Cegah Penularan di Kabupaten Paniai, Pejabat dan Masyarakat di Enarotali Ikuti Pemeriksaan Massal HIV/AIDS
pada tanggal
Wednesday, 7 August 2013
ENAROTALI (PANIAI) – Ratusan orang mendatangi kantor Distrik Paniai Timur, Papua, Kamis siang (01/08/2013) untuk melakukan tes HIV. Pemeriksaan massal HIV ini untuk pertama kalinya diselenggarakan oleh pemerintah Kabupaten Paniai. Bahkan kegiatan ini untuk pertama kalinya dilakukan di Papua yang notabene merupakan salah satu Provinsi dengan kasus HIV/AIDS tertinggi di Indonesia.
Pemeriksaan massal HIV ini hanya dilakukan sehari dan diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat yang ada di Enarotali, ibukota Paniai. Baik Pegawai Negeri Sipil (PNS), TNI Polri, tokoh agama, adat dan masyarakat umum.
Secara simbolis tes HIV dilakukan langsung oleh bupati dan wakil bupati Paniai dan diikuti oleh seluruh jajaran Muspida setempat. Kegiatan tes massal HIV ini mendapat dukungan dari Dinas Kehatan Provinsi Papua dan Yayasan Clinton Health Foundation.
Bupati Paniai, Hengky Kayame mengungkapkan, saat ini kasus HIV di daerahnya sudah dalam tahap memprihatinkan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan provinsi Papua setidak lebih dari 7 ribu kasus ditemukan di Paniai.
Oleh sebab itu melalui program 100 hari kerjanya salah satu yang menjadi prioritas adalah melakukan upaya pencegahan dan penularan penyakit yang hingga kini belum ditemukan obatnya tersebut.
“Seratus hari kerja saya ini saya akan canangkan tanggal 1 Agustus ini adalah tanggal pemeriksaan massal. Bukan satu hari masyarakat Paniai diperiksa bukan, kita akan periksa satu dua orang setelah itu kita buka pintu selebar-lebaranya bagi seluruh masyarakat Paniai untuk dapat jadwal pemeriksaan,” tegas Hengky.
Bupati Paniai, Hengky Kayame menjelaskan, untuk mendukung program tersebut dari segi ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM), saat ini sebanyak 80 tenaga perawat dan bidan telah dikirim untuk mengikuti pelatihan tentang bagaimana pemeriksaan dan penanganan penyakit HIV.
Menurut Hengky, para perawat tersebut nantinya akan ditempatkan di setiap Puskesmas yang ada. Sehingga masyarakat yang tinggal di Distrik terpencil tidak perlu lagi ke Kota jika ingin memeriksakan diri.
Selain itu masyarakat yang sudah terinfeksi tidak perlu lagi ke kota untuk memperoleh obat Anti Retro Viral (ARV). Sebab mereka sudah bisa memperolehnya di puskesmas dan dengan pengawasan oleh tenaga medis tersebut.
Bupati berharap, ke depan dengan kebijakan setiap warga Paniai harus dilakukan tes HIV, bisa meminimalisir penularannya. Sebab penyakit ini sudah menjadi hantu bagi masyarakat, terutama suku Mee (suku asli setempat) yang diklaim sebagai suku yang paling banyak terkena virus mematikan ini, dan menularkan ke suku lain di wilayah pegunungan Papua.
“Percuma kita bangun daerah ini, kalau masyarakatnya sakit dan meninggal gara-gara penyakit ini. Jadi kita harus putuskan dulu mata rantai dari penyakit ini baru kita bicara pembangunan. Ingat harus periksa, minum obat dan lanjutkan hidup,” tegasnya.
Seorang warga setempat, Simon mengaku senang bisa ikut melakukan tes HIV. Menurutnya pemeriksaan ini penting, agar bisa mengetahui lebih dini apakah ia tertular atau tidak.
“Kalau tidak tertular ya harus hati hati, kalau tertular berarti harus segera rutin minum obat,”ujarnya.
Sementara itu berdasarkan data dari rumah sakit daerah setempat, sejak 2002 hingga 2012 ditemukan 638 kasus HIV/Aids, 105 diantaranya ditemukan pada 2012.
