Warga Memalang Jalan Lintas Kabupaten Pegunungan Tengah untuk Minta Uang
pada tanggal
Tuesday, 30 July 2013
WAMENA (JAYAWIJAYA) – Aksi pemalangan jalan dengan modus meminta uang tak hanya dilakukan orang dewasa, tapi juga melibatkan anak-anak usia sekolah. Hal itu terjadi di Distrik Poga Kabuapten Lanny Jaya. Ironisnya, itu dilakukan saat jam sekolah.
Dari pantauan Papua Pos, dengan memanfaatkan kondisi jalan yang rusak dan dan berlubang, mereka (anak-anak-red) beramai-ramai menimbun jalan tersebut dengan tanah seadanya lalu kemudian memalang jalan dengan kayu. Kendaraan yang lewat di jalan tersebut, harus membayar uang jasa karena mereka sudah menimbun jalan yang berlubang.
Hal yang sama juga di Karubaga, Kabupaten Tolikara. Warga setempat memanfaatkan jembatan yang rusak hingga tidak bisa lagi dilalui oleh kendaraan. Akibatnya kendaraan-kendaraan harus melewati sungai. Ini dimanfaatkan warga dan pemuda setempat untuk melakukan pungutan liar terhadap kendaraan yang lewat. Hal ini juga di alami oleh Papua Pos saat melakukan perjalan menuju kota Wamena beberapa waktu lalu.
Aksi-aksi pemalangan tersebut, diakui oleh beberapa supir angkutan umum, baik yang menuju Karubaga maupun Kabupaten Puncak sudah meresahkan. Pasalnya mereka setiap hari harus mengeluarkan untuk membayar pungutan-pungutan liar yang terjadi di titik-titik tertentu sepanjang jalan trans tersebut.
”Ada minta sampai 200 ribu. Ini bukan terjadi sekali saja, namun bisa sampai tiga atau empat kali. Masyarakat melakukan pemalangan dengan alasan jalan yang berlubang sudah mereka perbaiki,” ujar salah satu supir dengan kesal.
Demikian halnya juga di Wamena, aksi pemalangan dengan motif perbaikan jalan juga terjadi di sekitar pasar Baru Jibama, tepatnya di pertigaan Jl.JB.Wenas menuju Pikhe. [PapuaPos| PapuaPos]
Dari pantauan Papua Pos, dengan memanfaatkan kondisi jalan yang rusak dan dan berlubang, mereka (anak-anak-red) beramai-ramai menimbun jalan tersebut dengan tanah seadanya lalu kemudian memalang jalan dengan kayu. Kendaraan yang lewat di jalan tersebut, harus membayar uang jasa karena mereka sudah menimbun jalan yang berlubang.
Hal yang sama juga di Karubaga, Kabupaten Tolikara. Warga setempat memanfaatkan jembatan yang rusak hingga tidak bisa lagi dilalui oleh kendaraan. Akibatnya kendaraan-kendaraan harus melewati sungai. Ini dimanfaatkan warga dan pemuda setempat untuk melakukan pungutan liar terhadap kendaraan yang lewat. Hal ini juga di alami oleh Papua Pos saat melakukan perjalan menuju kota Wamena beberapa waktu lalu.
Aksi-aksi pemalangan tersebut, diakui oleh beberapa supir angkutan umum, baik yang menuju Karubaga maupun Kabupaten Puncak sudah meresahkan. Pasalnya mereka setiap hari harus mengeluarkan untuk membayar pungutan-pungutan liar yang terjadi di titik-titik tertentu sepanjang jalan trans tersebut.
”Ada minta sampai 200 ribu. Ini bukan terjadi sekali saja, namun bisa sampai tiga atau empat kali. Masyarakat melakukan pemalangan dengan alasan jalan yang berlubang sudah mereka perbaiki,” ujar salah satu supir dengan kesal.
Demikian halnya juga di Wamena, aksi pemalangan dengan motif perbaikan jalan juga terjadi di sekitar pasar Baru Jibama, tepatnya di pertigaan Jl.JB.Wenas menuju Pikhe. [PapuaPos| PapuaPos]