Mahasiswa Luar Suku Asli Diduga Telah Dibiayai Pemkab Mamberamo Raya
pada tanggal
Friday, 2 August 2013
KASONAWEJA (MAMBERAMO) - Mahasiswa asal Kabupaten Mamberamo Raya yang
kuliah di Papua, luar Papua termasuk studi di luar negeri yang dibiayai
pemerintah kabupaten dinilai didominasi oleh anak-anak bukan asli dari
wilayah adat Mamberamo Raya. Seorang pendeta asal Mamberamo Raya, Yahya
Gawe menuturkan keprihatinannya atas kondisi ini.
"Saya sebagai gembala di sana prihatin. Anak-anak adat di sana hampir tidak ada yang dibiayai dari dana pemerintah kabupaten. Kebanyakan anak-anak yang dibiayai pemerintah adalah anak-anak yang asal dari daerah luar. Rata-rata anak pejabat. Ada anak-anak yang bahkan mereka tidak tahu di mana Mamberamo Raya,"kata Yahya prihatin.
Kata Yahya, mestinya dana Otonomi Khusus itu digunakan untuk membiayai anak-anak daerah Mamberamo Raya. Wilayah ini telah tertutup lama dan belum banyak yang bersekolah. Setelah adalah Otonomi Khusus kami merasa senang tetapi kenyataan sekarang berbeda. Kami minta perhatian dari pemerintah setempat akan soal ini, tuturnya.
"Sangat sayang, anak-anak yang biayai dari dana pemerintah Mamberamo Raya ini bahasa daerah sana tidak tahu, rumah mereka tidak ada di sana. Datang pun barangkali tidak pernah. Akibatnya, anak-anak asli di sana banyak yang tidak sekolah.
Kalau anak-anak yang dibiayai pemda ini mau datang membangun di Mamberamo Raya boleh. Saya yakin mereka tidak akan datang membangun dan kami di sana akan seperti ini terus sampai kapan pun, kalau tidak ada anak asli yang sekolah, "katanya.
Untuk itu, Yahya berharap, pemerintah daerah menyeleksi dengan baik anak asli dari sana. Supaya mereka kembali perhatikan masyarakat mereka yang tertinggal sejak lama dan masih tertinggal hingga saat ini. Karena, kata dia, kalau bukan anak daerah tidak mungkin akan kembali setelah selesai kuliah. [MajalahSelangkah]
"Saya sebagai gembala di sana prihatin. Anak-anak adat di sana hampir tidak ada yang dibiayai dari dana pemerintah kabupaten. Kebanyakan anak-anak yang dibiayai pemerintah adalah anak-anak yang asal dari daerah luar. Rata-rata anak pejabat. Ada anak-anak yang bahkan mereka tidak tahu di mana Mamberamo Raya,"kata Yahya prihatin.
Kata Yahya, mestinya dana Otonomi Khusus itu digunakan untuk membiayai anak-anak daerah Mamberamo Raya. Wilayah ini telah tertutup lama dan belum banyak yang bersekolah. Setelah adalah Otonomi Khusus kami merasa senang tetapi kenyataan sekarang berbeda. Kami minta perhatian dari pemerintah setempat akan soal ini, tuturnya.
"Sangat sayang, anak-anak yang biayai dari dana pemerintah Mamberamo Raya ini bahasa daerah sana tidak tahu, rumah mereka tidak ada di sana. Datang pun barangkali tidak pernah. Akibatnya, anak-anak asli di sana banyak yang tidak sekolah.
Kalau anak-anak yang dibiayai pemda ini mau datang membangun di Mamberamo Raya boleh. Saya yakin mereka tidak akan datang membangun dan kami di sana akan seperti ini terus sampai kapan pun, kalau tidak ada anak asli yang sekolah, "katanya.
Untuk itu, Yahya berharap, pemerintah daerah menyeleksi dengan baik anak asli dari sana. Supaya mereka kembali perhatikan masyarakat mereka yang tertinggal sejak lama dan masih tertinggal hingga saat ini. Karena, kata dia, kalau bukan anak daerah tidak mungkin akan kembali setelah selesai kuliah. [MajalahSelangkah]