dan Ketertiban (Kamtibmas) agar HUT RI ke-68 dapat berjalan lancar, tertib dan kondusif.
“Kami legium veteran, para pejuang dalam organisasi-organisasi massa yang sudah ada siap melaksanakan HUT RI khususnya di Tanah Papua,” tutur Musa Maniagasi, seraya menambahkan, sejak 1957 sampai hari ini Hollandia atau Jayapura tak pernah ada kekacauan apapun.” Lantas seperti apa jejak langkah Musa Maniagasi, jelasnya, sebelum berkeluarga usia 20 tahun atau sekitar tahun 1957 ia sudah ikut dalam arena perjuangan pembebasan Irian Barat.
Ia aktif di organisasi massa terutama Partai Kemerdekaan Indonesia Hindia pimpinan mendiang almarhum Silas Papare. Seorang Pahlawan Nasional. Kemudian bergabung dalam Pasukan Gerilya Pemuda Irian Barat di Hollandia atau Kota Baru pimpinan Musa Maniagasi.
Kata Musa Maniagasi, pihaknya mulai menyusun kekuatan bersama para pemuda Irian Barat dan putra-putra terbaik dari seluruh Indonesia Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Ternate, Tidore dan Maluku, yang mempunyai rasa nasionalisme berjuang untuk kemerdekaan bangsa Indonesia, didukung orang tua-tua berapa seperti Nicholas Jouwe, Ruben Yosep Tepi orang Manado bekas KNIL Belanda, Willem Johan Pakasi, Kris Korwa dan lain-lain.
Selanjutnya, pemuda pejuang pembebasan Irian Barat menciptakan persamaan pandangan perjuangan dan menyusun kekuatan militer didukung persenjataan seadanya. Sebab, bila ingin merebut suatu wilayah atau negara harus didukung persenjataan didatangkan dari Negeri Belanda. Ketika Trikora makin dekat pihaknya telah membangun komunikasi dengan para pimpinan di Jakarta, yang merespon perjuangan para pemuda membebaskan Irian Barat kembali ke pangkuan NKRI.
“Kami sudah kirim beberapa putra terbaik Irian Barat untuk dilatih di Jawa sebagai militer dan membentuk tim-tim yang luar biasa terutama latihan dan ketepatan bertindak,” kata Musa Maniagasi, sembari menunjuk rumah sederhananya yang sempat direnovasi Kodam XVII/Cenderawasih.
“Dan dari sini sampai di Merauke semua putra-putra terbaik kami pencarkan mereka kemudian bentuk kekuatan para pemuda supaya himpun kekuatan militer, terutama ketika Peristiwa Arafura 15 Januari 1962.”
Lantaran jasa-jasanya, ujar Musa Maniagasi, ia mendapat Surat Keputusan Kemerdekaan No. Pol. 6 sebagai perintis kemerdekaan RI atau pejuang terhormat RI.
“Akhirya dong kasih sa gaji Rp2,7 Juta perbulan dari Kementerian Sosial,” tandas Musa Maniagasi.
Disinilah 19 Desember 1961 Trikora dikumandangkan oleh Presiden Pertama RI Soekarno merebut Irian Barat dari Belanda dan mendukung perjuangan bangsa Indonesia untuk kibarkan Sang Merah Putih di daratan Irian Barat. [BintangPapua]