Badan Intelejen Negara Nilai Organisasi Papua Merdeka Menunggu Tentara Nasional Indonesia Lengah
pada tanggal
Thursday, 8 August 2013
JAKARTA - Penembakan ambulan di Puncak Jaya, Papua diduga dilakukan oleh kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM). Kepala BIN Marciano Norman mengingatkan, serangan dengan pola serupa sangat mungkin terulang.
"Kelompok bersenjata ini selalu melihat saat-saat lengah, apabila ada prajurit yang lengah pasti itu berpotensi menjadi korban. Oleh karenanya kesiapan seluruh aparat keamanan baik itu TNI maupun Polri yang bertugas di Papua harus selalu dalam kondisi yang terbaik," katanya di Kantor Presiden.
Marciano menilai penembakan itu karena ada petugas di dalam ambulan. Sehingga, eksistensi mereka bisa diketahui secara luas. "Itu strategi mereka," kata mantan Danpaspampres itu.
Seperti diketahui, pada Rabu (31/07/2013) pukul 11.20 WIT, seorang petugas meminta bantuan untuk mendatangkan ambulan untuk mengevakuasi pasien dari Distrik Tingginambut. Lalu sekitar pukul 14.30 WIT, saat ambulan kembali dari Tingginambut menuju ke Puncak Jaya, ambulan yang tengah melintas ditembaki oleh kelompok tak dikenal. Peristiwa tersebut mengakibatkan Heri Yoman, 32, meninggal dunia akibat luka tembak di pipi kanan dan tulang rusuk kiri.
Sementara dua orang lainnya mengalami luka-luka yakni Darson Wonda ,27, yang mengalami luka tembak lengan kiri dan Frits Baranzano ,42, dengan luka tembak pada rusuk dan lengan kanan.
"Dia lihat penumpangnya yang kira-kira bisa memberikan nilai untuk satu penghadangan itu. Intinya eksistensi mereka dipelihara untuk menunjukkan bahwa mereka itu ada," kata Marciano.
Mantan Dankodiklat TNI AD itu mengakui, aksi penembakan itu terus terulang. Kondisi tersebut bakal terus terjadi jika Organisasi Papua Merdeka masih berdiri sehingga akan terus timbul korban.
"Memang berulang terus, selama OPM itu masih ada, gerakan ini jatuh korban di berbagai pihak itu akan tetap ada. Untuk mengatasi rentetan kasus itu, upaya dilakukan panglima, kapolda setempat. Kita dukung," katanya. Namun, BIN belum merekomendasikan dibuat semacam operasi militer di papua seperti Aceh saat menghadapi gerilyawan GAM.
"Tetap tertib sipil, tapi partisipasi masyarakat tentunya juga diharapkan. Karena keamanan itu tak hanya jadi tanggung jawab aparat keamanan tapi juga masyarakat di Papua," katanya.
Di bagian lain, serangan gerilyawan Organisasi Papua Merdeka terhadap ambulan direspon serius oleh Kodam Cendrawasih.
"Kita menambah personel di wilayah-wilayah rawan. Jumlahnya tidak perlu dijelaskan secara detail," kata Kapendam Cendrawasih Kolonel (inf) Lismer Lumban Siantara saat dihubungi dari Jakarta.
Pengusutan pelaku penembakan ambulan di Puncak Jaya, lanjutnya, ditangani oleh tim dari Polda Papua.
"Permasalahannya di Puncak Jaya adalah medan geografis. Tim TNI mendukung untuk pengungkapan, tapi yang penjuru tetap polisi," katanya.
Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigjen Rukman Ahmad menjelaskan, personel pengamanan di Papua, khususnya wilayah Puncak Jaya memang ditambah. Hingga kini, kasu-kasus penembakan anggota TNI di wilayah itu juga belum terungkap.
"Kita terus berkoordinasi dengan Polri di lokasi," katanya.
Rukman menjelaskan, TNI AD meningkatkan patroli dan menyediakan pengawalan bagi warga atau instansi yang membutuhkan.