Direktur Rumah Sakit Daerah Paniai, Agus menyebutkan, dari 638 kasus tersebut, 70 diantaranya sudah dalam tahap stadium 4 atau AIDS. Sayangnya dari 70 orang tersebut, hanya 36 orang yang rutin menggunakan ARV sementara lainnya tidak mengkonsumsi obat secara teratur.
“Dari 70 orang yang dirawat itu sejak 2002, sebanyak 6 orang sudah meninggal,” terangnya. [RadioSwaraNusaBahagia| PortalKBR]
Pemeriksaan massal HIV ini hanya dilakukan sehari dan diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat yang ada di Enarotali, ibukota Paniai. Baik Pegawai Negeri Sipil (PNS), TNI Polri, tokoh agama, adat dan masyarakat umum.
Secara simbolis tes HIV dilakukan langsung oleh bupati dan wakil bupati Paniai dan diikuti oleh seluruh jajaran Muspida setempat. Kegiatan tes massal HIV ini mendapat dukungan dari Dinas Kehatan Provinsi Papua dan Yayasan Clinton Health Foundation.
Bupati Paniai, Hengky Kayame mengungkapkan, saat ini kasus HIV di daerahnya sudah dalam tahap memprihatinkan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan provinsi Papua setidak lebih dari 7 ribu kasus ditemukan di Paniai.
Oleh sebab itu melalui program 100 hari kerjanya salah satu yang menjadi prioritas adalah melakukan upaya pencegahan dan penularan penyakit yang hingga kini belum ditemukan obatnya tersebut.
“Seratus hari kerja saya ini saya akan canangkan tanggal 1 Agustus ini adalah tanggal pemeriksaan massal. Bukan satu hari masyarakat Paniai diperiksa bukan, kita akan periksa satu dua orang setelah itu kita buka pintu selebar-lebaranya bagi seluruh masyarakat Paniai untuk dapat jadwal pemeriksaan,” tegas Hengky.
Bupati Paniai, Hengky Kayame menjelaskan, untuk mendukung program tersebut dari segi ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM), saat ini sebanyak 80 tenaga perawat dan bidan telah dikirim untuk mengikuti pelatihan tentang bagaimana pemeriksaan dan penanganan penyakit HIV.
Menurut Hengky, para perawat tersebut nantinya akan ditempatkan di setiap Puskesmas yang ada. Sehingga masyarakat yang tinggal di Distrik terpencil tidak perlu lagi ke Kota jika ingin memeriksakan diri.
Selain itu masyarakat yang sudah terinfeksi tidak perlu lagi ke kota untuk memperoleh obat Anti Retro Viral (ARV). Sebab mereka sudah bisa memperolehnya di puskesmas dan dengan pengawasan oleh tenaga medis tersebut.
Bupati berharap, ke depan dengan kebijakan setiap warga Paniai harus dilakukan tes HIV, bisa meminimalisir penularannya. Sebab penyakit ini sudah menjadi hantu bagi masyarakat, terutama suku Mee (suku asli setempat) yang diklaim sebagai suku yang paling banyak terkena virus mematikan ini, dan menularkan ke suku lain di wilayah pegunungan Papua.
“Percuma kita bangun daerah ini, kalau masyarakatnya sakit dan meninggal gara-gara penyakit ini. Jadi kita harus putuskan dulu mata rantai dari penyakit ini baru kita bicara pembangunan. Ingat harus periksa, minum obat dan lanjutkan hidup,” tegasnya.
Seorang warga setempat, Simon mengaku senang bisa ikut melakukan tes HIV. Menurutnya pemeriksaan ini penting, agar bisa mengetahui lebih dini apakah ia tertular atau tidak.
“Kalau tidak tertular ya harus hati hati, kalau tertular berarti harus segera rutin minum obat,”ujarnya.
Sementara itu berdasarkan data dari rumah sakit daerah setempat, sejak 2002 hingga 2012 ditemukan 638 kasus HIV/Aids, 105 diantaranya ditemukan pada 2012.
Direktur Rumah Sakit Daerah Paniai, Agus menyebutkan, dari 638 kasus tersebut, 70 diantaranya sudah dalam tahap stadium 4 atau AIDS. Sayangnya dari 70 orang tersebut, hanya 36 orang yang rutin menggunakan ARV sementara lainnya tidak mengkonsumsi obat secara teratur.
“Dari 70 orang yang dirawat itu sejak 2002, sebanyak 6 orang sudah meninggal,” terangnya. [RadioSwaraNusaBahagia| PortalKBR]