"Kondisi Puncak Jaya masih paling rawan dibandingkan wilayah-wilayah lain di Papua. Tapi, tim dari Kodam sudah punya antisipasinya," katanya. [RadarSorong]
"Kelompok bersenjata ini selalu melihat saat-saat lengah, apabila ada prajurit yang lengah pasti itu berpotensi menjadi korban. Oleh karenanya kesiapan seluruh aparat keamanan baik itu TNI maupun Polri yang bertugas di Papua harus selalu dalam kondisi yang terbaik," katanya di Kantor Presiden.
Marciano menilai penembakan itu karena ada petugas di dalam ambulan. Sehingga, eksistensi mereka bisa diketahui secara luas. "Itu strategi mereka," kata mantan Danpaspampres itu.
Seperti diketahui, pada Rabu (31/07/2013) pukul 11.20 WIT, seorang petugas meminta bantuan untuk mendatangkan ambulan untuk mengevakuasi pasien dari Distrik Tingginambut. Lalu sekitar pukul 14.30 WIT, saat ambulan kembali dari Tingginambut menuju ke Puncak Jaya, ambulan yang tengah melintas ditembaki oleh kelompok tak dikenal. Peristiwa tersebut mengakibatkan Heri Yoman, 32, meninggal dunia akibat luka tembak di pipi kanan dan tulang rusuk kiri.
Sementara dua orang lainnya mengalami luka-luka yakni Darson Wonda ,27, yang mengalami luka tembak lengan kiri dan Frits Baranzano ,42, dengan luka tembak pada rusuk dan lengan kanan.
"Dia lihat penumpangnya yang kira-kira bisa memberikan nilai untuk satu penghadangan itu. Intinya eksistensi mereka dipelihara untuk menunjukkan bahwa mereka itu ada," kata Marciano.
Mantan Dankodiklat TNI AD itu mengakui, aksi penembakan itu terus terulang. Kondisi tersebut bakal terus terjadi jika Organisasi Papua Merdeka masih berdiri sehingga akan terus timbul korban.
"Memang berulang terus, selama OPM itu masih ada, gerakan ini jatuh korban di berbagai pihak itu akan tetap ada. Untuk mengatasi rentetan kasus itu, upaya dilakukan panglima, kapolda setempat. Kita dukung," katanya. Namun, BIN belum merekomendasikan dibuat semacam operasi militer di papua seperti Aceh saat menghadapi gerilyawan GAM.
"Tetap tertib sipil, tapi partisipasi masyarakat tentunya juga diharapkan. Karena keamanan itu tak hanya jadi tanggung jawab aparat keamanan tapi juga masyarakat di Papua," katanya.
Di bagian lain, serangan gerilyawan Organisasi Papua Merdeka terhadap ambulan direspon serius oleh Kodam Cendrawasih.
"Kita menambah personel di wilayah-wilayah rawan. Jumlahnya tidak perlu dijelaskan secara detail," kata Kapendam Cendrawasih Kolonel (inf) Lismer Lumban Siantara saat dihubungi dari Jakarta.
Pengusutan pelaku penembakan ambulan di Puncak Jaya, lanjutnya, ditangani oleh tim dari Polda Papua.
"Permasalahannya di Puncak Jaya adalah medan geografis. Tim TNI mendukung untuk pengungkapan, tapi yang penjuru tetap polisi," katanya.
Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigjen Rukman Ahmad menjelaskan, personel pengamanan di Papua, khususnya wilayah Puncak Jaya memang ditambah. Hingga kini, kasu-kasus penembakan anggota TNI di wilayah itu juga belum terungkap.
"Kita terus berkoordinasi dengan Polri di lokasi," katanya.
Rukman menjelaskan, TNI AD meningkatkan patroli dan menyediakan pengawalan bagi warga atau instansi yang membutuhkan.
"Kondisi Puncak Jaya masih paling rawan dibandingkan wilayah-wilayah lain di Papua. Tapi, tim dari Kodam sudah punya antisipasinya," katanya. [RadarSorong]